Liputan6.com, Jakarta Jumlah pasien COVID-19 dalam beberapa bulan terakhir sempat naik, meskipun beberapa hari lalu terjadi penurunan kasus. Namun ternyata hal ini berdampak pada pasien dengan gangguan pendengaran yang merasa takut memeriksakan telinga ke rumah sakit.
Disampaikan Ketua PP PERHATI-KL Prof. Dr. dr. Jenny Bashiruddin, Sp.THT-KL(K), pandemi COVID-19 sangat berdampak pada fasilitas kesehatan sehingga mempengaruhi sejumlah pasien. Masalahnya, pada beberapa kondisi pasien gangguan pendengaran ini jika tidak ditangani dengan cepat maka pengobatan jadi terhambat.
Baca Juga
"Pasien dengan gangguan pendengaran kronis yang kontrol ke rumah sakit jadi takut. Karena pasien rujukan COVID-19 lebih diutamakan sehingga pasien lain jadi terhambat," katanya dalam Temu Media virtual Hari Pendengaran Sedunia Tahun 2022.
Advertisement
Sejumlah masalah terkait gangguan pendengaran yang bisa terjadi, seperti:
Â
- Infeksi telinga luar, tengah, dalam
Bisa merupakan proses kronik: pasien perlu kontrol berulang
- Kompilkasi telinga yang membutuhkan operasi
- Gangguan pendengaran kongenital
Memerlukan intervensi intensif (terkadang operasi)
- Gangguan pendengaran pada usia lanjut
Membutuhkan konsultasi dan penyesuaian alat bantu dengar
- Tuli mendadak yang membutuhkan kegawat-daruratan di bidang THT
- Kotoran telinga yang menyumbat, perlu segera dikeluarkan
Â
Perlu penanganan baik
Prof Jenny mengatakan, banyak pasien telinga dan pendengaran perlu penanganan yang baik sambil mengutamakan patient safety, healthcare worker safety.Â
"Berobat ke dokter saat pandemi, rumah sakit harus memiliki sistem zonasi. Dan yang penting, tetap menggunakan masker, sebisa mungkin mengurangi transportasi pribadi, bawa hand sanitizer dan cuci tangan sesering mungkin jika ingin berobat ke rumah sakit," katanya.
Advertisement