Sukses

Peringatan Konten!!

Artikel ini tidak disarankan untuk Anda yang masih berusia di bawah

18 Tahun

Verifikasi UmurStop di Sini

Cerita Pekerja Seks Australia yang Layani Penyandang Disabilitas Daksa

Pekerja seks asal Australia Olive Pearl, membagikan cerita tentang pekerjaannya dalam melayani penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Pekerja seks asal Australia Olive Pearl, membagikan cerita tentang pekerjaannya dalam melayani penyandang disabilitas.

Dia mengatakan, sebagian besar pekerjaannya adalah berhubungan dengan klien penyandang disabilitas, yang menurutnya tidak boleh dikecualikan dari topik seks karena keterbatasan mereka.

“Saya masih muda dan saya ingin uang ekstra. Sejujurnya itulah alasannya dan kemudian saya mulai lagi karena saya hanya ingin melakukan sesuatu yang lain,” katanya mengutip disabilityhorizons.com, Rabu (12/1/2022).

Menurutnya, daya tarik utama industri yang dianggap tabu ini adalah uang. Wanita berambut panjang ini sempat mencoba peruntungan di dunia pendidikan sebagai guru, tetapi ia tidak puas dengan gajinya dan kembali menjadi pekerja seks.

“Saya mengajar sebentar. Dan saya harus mengatakan bahwa, sayangnya, Anda tidak diberi kompensasi yang adil untuk waktu Anda. Tetapi dengan pekerjaan seks, saya merasa saya benar-benar melakukannya.”

Simak Video Berikut Ini

2 dari 4 halaman

Bekerja pada Pria dengan Cerebral Palsy

Olive mengatakan dia mulai bekerja dengan seorang pria di Melbourne bernama Gavin, yang memiliki cerebral palsy dan non-verbal.

“Dia sangat pandai saat mengomunikasikan apa yang dia cari,” katanya.

“Jadi dia langsung berkata, ‘lihat, saya di kursi roda, maukah Anda melihat seseorang yang menggunakan kursi roda?’ Dan saya berkata, ‘ya, jangan khawatir.’ Jadi saya pergi menemuinya di tempatnya.”

Gavin dapat berkomunikasi via teks. Jadi kalau ada yang kurang jelas, keduanya dapat saling berkirim pesan. Ia juga dapat menggunakan kepalanya untuk menulis huruf abjad dan huruf kapital ke udara.

3 dari 4 halaman

Stigma Seks bagi Disabilitas

Olive, yang bertemu dengan Gavin hampir setiap minggu, mengatakan bahwa penting untuk menghilangkan stigma seputar seks dengan disabilitas.

“Saya pribadi tidak melihat ada perbedaan besar antara seks dengan difabel atau bukan, karena pada akhirnya, itu hanya tubuh lain, mungkin komunikasi saja sedikit berbeda,” katanya.

“Mungkin tampilan bodinya berbeda. Tapi sekali lagi, seperti semua orang terlihat berbeda, tidak masalah, disabilitas atau tidak. Dan saya akan mengatakan mungkin kadang-kadang ya, Anda harus sedikit lebih kreatif,” katanya.

4 dari 4 halaman

Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta