Sukses

Ahli: Orang dengan Disleksia Punya Tantangan di Area Bahasa Verbal

Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia dr. Kristiantini Dewi, Sp.A, mengatakan bahwa orang dengan disleksia atau kesulitan membaca dan menulis memiliki beberapa tantangan terutama di area bahasa dan fungsi eksekutif.

Liputan6.com, Jakarta Ketua Asosiasi Disleksia Indonesia dr. Kristiantini Dewi, Sp.A, mengatakan bahwa orang dengan disleksia atau kesulitan membaca dan menulis memiliki beberapa tantangan terutama di area bahasa dan fungsi eksekutif.

Area bahasa itu terdiri dari berbagai bentuk, mulai dari kecil kita sudah berbahasa lisan, mulai dari bubbling, satu dua kata, menyusun kata jadi kalimat, kalimatnya jadi ada keterangan sifat, tempat, waktu, ada kata majemuk, berimbuhan dan lainnya,” kata Tian dalam seminar daring Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) ditulis Selasa (4/1/2022).

Biasanya, orangtua dengan anak disleksia melaporkan bahwa anaknya punya isu di area berbahasa verbal atau lisannya, bukan di permasalahan pemahaman. Misal, kosa kata yang terbatas dan irit kata.

Dengan kata lain, anak disleksia bisa melakukan pekerjaan sehari-hari dengan baik dan paham terhadap perintah-perintah orangtuanya tapi ketika berbicara ada perbedaan dengan anak pada umumnya. Hal ini menjadi salah satu alasan mereka terlambat didiagnosis.

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Ciri Disleksia

Karena disleksia cukup sulit untuk dilihat secara langsung, maka orangtua perlu mengetahui ciri-ciri yang merujuk pada kondisi disleksia.

Berikut beberapa ciri disleksia menurut Tian:

-Kosa kata terbatas.

-Sulit membedakan kata yang bunyinya hampir sama misalnya topi dengan koki.

-Sulit mengucapkan kata yang suku katanya banyak seperti kata Indonesia atau pemadam kebakaran.

-Ketika bercerita, ceritanya tidak runtut.

-Kesulitan menempatkan keterangan waktu, tempat, dan sifat dengan tepat.

-Sering memilih diksi yang tidak tepat.

3 dari 4 halaman

Punya Ide Hebat

Di balik tantangan dalam berbahasa verbal, kebanyakan orang dengan disleksia memiliki kreativitas dan ide-ide yang out of the box, lanjut Tian. Hal ini memiliki alasan tersendiri berdasarkan penelitian.

“Penelitian makin ke sini makin memperlihatkan bahwa ada bagian atau sel-sel otak tertentu yang pada orang non disleksia misalnya yang aktif itu A dan yang tidak aktif B. Nah, pada orang disleksia terbalik, padahal yang B ini ternyata kalau aktif dapat melibatkan lintasan di otak yang lebih kompleks.”

Dampaknya, orang dengan disleksia bisa menjadi super kreatif. Namun, kreativitas ini bisa tampak sangat unik karena membutuhkan processing speed yang lebih lama, apa-apa harus divisualisasikan, tidak bisa numpuk.

“Mereka bisa memiliki rencana yang baik hingga di masa depan tapi kesulitan untuk mengeksekusi rencana tersebut satu per satu secara segmented,” kata Tian.

 

4 dari 4 halaman

Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas