Sukses

Curhat Penyandang Disabilitas yang Batal Terbang Lantaran Kursinya Ditempati Pejabat

Kabar kurang menyenangkan datang dari penyandang disabilitas yang batal melakukan perjalanan menggunakan pesawat lantaran kursinya ditempati pejabat.

Liputan6.com, Jakarta Kabar kurang menyenangkan datang dari penyandang disabilitas yang batal melakukan perjalanan menggunakan pesawat lantaran kursinya ditempati pejabat.

Hal ini dibagikan dalam utas Twitter dan banyak menarik perhatian warganet.

“Hari ini (9/5) saya harusnya terbang dengan @IndonesiaGaruda flight GA 121 KNO-CGK. Harusnya sekarang saya di dalem pesawat karena udah jam boarding sekarang. Jadi enggak terbang-terbang perkara saya disabilitas dan seat prioritas yang harusnya saya duduki ditempati pejabat yang katanya ‘abdi negara’. OK GAN,” tulis akun @sashymymahal dikutip Rabu (11/5/2022).

Ia pun mengaku jengkel karena waktunya terbuang dan meminta jadwal penerbangannya diundur.

“Jengkel buang waktu enggak jelas, saya langsung bilang aja, yaudah pindahin aja ke flight besok dan tempatkan saya di seat yang seharusnya (seat depan adalah prioritas untuk penyandang disabilitas dan penumpang dengan bayi yang butuh bassinet). Ok saya di-reschedule jadi besok (10/5).”

Ia pun berharap di hari berikutnya tidak ada kendala lain dan bisa duduk di kursi prioritas seperti seharusnya.

“Saya enggak mau juga dispesialin, tapi namanya saya disabilitas mau gimana? kalo ada apa-apa gimana? Masa tadi aslinya bahkan seat saya dipindahin dekat pintu emergency, pesawat kenapa-kenapa nyaho lu pada, gue gabisa tolongin.”

Ia pun menyinggung kapten penerbangan yang tidak berani menegakkan peraturan yang telah dikeluarkan sendiri oleh perusahaannya.

“Yaudah lucu aja bahkan masa kapten @IndonesiaGaruda enggak berani sih negakkin peraturan yang dikeluarkan sendiri dari perusahaannya, cuman perkara ini penumpang enggak mau tuker seat sama saya yang disabilitas, cuman gara-gara dia pejabat dan katanya abdi negara bahkan.”

 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

2 dari 4 halaman

Tanggapan Garuda

Melihat keluhan penyandang disabilitas yang mulai viral di media sosial, Direktur Utama Garuda Indonesia, Irfan Setiaputra mengatakan, pihaknya tengah melakukan evaluasi lebih lanjut atas kejadian tersebut.

Untuk memastikan langkah corrective action dapat dilakukan guna mencegah hal seperti ini terulang kembali.

"Kami sangat menyesalkan kejadian ini dan menyampaikan permohonan maaf sebesar besarnya atas ketidaknyamanan yang dialami oleh penumpang pada penerbangan tersebut," ujar Irfan dalam pernyataan tertulis, Selasa (10/5).

"Hal ini tentunya menjadi catatan dan masukan penting bagi kami untuk terus mengoptimalkan kualitas layanan penerbangan bagi pelanggan setia kami," dia menambahkan.

Irfan menyampaikan, sebelumnya penumpang tersebut telah terjadwalkan untuk terbang pada penerbangan GA 189 rute Kualanamu-Jakarta dengan kursi prioritas.

Namun demikian, dikarenakan terdapat perubahan penerbangan, maka penumpang tersebut harus melanjutkan perjalanan dengan penerbangan GA 121 rute Kualanamu-Jakarta.

"Sehingga terdapat penyesuaian nomor kursi penerbangan berdasarkan ketersediaan kursi pada penerbangan tersebut," terang dia dalam keterangan yang sama.

3 dari 4 halaman

Dijadwalkan Ulang

Akhirnya, penumpang tersebut telah dijadwalkan untuk kembali melaksanakan penerbangan pada Selasa (10/5) menggunakan penerbangan GA 121 rute Kualanamu-Medan dengan kursi prioritas.

"Kami juga akan terus berkomunikasi dengan penumpang tersebut dan memastikan kebutuhan service recovery yang diperlukan untuk kami penuhi," kata Irfan.

Menurut dia, Garuda Indonesia sepenuhnya memahami kebutuhan atas layanan penerbangan yang aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat. Tidak terkecuali bagi para penumpang penyandang disabilitas.

"Komitmen tersebut yang akan terus senantiasa kami kedepankan dalam layanan penerbangan Garuda Indonesia, khususnya melalui berbagai upaya untuk memberikan kemudahan aksesibilitas layanan penerbangan," tuturnya.

Kejadian tidak menyenangkan terkait penerbangan bagi penyandang disabilitas bukan kali pertama terjadi. Hal serupa juga dialami oleh penyandang disabilitas pengguna kursi roda asal India.

Sebuah maskapai penerbangan murah di India mendapat kecaman setelah seorang remaja disabilitas ditolak naik pesawat.

Penolakan ini dikarenakan staf mengatakan kepada orangtuanya bahwa anak itu akan menjadi risiko bagi penumpang lain, menurut sebuah laporan.

4 dari 4 halaman

Tak Dibiarkan Naik

Insiden di bandara Ranchi pada Sabtu terungkap setelah seorang penumpang pesawat, Manisha Gupta, dalam penerbangan ke Hyderabad menggambarkannya di Facebook.

“Pada saat dia melewati pemeriksaan keamanan dan mencapai gerbang (hampir satu jam sebelum boarding), dia tampak dalam pergolakan kelaparan, kehausan, kecemasan dan kebingungan,” tulis Manisha Gupta mengutip New York Post pada Selasa (10/5/2022).

"Orangtuanya jelas tahu bagaimana menangani kehancurannya - dengan kesabaran, beberapa bujukan, beberapa ketegasan, banyak pelukan, dan lain-lain. Dan penumpang lain menghampiri untuk menanyakan apakah mereka membutuhkan bantuan atau dukungan," tulisnya.

Gupta juga mengatakan, pengguna kursi roda itu menarik perhatian staf Indigo Airlines yang berjalan ke arah ketiganya dan memperingatkan mereka bahwa dia tidak akan membiarkan mereka naik.

Dia menggambarkan bagaimana saat boarding dimulai, penumpang lain menyatakan dukungan untuk keluarga dan anak laki-laki mereka.

“Ada delegasi dokter yang mengambil penerbangan yang sama. Mereka meminta staf darat untuk mendapatkan dokter bandara dan membiarkannya memeriksa kebugaran anak untuk bepergian,” jelas Gupta.

Bahkan, delegasi dokter juga menawarkan untuk memberikan dukungan penuh kepada anak dan orang tuanya jika ada episode kesehatan yang terjadi di udara.

“Kami adalah dokter yang bepergian dengan anak ini dan keluarganya. Sekarang biarkan dia naik,” kata mereka.

Tetapi seorang manajer IndiGo diduga memberi tahu para penumpang: “Anak ini tidak dapat dikendalikan. Dia dalam keadaan panik.” Padahal, anak itu sangat tenang. Walau orangtua sangat berusaha agar anaknya bisa ikut terbang, tapi mereka tetap tidak dibiarkan ikut dalam penerbangan tersebut.