Sukses

Dokter Gizi Ungkap Kriteria Hidangan yang Baik bagi Penyandang Disabilitas Selama Ramadhan

Dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Pondok Indah David Fadjar Putra menerangkan terkait hidangan yang baik bagi penyandang disabilitas di Bulan Ramadhan.

Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis gizi klinik dari Rumah Sakit Pondok Indah David Fadjar Putra menerangkan terkait hidangan yang baik bagi penyandang disabilitas di Bulan Ramadhan.

Menurut David, pada dasarnya, penyandang disabilitas boleh mengonsumsi makanan yang biasa dikonsumsi oleh keluarga. Namun, perlu dipastikan bahwa nutrisinya bergizi seimbang.

“Pastikan nutrisinya bergizi seimbang dengan asupan karbohidrat, protein, lemak, dan serat berimbang. Jika diperlukan, boleh juga ada tambahan suplemen untuk memperkuat imunitas tubuh. Cukupi juga kebutuhan air minum untuk mencegah terjadinya dehidrasi selama berpuasa,” katanya kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks ditulis Rabu (20/4/2022).

Dalam hal ini, orangtua dan keluarga memiliki peran penting agar penyandang disabilitas tetap sehat. Beberapa peran penting orangtua dan keluarga yang disebutkan David adalah:

-Mencegah terjadinya dekubitus atau kematian jaringan di satu bagian tubuh yang bisa diakibatkan terlalu lama duduk atau keterbatasan mobilitas.

-Mencegah konstipasi atau gangguan pencernaan dengan meningkatkan konsumsi serat dan mencegah dehidrasi.

-Mencegah terjadinya obesitas atau kelebihan berat badan dengan menu diet seimbang.

Salah satu makanan yang identik dengan Ramadhan adalah kurma. Buah asal Timur Tengah ini sebagian besar kandungannya adalah gula.

“Namun demikian, penyandang disabilitas boleh mengonsumsi kurma, asal dalam jumlah secukupnya.”

Karena kandungan kurma didominasi oleh gula, maka dampak negatif terlalu banyak mengonsumsi kurma adalah meningkatnya kadar gula darah. Bagi penyandang diabetes konsumsi kurma sebaiknya dibatasi, lanjutnya.

2 dari 4 halaman

Manfaat Kurma

Selain mengandung gula, kurma juga mengandung protein, energi, dan karbohidrat. Maka dari itu, kurma memiliki banyak manfaat, seperti:

-Mencukupi kalori dan gizi yang diperlukan tubuh

-Memelihara kesehatan sistem pencernaan

-Mencegah penyakit kronis

-Mengganti konsumsi gula

-Mengembalikan elektrolit yang hilang

-Mencegah peradangan

-Mencegah anemia

Selain kurma, David juga merekomendasikan agar konsumsi banyak sayuran dan buah serta membatasi lemak, kulit, gajih, dan minyak, margarin, serta santan guna menghindari penyakit kolesterol.

Walau kebanyakan makanan aman dikonsumsi oleh penyandang disabilitas, tapi sebagian penyandang autisme dan down syndrome memiliki pantangan atau alergi pada makanan tertentu seperti coklat dan tepung terigu.

Menurut, Ketua Bidang Ilmiah DPP Persatuan Ahli Gizi Indonesia (PERSAGI) Dr. Marudut Sitompul, MPS, alergi pada anak berkebutuhan khusus dapat disebabkan berbagai hal, termasuk kacang-kacangan.

“Alergi memang bisa disebabkan kacang-kacangan. Ada memang kelompok yang sangat kecil memiliki alergi terhadap kacang-kacangan terutama kacang tanah, kedelai pun ada, sangat kecil,” kata Marudut dalam konferensi pers PERSAGI, Rabu (30/3/2022).

3 dari 4 halaman

Apakah Tempe Aman?

Salah satu makanan keluarga sehari-hari yang terbuat dari kacang-kacangan adalah tempe.

Lantas, apakah tempe aman dikonsumsi oleh anak disabilitas khususnya down syndrome dan autisme?

“Hal ini perlu dilihat kembali, biasanya alergi disebabkan peningkatan imunoglobulin E. Jika imunoglobulin E anak meningkat setelah mengonsumsi tempe, maka anak tidak boleh diberi tempe,” katanya.

Walau demikian, tempe tetap aman jika dikonsumsi oleh anak disabilitas yang tidak memiliki alergi terhadap kacang-kacangan.

Menurut Ketua Umum PERSAGI, Rudatin SSt.MK, SKM, M.Si, secara garis besar konsumsi tempe pada anak disabilitas tidak masalah.

“Di tepung terigu itu ada gluten yang bisa berpengaruh pada anak (autisme) tapi di tempe tidak ada.”

4 dari 4 halaman

Aman bagi Anak yang Tidak Alergi

Rudatin juga menceritakan bahwa ia memiliki keponakan disabilitas yang setiap hari mengonsumsi tempe. Sejak usia 3 hingga kini menginjak usia 11, keponakannya selalu mengonsumsi tempe dan kondisinya baik-baik saja.

“Berbeda dengan kalau dia konsumsi coklat, terigu. Kalau tempe tidak masalah, apakah setelah makan tempe aktivitasnya jadi meningkat? Tidak, tidak berpengaruh ke situ,” katanya dalam kesempatan yang sama.

Rudatin juga mendefinisikan tempe sebagai makanan tradisional Indonesia yang terbuat dari kacang kedelai yang diproses melalui fermentasi.

Dalam proses fermentasi, digunakan mikroorganisme kapang rhizopus sp sehingga tempe menjadi lebih mudah dicerna.

“Kenapa kita harus makan tempe? Karena salah satunya untuk melestarikan budaya Indonesia. Tempe ini merupakan makanan asli dari Indonesia,” kata Rudatin.

Ia menambahkan, tempe juga merupakan sumber protein nabati yang mudah dicerna. Selain murah dan mudah didapatkan, makanan ini juga mengandung isoflavon, probiotik, vitamin B12 dan antioksidan yang mampu meningkatkan kesehatan, mencegah berbagai penyakit, dan dapat mengobati diare.