Liputan6.com, Jakarta Disabilitas motorik halus merupakan gangguan mobilitas/ketangkasan atau mengacu pada setiap disabilitas fisik yang membatasi fungsi fisik satu atau lebih anggota badan. Sedangkan menurut rilis PubMed, disabilitas motorik halus merupakan ketidakmampuan atau gangguan individu untuk melakukan tugas-tugas yang membutuhkan tingkat ketangkasan manual, sering dikaitkan dengan koordinasi tangan.
Masalahnya, ketangkasan tangan memainkan peran penting dalam mengevaluasi disabilitas motorik halus. Misalnya, semua nilai batasan perkembangan motorik halus pada anak-anak berhubungan dengan koordinasi tangan anak tersebut dalam gerakan yang semakin halus dan terarah.
Misalnya, pada usia 2 bulan, seorang anak diharapkan dapat memegang mainan kerincingan, dan pada usia 12 bulan, kemampuan untuk memegang sesuatu dengan 'pegangan menjepit' di antara 2 jari pada tangan yang sama. Dengan demikian, fokus pada ketangkasan tangan ini mencerminkan pentingnya tangan individu untuk melakukan tugas-tugas yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.
Advertisement
Namun disabilitas motorik halus dapat menyerang siapa saja pada usia berapa pun. Sehingga penting untuk memantau perkembangan anak dengan gangguan motorik halus secara ketat oleh dokter agar dapat terdeteksi berbagai gangguan neurologis yang mendasarainya. Sebab pernah ada penelitian tahun 2003 yang menyatakan keterampilan motorik halus bisa memprediksi kemampuan sosial dan kognitif pada anak-anak pra-TK. Hal ini selanjutnya mencerminkan pengembangan terkait pemecahan masalah dengan manipulasi fisik lingkungan dan pentingnya keterampilan motorik halus dalam permainan sosial.
Adapun studi yang dirilis tahun 2017 di PubMed menentukan tiga komponen utama dari kontrol motorik halus diantaranya skala kekuatan cengkeraman, kecepatan gerakan, dan koordinasi motorik.
Sementara karena banyaknya variasi dan penyebab kecacatan motorik halus, disabilitas motorik halus jarang diteliti secara independen dan penyebabnya masih berupa perkiraan. Menurut studi yang dirilis tahun 2019 di PubMed, diantara penyebab yang muncul di beberapa penelitian terkait disabilitas motorik halus, yaitu gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktif (ADHD) 9,5%, gangguan spektrum autisme 2,5%, disabilitas intelektual 1,2%, dan penyebab lainnya 4,1%. Meskipun peneliti menekankan bahwa mungkin saja data tersebut juga termasuk individu tanpa disabilitas motorik halus yang signifikan.
Bukan penyakit
Disabilitas motorik halus adalah gejala dan bukan penyakit, sehingga ada beberapa cara untuk menentukan apakah gejala ini ada, sehingga perlu diagnosis banding yang mendasarinya, dan itu sangat luas.
Oleh sebab itu, pengobatan dan perawatan disabilitas motorik halus tergantung pada apa yang mendasarinya. Misalnya intervensi bedah berupa dekompresi anterior/posterior untuk mielopati serviks, atau stimulasi otak dalam untuk pasien dengan penyakit Parkinson dan gangguan gerak lain yang dideritanya, atau pelatihan musik untuk meniingkatkan ketangkasan manual pada penderita stroke, dan sebagainya.
Komplikasinya juga tergantung pada usia, keparahan gejala, dan apa yang mendasarinya. Jika parah, penderita disabilitas motorik halus bisa terhambat dalam menjalani aktivitas sehari-harinya, bahkan bisa berefek pada suasana hati dan kognisi.
Misalnya pernah ada penyandang disabilitas motorik halus yang membagikan pengalamannya di themighty. Ia menyebutkan baru menyadari kalau memiliki disabilitas motorik halus merupakan alasan kesulitan mengkoordinasi mata-tangan dan tulisan tangannya.
"Saya merasa seperti saya memiliki sedikit kendali atas tangan saya. Saya berjuang untuk mengikat sepatu saya, menulis dengan jelas dan menggunakan gunting. Saya tidak tahu cara mengikat sepatu sampai kelas tiga," kata Michelle Streiner, yang menulis pengalamannya di themighty.
Ia menyebutkan kalau benda-benda bisa terlepas begitu saja dari tangannya, sehingga ia terus menerus menumpahkan dan menjatuhkan barang, dan banyak kesulitan lainnya terkait kekuatan tangannya. Orang-orang menyebut dirinya seorang yang kikuk. Maka dari itu, ia merasa tidak setuju akan gagasan penyandang disabilitas harus mengambil pekerjaan terkait keterampilan, sementara dirinya tidak bisa terampil.
"Saya bisa menggunakan tangan saya. Saya hanya perlu menemukan cara baru untuk menggunakannya. Saya telah mempelajari strategi seperti mengetik pekerjaan saya daripada menulis tangan. Saya menguasai mengikat sepatu saya, hanya memang butuh waktu lebih lama. Banyak desainer pakaian kini membuat pakaian adaptif untuk penyandang disabilitas. Teknologi modern juga membantu ketangkasan tangan saya yang terbatas. Saya bisa menggunakan pembuka kaleng listrik daripada pembuka kaleng manual . Berfokus pada apa yang bisa saya lakukan lebih memberdayakan daripada memikirkan apa yang tidak bisa saya lakukan," tambah Michelle.
Advertisement