Liputan6.com, Jakarta Studi menunjukkan bahwa kelompok penyandang disabilitas intelektual dan perkembangan atau Intellectual and Developmental Disabilities (IDD) sangat rentan terinfeksi COVID-19.
Orang-orang dengan disabilitas ini rentan tertular di mana pun, baik jika mereka dirawat oleh keluarganya di rumah, maupun di tempat perawatan khusus seperti home care.
Baca Juga
Orang dengan IDD termasuk sindrom Down, cerebral palsy, dan kondisi lainnya secara signifikan lebih mungkin meninggal setelah tertular COVID-19 daripada masyarakat umum.
Advertisement
Menurut database yang digunakan dalam penelitian ini, virus tersebut merenggut 3 persen nyawa pasien COVID-19 berusia antara 18 dan 74 tahun yang tidak memiliki IDD. Namun, di antara pasien COVID-19 yang memiliki IDD, angka itu naik setengahnya, menjadi 4,5 persen.
Orang dengan Specific Language Impairment (SLI) atau gangguan bicara di bawah usia 18 tahun juga lebih mungkin meninggal karena COVID-19 daripada rekan-rekan muda mereka yang tidak SLI, seperti melansir Webmd.com Selasa (25/1/2022).
Simak Video Berikut Ini
Bahaya di Home Care
Home care dapat sangat berbahaya, kata seorang ahli yang tidak terkait dengan studi baru tersebut.
"Orang dengan IDD yang tinggal di lingkungan perumahan mengalami apa yang saya anggap sebagai 'badai sempurna' untuk COVID-19," kata Michelle Ballan peneliti di sekolah kesejahteraan sosial Universitas Stony Brook, New York.
"Orang dengan IDD sering mengandalkan bantuan langsung dari orang lain untuk perawatan diri sehari-hari, membuat jarak sosial sangat menantang dan semakin meningkatkan risiko penularan penyakit," jelas Ballan mengutip Webmd.com.
Advertisement
Risiko Pengasuh
Tidak hanya orang dengan IDD yang memiliki risiko tinggi, tambah Ballan. Namun, pengasuh juga memiliki risiko tinggi karena harus merawat anak IDD yang tidak dapat mandiri dalam menjalankan fungsi sehari-hari.
Studi baru ini dipimpin oleh Dr. Margaret Turk, seorang profesor kedokteran fisik dan rehabilitasi di SUNY Upstate Medical University di Syracuse, New York.
Timnya melacak pengalaman lebih dari 30.000 pasien COVID-19, termasuk 500 orang yang ditandai memiliki SLI.
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement