Liputan6.com, Jakarta Mantan pramugari Laura Lazarus tak pernah menyangka bahwa dirinya akan menjadi penyandang disabilitas. Kondisi disabilitas ia sandang sejak usia 19 akibat kecelakaan pesawat pada 2004.
“Waktu aku sedang bertugas, pesawat mau mendarat tapi keluar landasan dan menabrak pagar dan berhenti tepat di atas kuburan,” ujar Laura dalam seminar daring Koneksi Indonesia Inklusif (Konekin) ditulis Jumat (14/1/2022).
Kejadian nahas yang ia alami hanya berlangsung beberapa menit. Namun, dampak dari kecelakaan tersebut sangat besar.
Advertisement
“Kecelakaan ini mengakibatkan muka kananku hancur, tangan, pinggang, dan kakiku patah jadi banyak sekali operasi yang harus aku jalani pada saat itu dan terus terang itu enggak gampang.”
Simak Video Berikut Ini
Kehidupan Pascadisabilitas
Laura mengatakan bahwa perubahan hidup dari non disabilitas menjadi penyandang disabilitas tidak semudah yang dibayangkan.
“Yang tadinya non disabilitas menjadi disabilitas atau berkebutuhan khusus memang enggak semudah yang dibayangkan.”
Sejak 2004 hingga 2008 ia harus menggunakan kursi roda atau tongkat untuk berjalan. Total operasi yang dilakukan pada kaki sebanyak 19 kali dan tetap harus menggunakan tongkat untuk berjalan hingga 2021.
“Dan di 2021, baru tiga bulan ini aku bisa berjalan tanpa menggunakan tongkat. Ini proses yang panjang, tapi proses inilah yang membentuk aku dan mendewasakan aku.”
Advertisement
Tantangan Pasca Disabilitas
Setelah kecelakaan, Laura pun tidak dapat melanjutkan pekerjaan sebagai pramugari. Ia sempat mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan.
“Aku coba melamar pekerjaan di beberapa perusahaan dan mengalami banyak sekali penolakan. Sebetulnya ketika mengalami penolakan saja mental kita udah kena apalagi kalau menghadapi penolakannya berkali-kali.”
Bagi Laura, tantangan terbesar sebagai penyandang disabilitas adalah lebih ke tantangan mental. Bagaimana sebagai penyandang disabilitas ia harus memiliki mental yang kuat.
“Kadang ada perasaan, kita juga enggak ingin menjadi seorang disabilitas, menjadi yang dikhususkan itu satu sisi merasa risih tapi di sisi lain ya kita tahu memang ada beberapa hal yang kita enggak bisa lakukan.”
“Jadi kalau aku sendiri tantangannya lebih ke bagaimana caranya bisa mengalahkan diri sendiri dan aku bersyukur akhirnya aku bisa berdamai dengan diri sendiri dengan berserah kepada Tuhan.”
Setelah mendapat banyak penolakan dari perusahaan, kini ia menjalani kehidupan sebagai pengusaha di bidang kuliner dan usahanya berkembang dengan baik.
Infografis Akses dan Fasilitas Umum Ramah Penyandang Disabilitas
Advertisement