Liputan6.com, Jakarta Kemampuan interaksi sosial pada setiap penyandang spektrum autisme berbeda-beda. Tingkat kemampuan interaksi sosial ini dibagi dalam tiga klasifikasi yakni aloof, pasif, dan aktif tapi berperilaku aneh.
Menurut dosen pendidikan khusus di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Dr.dr. Riksma Nurakhmi, M.Pd, anak dengan kategori aloof seperti hidup dalam kepompong sendiri.
“Bahkan terhadap orang terdekat seperti ibunya atau pengasuhnya dia seperti punya penghalang,” kata Riksma dalam seminar Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) belum lama ini.
Advertisement
Ciri lain dari aloof adalah:
-Suka mojok sendirian.
-Kontak mata sedikit atau tidak ada.
-Tidak merespons ketika diajak bicara.
-Minim ekspresi kecuali ada kemarahan ekstrem, sukacita, dan tekanan.
-Tidak ada respons pada pelukan.
-Jika ada sesuatu yang diinginkan oleh anak autisme, tangan pengasuh bisa ditarik menuju objek.
Simak Video Berikut Ini
Klasifikasi Berikutnya
Selanjutnya, anak yang masuk dalam klasifikasi pasif jika diberi intervensi, misalnya ketika dimasukkan ke dalam grup belajar ia bisa ikut saja. Namun, tidak memberikan inisiasi atau interaksi dalam grup tersebut.
Sedangkan, dalam klasifikasi aktif berperilaku aneh anak cenderung memperlihatkan perilaku yang tidak biasa. Misalnya tiba-tiba memegang rambut orang tidak dikenal.
“Dia ada aktivitas, dia ketemu orang, tapi di saat ketemu juga perilakunya aneh misalnya memegang rambut orang tidak dikenal, membaui, bahkan ada yang menjilat, ada juga yang sangat tidak suka dipeluk, sangat beragam.”
Advertisement
Ciri Klasifikasi Aktif Berperilaku Aneh
Ciri lain yang dapat ditunjukkan anak yang masuk dalam klasifikasi aktif berperilaku aneh adalah:
-Memberi perhatian kepada orang lain, tapi aneh.
-Kontak mata ada tapi kurang baik karena kadang-kadang menatap terlalu lama.
-Kalau memeluk atau berjabat tangan terlalu keras.
-Hiperaktif.
“Hati-hati dengan kata hiperaktif, namanya hiper berarti berlebihan. Hiperaktif adalah sebuah perilaku yang dilakukan berlebihan tapi tidak ada tujuan.”
“Sedangkan, anak-anak autisme aktifnya itu tanpa ia pahami dan terdorong oleh stimulasi insting pribadinya saja bukan aktivitas yang dipikirkan sebelum bertindak.”
Infografis Tunjangan Khusus Penyandang Disabilitas di Jakarta
Advertisement