Liputan6.com, Jakarta Antony Sher, Robert Lindsay, Ian Richardson dan Christopher Plummer hanyalah beberapa dari aktor-aktor non-difabel yang memerankan karakter penting di drama Inggris Richard III dari Shakespeare.
Tetapi sebelumnya tidak ada aktor yang memerankan Richard di Royal Shakespeare Company (RSC) yang memiliki gangguan fisik.
Baca Juga
Namun rekor itu terpatahkan sejak Arthur Hughes mengambil peran tersebut.
Advertisement
Dilansir dari BBC, Hughes bukan aktor pertama yang melakukannya (ada Mat Fraser memerankan Richard di Hull Truck pada tahun 2017 dan Daniel Monks yang mengambil peran dalam Dick at the Donmar pada tahun 2019), tetapi ini adalah yang pertama bagi RSC.
"Kita perlu memiliki lebih banyak penyandang disabilitas untuk memerankan Richard. Ini adalah isyarat besar dari RSC... menganggap serius representasi disabilitas," kata Hughes.
"Richard adalah salah satu karakter penyandang disabilitas paling terkenal di Inggris. Saya selalu ingin memerankannya. Saya pikir banyak aktor penyandang disabilitas akan berpikir memerankan Richard adalah hak lahir mereka.
"Setiap kali aktor penyandang disabilitas memerankan Richard, itu merupakan langkah penting untuk representasi."
Hughes, yang memiliki displasia radial dan diidentifikasi sebagai "anggota tubuh yang berbeda", jelas tidak sabar untuk unjuk gigi kemampuannya memerankan peran yang paling menantang hingga saat ini.
Ia mengaku sejak meninggalkan sekolah drama, ia berhasil mendapat respon positif terkait menadapatkan pengalaman kerja. Beberapa yang ia sebutkan diantaranya peran dalam drama seperti One Flew Over the Cuckoo's Nest, di Sheffield's The Crucible, dan Saint Joan, di Donmar Warehouse London.
Penghargaan TV-nya termasuk British Academy of Film and Television Arts (Bafta) pemenang penghargaan drama Channel 4 Help dan Netflix's The Innocents.
Tak selalu percaya diri
Hughes saat ini sedang mematangkan perannya yang akan datang, yaitu memainkan Richard yang lebih muda dalam produksi RSC dari War of the Roses.
Meski demikian capaiannya, aktor asal Buckinghamshire itu mengaku tak selalu percaya diri. Misalnya, katanya, ia tidak memiliki banyak pilihan dalam hal aktor penyandang disabilitas saat di sekolah drama yang bisa ia teladani.
"Baru setelah saya lulus saya melihat Ruth Madeley [yang menggunakan kursi roda] di BBC One's Years and Years," katanya. "Ia adalah aktor penyandang disabilitas dan tidak ada yang merujuknya. Itu bukan sekedar cerita. Ia nyata."
Awal tahun ini, Hughes berperan sebagai juru kampanye hak-hak disabilitas di BBC Two's Then Barbara Met Alan, berlawanan dengan Madeley, yang menderita spina bifida.
Tapi disamping ia merasa bertanggung jawab memerankan peran disabilitas yang menjadi pusat perhatian, ia juga ingin dirinya terlihat berperan memiliki gangguan fisik secara kebetulan (bukan settingan).
"Saya pikir bagus untuk memainkan bagian-bagian itu [di mana disabilitas adalah bagian penting dari peran] tetapi juga bagus bagi aktor disabilitas untuk memainkan karakter di mana itu insidental dan disabilitas tidak ditentukan. Disabilitas jelas merupakan bagian penting dari identitas Anda, tetapi bukan satu-satunya bagian," katanya. Menurutnya, itu menjadi PR untuk membuat representasi disabilitas benar-benar kuat.
Advertisement
Sindrom Othello
Direktur artistik RSC Greg Doran, Hughes percaya "karakter penyandang disabilitas harusnya dimainkan oleh aktor penyandang disabilitas.
Mendiang suami Doran, Antony Sher, mengambil peran sebagai Richard di RSC pada tahun 1984, tetapi bulan lalu sutradara mengatakan kepada Times, "Penampilan Tony sekarang mungkin tidak dapat diterima. Ini adalah sindrom Othello bukan? Saat itu ketika aktor kulit putih berhenti memikirkan Othello dalam repertoar mereka, karena tidak dapat diterima untuk memiliki wajah hitam lagi, setidaknya sampai level playing field tercapai. Sama halnya dengan aktor penyandang disabilitas dan Richard. Tidak ada lagi aktor kulit putih yang memerankan Othello. Waktu terus berjalan," katanya.
Aktor Simon Callow menanggapi tidak setuju dengan casting difabel. Menurutnya, teater adalah gimnasium imajinasi. Baik aktor dan penonton berimajinasi di sana, jelasnya.
Sementara pro-kontra ini, sutradara memutuskan berjalan sesuai jadwal.
Peran Hughes sebagai Richard
Dalam drama itu, Richard yang ia perankan dicap sebagai seorang difabel kasar yang mabuk kekuasaan. Namun Richard mengubah kelemahan fisiknya menjadi keuntungannya.
"Orang-orang tidak bisa menebaknya. Ia selalu berurusan dengan rumor, kebohongan, gosip, kepalsuan, dan hidup sebagai bayangan aneh. Ia berada di lingkaran masyarakat yang tidak sepenuhnya menerimanya. Disitulah saya pikir ia membuat keputusan. 'jika saya tidak akan diterima di masyarakat, maka saya juga akan bermain dengan aturan saya sendiri. Jika ini aturan di kelompok, saya tidak ingin berada di dalamnya."
Hughes yang ingin memerankan karakternya secara ideal, bahkan berusaha menyesuaikan bahasa yang ia gunakan sehari-hari dengan bahasa yang digunakan dalam drama.
Pada saat yang sama, ada banyak aspek lain dari kepribadian dan motivasi Richard yang ingin ditampilkan oleh Hughes.
"Karakter utama mungkin difabel tetapi salah satu hal yang lebih menggoda tentang drama itu adalah munculnya seorang tiran, seseorang yang menginginkan kekuasaan tetapi tidak cocok untuk itu," katanya.
"Ini tentang para pemimpin yang menakutkan dan paranoid dan mabuk kekuasaan dan akan melakukan apa saja untuk... mempertahankannya. Itulah hal yang tak lekang oleh waktu tentang drama ini."
Advertisement