Liputan6.com, Jakarta Cara pembelajaran bagi anak dengan spektrum autisme dengan anak pada umumnya berbeda. Penyandang autisme umumnya adalah tipe pelajar visual.
Menurut dosen pendidikan khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr.dr. Riksma Nurakhmi, M.Pd, banyak hal yang akan jauh lebih mudah diterima dan diterapkan oleh anak autisme jika disampaikan secara visual.
Baca Juga
“Apakah itu gambar, jadwal, urutan pekerjaan, aktivitas, anak-anak autisme akan sangat bagus bila berkaitan dengan informasi visual. Akhirnya orang-orang menyebut mereka sebagai visual learner,” kata Riksma dalam seminar daring Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA), Rabu (23/2/2022).
Advertisement
Anak-anak autisme juga disebut sebagai tipe pelajar yang kurang baik dalam eksekusi gerakan dan perencanaan apalagi jika tidak dibantu dengan tahapan-tahapan rinci.
“Kalau berkaitan dengan informasi biasanya anak-anak autisme sangat detail. Kalau ada bacaan bisa saja anak hafal satu kalimat secara persis dengan tanda bacanya, tapi ketika ditanya makna kalimatnya dia tidak paham.”
Simak Video Berikut Ini
Keragaman Intelektual
Riksma menambahkan, anak-anak dengan spektrum autisme memiliki tingkat kecerdasan atau intelektual yang beragam.
“Intelektualnya beragam dan keberagamannya tidak satu garis lurus. Jadi kalau komunikasinya jelek bukan berarti, sosial interaksi, dan perilakunya juga jelek.”
“Bisa jadi komunikasinya non verbal tapi sosial interaksinya ada, atau perilakunya bagus.”
Dengan mengetahui keberagaman ini, para guru dapat memberikan pengajaran yang tepat dengan memodifikasi kurikulum atau membuat strategi pengajaran.
Advertisement
Kekhasan Autisme
Riksma juga menyampaikan, menurut Diagnostic Statistical Manual IV (DSM IV), autisme adalah gangguan perkembangan pervasif yang ditandai adanya abnormalitas perkembangan yang muncul sebelum usia 3. Anak dengan spektrum autisme memiliki fungsi abnormal dalam 3 bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas serta berulang.
“Autisme masuk dalam gangguan pervasif artinya dari usia awal orangtua pasti sudah melihat adanya perbedaan dengan anak pada umumnya,” kata Riksma.
“Kenapa harus dikenali sebelum usia 3 tahun? Karena anak dengan spektrum autisme punya tiga kekhasan yaitu dalam interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku. Artinya, jika anak hanya tidak bisa bicara, maka belum tentu anak masuk dalam kategori autis.”
Begitu pula jika anak memiliki satu kebiasaan berulang, tapi kontak matanya bagus, maka tidak dapat dipastikan bahwa anak tersebut menyandang autisme.