Liputan6.com, Jakarta Dikaruniai anak disabilitas merupakan hal yang berat bagi orangtua. Tak jarang baik ibu maupun ayah tidak dapat menerima kondisi anaknya yang dianggap tidak sempurna.
Kasus suami meninggalkan istri karena melahirkan anak disabilitas pun sudah beberapa kali terjadi. Menurut dr. Arina Heidyana dari KlikDokter hak ini tidak dapat dibenarkan. Pasalnya, seorang suami seharusnya menjadi sosok yang terus mendukung keadaan istri dan keluarga bagaimanapun kondisinya.
Baca Juga
“Peranan suami dalam membantu memulihkan keadaan istri sangat penting untuk dilakukan. Hal ini guna mencegah depresi atau hal yang tidak diinginkan,” kata Arina mengutip Klikdokter, Senin (17/1/2022).
Advertisement
Lebih lanjut, Arina mengatakan bahwa suami yang mendapati istrinya melahirkan anak difabel seharusnya bisa bersikap sebagai berikut:
Tidak Saling Menyalahkan
Lahirnya anak dalam kondisi disabilitas bukan berarti suami bisa menyalahkan istri maupun sebaliknya.
“Kelahiran bayi difabel disebabkan oleh kelainan genetik. Kelainan itu bisa didapat dari kedua belah pihak. Jadi, jangan langsung menyudutkan atau menyalahkan istri ketika dirinya melahirkan anak berkebutuhan khusus,” jelas Arina.
Simak Video Berikut Ini
Lapang Dada
Tidak hanya suami yang merasa terpukul saat melihat anak yang dilahirkan berkebutuhan khusus. Istri pun merasakan hal yang sama. Itu sebabnya, sebagai kepala keluarga, suami perlu berlapang dada dan berani menerima keadaan yang ada. Hal ini dilakukan agar istri bisa meniru sosok suaminya.
“Jangan hanya memikirkan diri sendiri. Tidak hanya para suami yang terpukul, tapi istri juga. Apalagi istri harus menanggung semua rasa sakit selama mengandung. Istri jugalah yang berjuang mempertaruhkan nyawa untuk melahirkan anak ke dunia,” ujar Arina.
“Jadi, berlapang dada dan mau menerima kekurangan anak merupakan dukungan utama yang bisa para suami tunjukkan pada istri.”
Advertisement
Mendampingi
Suami yang baik seharusnya mau dan mampu mendampingi istri yang baru saja melahirkan, apalagi dalam kasus kelahiran anak difabel.
“Baru saja mengalami syok berat karena melahirkan anak difabel, masa harus merasa kehilangan orang yang tersayang juga? Jika hal ini terjadi, bukan tidak mungkin sang istri akan mengalami depresi berat dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya,” tutur Arina.
“Itu sebabnya, mendampingi istri selama masa pemulihan dan membantu istri membesarkan anak dengan kasih sayang yang tulus bisa menjadi pertolongan utama agar istri cepat pulih dari keterpurukan,” pungkasnya.
Menjadi orang tua dari anak difabel bukanlah perkara yang mudah. Oleh sebab itu, kedua belah pihak wajib bekerja sama agar sepenuhnya mampu menghadapi segala rintangan yang menghadang dalam merawat dan membesarkan anak berkebutuhan khusus. Jaga, rawat dan sayangi sepenuh hati sebagai bentuk rasa syukur, tutup Arina.