Liputan6.com, Jakarta Peneliti di Beth Israel Deaconess Medical Center di Boston, Amerika Serikat Zaldy Tan, M.D., mengatakan bahwa wanita dengan massa tulang rendah di usia lanjut mungkin lebih berisiko terkena Alzheimer.
Hal ini berkaitan dengan awal masa menopause dan konsekuensi dari penurunan kadar estrogen.
Baca Juga
Wanita dengan ukuran massa tulang rendah dua kali lebih mungkin untuk mengembangkan penyakit yang disebut “perampok memori”. Hubungan yang sama antara massa tulang dan kehilangan memori tidak terjadi pada pria.
Advertisement
Alzheimer adalah bentuk demensia progresif yang paling umum terjadi pada orang berusia di atas 65. Hal ini ditandai dengan hilangnya kemampuan intelektual seperti penilaian, memori, dan pemikiran abstrak.
Simak Video Berikut Ini
Kurangnya Estrogen
Zaldy menjelaskan, karena tidak ada hubungan antara massa tulang dengan Alzheimer pada pria, maka kurangnya estrogen adalah penjelasan yang paling mungkin untuk temuan tersebut.
“Studi sebelumnya menunjukkan bahwa hormon membantu mencegah kehilangan memori,” ujar Zaldy mengutip psychologytoday.com Kamis (20/1/2022).
Ia juga mencatat ukuran tulang dari 987 pria dan wanita usia rata-rata 76 dan melacak mereka selama 13 tahun untuk melihat siapa yang akan mengembangkan Alzheimer atau demensia.
Sementara massa tulang yang rendah menyiratkan kemungkinan lebih besar terkena penyakit Alzheimer, ia menyampaikan bahwa penelitian lebih lanjut akan diperlukan. Ini untuk mengembangkan tes yang dapat diandalkan yang dapat memprediksi risiko yang dimiliki wanita untuk penyakit tersebut.
Temuan menunjukkan bahwa lebih banyak estrogen dapat melindungi wanita dari Alzheimer.
Namun Zaldy mencatat bahwa ini hanya salah satu bentuk pencegahan. Estrogen tidak akan membalikkan kondisi pasien setelah Alzheimer berkembang.
Advertisement
Perampok Memori
Sebelumnya, Alzheimer disebut sebagai perampok memori, disebut demikian karena Alzheimer adalah penyakit neurokognitif progresif yang perlahan mengikis memori individu, penilaian, kognisi, belajar, dan, akhirnya kemampuan untuk berfungsi.
Ini adalah penyebab utama demensia pada orang tua. Penyakit Alzheimer dapat memengaruhi suasana hati, pemikiran, dan perilaku seseorang, serta kepribadian, watak, dan perasaan diri mereka secara keseluruhan.
Kondisi ini ditandai dengan kemunduran bahasa, gangguan kemampuan untuk memanipulasi informasi visual secara mental, penilaian yang buruk, kebingungan, dan kegelisahan. Ini paling sering ditemukan pada orang dewasa di atas usia 60, tetapi kadang-kadang dapat terjadi pada orang di bawah usia tersebut.
Alzheimer tidak dianggap sebagai proses penuaan yang normal. Menurut angka tahun 2021 yang diterbitkan dalam jurnal Alzheimer's & Dementia, diperkirakan terjadi pada 5 persen individu antara usia 65 dan 75 tahun.
Risiko seseorang terkena penyakit ini cenderung meningkat seiring bertambahnya usia. Hampir 14 persen dari mereka yang berusia antara 75 dan 84 tahun dapat mengembangkan Alzheimer. Untuk orang dewasa 85 tahun atau lebih, prevalensinya mendekati 35 persen.