Liputan6.com, Jakarta Sindrom Asperger merupakan istilah bagi orang yang memiliki kecerdasan seperti orang pada umumnya tapi memiliki tantangan dalam keterampilan sosial.
Orang dengan Asperger cenderung memiliki fokus obsesif pada satu topik atau bidang keahlian dan dapat melakukan perilaku yang sama berulang kali. Maka dari itu, umumnya orang dengan sindrom ini bisa sangat ahli dalam satu bidang.
Melansir Webmd, awalnya dokter menganggap Asperger sebagai kondisi yang terpisah dengan autisme. Namun, pada 2013, edisi terbaru dari buku standar yang digunakan para ahli kesehatan mental, yang disebut The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5), mengubah cara klasifikasinya.
Advertisement
Saat ini, sindrom Asperger secara teknis tidak lagi menjadi diagnosis tersendiri. Sindrom ini telah menjadi bagian dari kategori yang lebih luas yang disebut gangguan spektrum autisme (ASD).
Kondisi inilah yang oleh dokter disebut sebagai tipe ASD yang "berfungsi tinggi". Ini berarti gejalanya kurang parah dibandingkan jenis gangguan spektrum autisme lainnya.
DSM-5 juga mencakup diagnosis baru, yang disebut gangguan komunikasi pragmatis sosial, yang memiliki beberapa gejala yang tumpang tindih dengan gejala Asperger. Dokter menggunakannya untuk menggambarkan orang yang mengalami kesulitan berbicara dan menulis, tetapi memiliki kecerdasan umum.
Simak Video Berikut Ini
Gejala Asperger
Gejala Asperger mulai di awal kehidupan. Orangtua dari anak dengan Asperger bisa saja melihat bahwa anak mereka tidak dapat melakukan kontak mata.
“Anda mungkin juga menemukan bahwa anak Anda tampak canggung dalam situasi sosial dan tidak tahu harus berkata apa atau bagaimana merespons ketika seseorang berbicara dengan mereka,” mengutip Webmd, Minggu (16/1/2022).
Mereka juga dapat kehilangan isyarat sosial yang jelas dari orang lain. Seperti bahasa tubuh atau ekspresi wajah orang. Misalnya, mereka mungkin tidak menyadari bahwa ketika seseorang menyilangkan tangan dan cemberut adalah tanda marah.
Advertisement
Tak Menunjukkan Banyak Emosi
Gejala lain yang dapat terjadi adalah tidak menunjukkan banyak emosi. Anak dengan Asperger bisa saja tidak tersenyum saat mereka bahagia, merasa lucu ketika mendengar lelucon, serta berbicara dengan cara yang datar seperti robot.
Jika anak memiliki kondisi tersebut, mereka mungkin berbicara tentang diri mereka sendiri hampir sepanjang waktu dan memusatkan perhatian dengan banyak intensitas pada satu subjek, seperti batu atau benda lainnya.
Mereka juga sering mengulangi pembicaraan yang sama, terutama pada topik yang mereka minati dan melakukan gerakan yang sama berulang-ulang.
Mereka juga mungkin tidak menyukai perubahan. Misalnya, makan makanan yang sama untuk sarapan setiap hari atau mengalami kesulitan berpindah dari satu kelas ke kelas lain selama sekolah.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement