Liputan6.com, Jakarta Dalam puncak hari Down Syndrome Sedunia, Komunitas Peduli Down Syndrome (KPDS) mengajak anak-anak berkebutuhan khusus mengikuti Cooking and Talent Celebration. Acara ini turut dimeriahkan pakar kuliner William Wongso dan kehadiran penyanyi Giring Ganesha serta pelaku hidup sehat Ade Rai.
Di acara ini, William Wongso dan anak Down Sydrome berbakat Stephanie Handojo, memasak bersama dan memandu anak-anak berkebutuhan khusus lainnya untuk memasak puding cokelat dan rujak Bali.
Ketua umum KPDS Maria Yustina Tjandrasari mengatakan, acara ini dipersembahkan untuk anak-anak berkebutuhan khusus sembari mengajak mereka agar tidak malu tampil dan mengenali kemampuan dan bakatnya.
Advertisement
"Mereka bukan penderita karena mereka tidak menderita. Semoga kedepannya, pengabaian dan stigma negatif terhadap anak Down Syndrome semakin berkurang dan terhapuskan," katanya dalam acara virtual Gebyar Hari Down Syndrome Sedunia 2022 dengan tema Bertumbuh dalam Kesetaraan, Sabtu (26/3/2022).
Di kesempatan yang sama, Direktur Rehabilitasi Sosial Penyandang Disabilitas Kementerian Sosial, Eva Rahmi Kasim menyampaikan, anak Down Syndrome seperti halnya anak lainnya yang juga memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang sehingga perlu didudung dan ditemukan bakatnya.
"Menjadi Down Syndrome bukan halangan untuk meraih prestasi dan membanggakan keluarga. Mereka bisa berkembang lebih mandiri dan setara dengan anak lain setelah menginjak masa remaja," katanya.
Eva mengatakan, pemerintah sejak lama telah menetapkan regulasi yang menekankan bahwa anak disabilitas wajib dihormati dan dilindungi. "Kemensos dalam hal ini terus berupaya memperluas jangkauan layanan bagi mereka yang membutuhkan. Selain sentra layanan rehabilitasi sosisal, kami juga menyediakan memiliki pendamping untuk mereka yang membutuhkan di seluruh indonesia."
Meski demikian, kata Eva, kesuksesan anak Down Syndrome tidak lepas dari pemenuhan kebutuhan dasar, dukungan keluarga, perawatan dan pengasuhan yang aktif. Dan kegiatan masak-memasak hari ini, tidak hanya mengembangkan kognitif, dan mengembangakan kreativitasnya, namun juga mengarah pada kemampuan ekomnomi," jelasnya.
Â
Kata orangtua anak Down Syndrome
Ibu dari Ghaniyyitra Al Fattah (Atta)Â di acara ini bercerita bagaimana anaknya yang memiliki down syndrome bisa mendapatkan kesetaraan dalam hal kesehatan dan pendidikan.
"Kita dulu yang menyetarakan dia. Setarakan dia sesuai kemampuan dan kapasitasnnya. Ketika kita bisa menyetarakannya, maka lingkungannya pun bisa," katanya.
Atta, lanjut sang Ibunda, sejak kecil juga memiliki Diabetes tipe 1. Ia pun harus menjalani terapi. Namun ibu Atta justru melihatnya sebagai kesempatan untuk menyosialisasikan Diabetes tipe 1 ini pada orangtua lainnya.
"Potensi manusia itu tidak ada batasnya. Jadi yang perlu kita lihat bukan keterbatasannya tapi potensinya," ujarnya.
Sementara Jeffrey Ong, single father yang merupakan ayah dari Defrey Adipratama, juga menyampaikan kiat-kiat agar anak-anak dengan special needs bisa mengembangkan kemampuannya.
Defrey sendiri ternyata pernah magang di perusahaan berbasis di Denmark. Ia dibimbing langsung dalam membuat riset sederhana, pencatatan dan mempresentasikannya di depan teman-temannnya.
"Yang dicapai Defery memang hasil perjuangan dan pembelajaran bagi orangtua. Tapi dari pengalaman ini, saya pikir ada beberapa hal yang perlu dibangun," katanya.
1. Kemampuan untuk bisa berbicara dan berinteraksi di lingkungan terdekatnya
2. Perlu dijaga kesehatannya. "Badan yang sehat membuat dia bisa produktif, aktif dan memiliki konsentrasi.
3. Membangun sikap yang baik dalam berinteraksi
4. Membangun rasa percaya diri dan mengarahkan agar anak mau mendegar orang lain, dan mau belajar.
5. Membangun semangat dan keteguhan menghadapi berbagai tantangan selama hidupnya.
"Saya suka mengajak Defrey pergi travelling bukan ke tempat yang mudah, tapi naik gunung Bromo, Ijen, Dieng. Saya berharap dengan begitu, ia bisa bergaul dalam lingkungan baru, supaya dia punya kemampuan beradaptasi," katanya.
"Itu semua hanya bisa berarti berkat dukungan dan kasih sayang dari keluarga, sahabat, orangtua ABK dan lingkungan yang baik. Magang hanya langkah awal, belum masuk ke lapangan kerja. Jadi sebagai orangtua kita perlu bersama-sama berkolaborasi membuka diri untuk membuka kesempatan bagi mereka untuk berkembang agar bisa masuk lingkungan kerja," pungkasnya.
Advertisement