Liputan6.com, Jakarta Bagi Danny Dubois, salah seorang warga Dana Point, California, AS, bermain musik merupakan surga kebahagiaannya. Oleh karena itu, meskipun ia menyandang autisme, ia memiliki MusicAbility, sebuah program yang dirinya menawarkan pelajaran musik kepada siswa penyandang disabilitas sebagai cara untuk terhubung dengan musik.
Dilansir dari Danapointtimes, Ibu Danny, Mary Dubbois percaya bahwa musik memiliki manfaat sebagai media komunikasi anak autisme. Hingga akhirnya Danny menemukan kegembiraan dalam menyatukan orang-orang untuk membuat sebuah band. Jamming bersama tidak hanya menciptakan musik, tetapi juga persahabatan, kata Mary.
Baca Juga
Michael Bakan adalah profesor etnomusikologi, studi musik dalam konteks budayanya, di College of Music di Florida State University. Ia menjelaskan bahwa musik dapat menawarkan tempat yang aman untuk berkembang bagi penyandang disabilitas.
Advertisement
Etnomusikologi sendiri merupakan studi tentang bagaimana orang membuat dan mengalami musik, dan mengapa itu penting bagi mereka yang melakukannya, jelas Bakan.
Untuk komunitas musik kini sudah ada banyak. Namun menurut Bakan, musik mampu mengumpulkan orang-orang untuk memainkannya, mendengarkannya, dan membagikannya.
“Ketika Anda mendengar seseorang memainkan musik, bahkan jika itu adalah musik yang tidak Anda ketahui, ada perasaan yang Anda miliki tentangnya dan itu membentuk titik koneksii," kata Bakan.
Simak Video Berikut Ini:
Mulai bermain musik sejak kecil
Danny mengaku sudah tertarik dengan musik sejak kecil. Pada usia 4 tahun, ia mulai mengambil pelajaran piano. Pada usia 13 tahun, ia mulai mengambil pelajaran musik di Danman's Music School, tempat ia mempelajari bermain gitar, drum, dan ukulele.
Danny tumbuh dengan suka memainkan lagu Justin Bieber "Never Say Never" dan kini ia suka membawakan cover yang menurutnya memiliki ketukan yang bagus, seperti Queen dan sebagainya.
“Musik memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas hidup bagi kebanyakan orang, itulah sebabnya menurut saya, meskipun sepertinya musik bukanlah kebutuhan hidup manusia; Dengan kata lain, tidak seperti makanan, tidak seperti tempat berteduh, tidak mutlak diperlukan … tapi kemanapun kita pergi, itu selalu ada,” kata Bakan. Musik bisa menjadi ruang yang memediasi tantangan yang dihadapi penyandang autisme, tambahnya.
“Anda bisa bermain musik tanpa melakukan kontak mata dengan sesama musisi. Seperti ketika saya bermain, mata saya tertutup 90% sepanjang waktu. Anda dapat memutar musik tanpa harus menegosiasikan segala sesuatu dalam istilah linguistik; Anda bisa berada di ruang dengan seseorang secara musikal tanpa ruang interogasi yang tidak nyaman seperti ini. Dan itu adalah kualitas musik yang sangat indah yang menurut saya menarik,” jelas Bakan.
Sepakat dengan Bakan, mary merasa bahwa bermain musik adalah cara yang sehat dan menyenangkan untuk mengekspresikan emosi.
“Para penyandang disabilitas seperti Danny, ia tidak banyak bicara, tapi ketika ia di atas panggung, itu mengalir begitu saja (permainan musiknya). Jadi, saya pikir anak-anak penyandang disabilitas lainnya, mereka bisa melakukan itu, karena mereka tidak terhambat seperti orang pada umumnya, sehingga mengeluarkan banyak emosi mereka," jelas Mary.
Danny menawarkan kursus piano, gitar, drum, dan menyanyi selama satu jam. Ia berharap untuk berbagi kecintaannya pada musik dengan murid-muridnya dan membantu mereka menemukan kecintaan mereka pada musik karena membantu meningkatkan komunikasi untuk anak-anak penyandang disabilitas, kata Mary.
Terapi dan Pelajaran MusicAbility-nya Danny merupakan program berbasis donasi. Sepuluh persen dari hasil akan disumbangkan ke Autism Community in Action.
Advertisement