Liputan6.com, Jakarta Bagi Mark Johnson, Co-Founder dan Managing Partner di Michigan Software Labs, hal yang menarik dari teknologi baru adalah ketika mampu mempelajari teknologi baru tersebut sebelum teknologinya masuk ke pasaran.
Maka dari itu, ia melakukan penelitian ke beberapa bidang dengan tujuan ingin dapat membantu meningkatkan kehidupan orang lain, terutama komunitas penyandang disabilitas tunanetra dan rabun.
Baca Juga
Dilansir dari Forbes, Johnson menemukan masalah bahwa sekitar 12 juta orang berusia 40 tahun ke atas di Amerika Serikat memiliki gangguan penglihatan, termasuk 1 juta orang buta, 3 juta orang memiliki gangguan penglihatan, dan 8 juta orang memiliki gangguan penglihatan karena kesalahan refraksi, yang ia kutip dari data CDC.
Advertisement
Dengan permasalahan tersebut, ia memiliki ide untuk membantu menuliskan tentang tiga teknologi baru yang akan melayani komunitas tunanetra dan rabun.
"Yang pertama disebut Hearsee. Hearsee Mobility sedang mengembangkan tongkat pintar untuk komunitas tunanetra dan rabun," katanya.
Menurut temuannya, tongkat pintar ini akan mengirimkan sinyal ke aplikasi yang dapat digunakan pengguna untuk mendengar navigasi yang dapat didengar dan petunjuk pencarian jalan.
"Misalnya, bayangkan Anda adalah seorang tunanetra di bandara dan ingin minum kopi. Anda menekan tombol di tongkat dan berkata, 'Navigasi ke Starbucks.' Maka aplikasi ini mengetahui lokasi Anda saat ini dan menggunakan suar pencari jalan yang dipasang di bandara untuk memberi Anda petunjuk langkah demi langkah ke Starbucks," jelasnya sambil menambahkan bahwa tongkatnya juga memiliki mode tur yang memungkinkan Anda mendengar rekomendasi tempat selagi Anda berjalan melewatinya (misalnya, "Di sebelah kanan Anda adalah toilet.")
Hearsee didirikan pada tahun 2018 dan telah mengembangkan teknologi dengan bantuan dewan penasihat Hearsee.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Meski autis dan tunanetra, Michael Anthony memiliki talenta luar biasa dalam bermain piano.
Aplikasi melihat berbasis AI
Kedua, pada tahun 2017, Microsoft meluncurkan aplikasi Melihat berbasis Artificial intelligence (AI). Aplikasi ini memungkinkan pengguna untuk mengalami dunia di sekitar mereka dan menyelesaikan banyak tugas seperti melihat dokumen, memahami produk umum, dan mengenali orang.
Salah satu fitur yang paling populer adalah membaca mata uang. Karena, bayangkan jika Anda tunanetra dan perlu membayar barang dengan uang tunai di pasar petani. Aplikasi ini akan memungkinkan Anda untuk memindai tagihan Anda dan membacakan dengan lantang jumlah mata uang. Ini akan membantu Anda untuk membayar barang-barang tersebut.
Advertisement
Ransel navigasi
Ketiga, ada ransel baru untuk tunanetra. Para peneliti di University of Georgia telah mengembangkan ransel yang dikenal sebagai Mira untuk membantu individu tunanetra atau mereka yang memiliki gangguan penglihatan menavigasi secara mandiri.
Ini menggunakan perangkat lunak kecerdasan buatan (AI) Intel dan kamera AI spasial Luxonis OAK-D yang dipasang di rompi. Salah satu pengembang ransel, Jagadish K. Mahendran, menjelaskan tentang semua fitur Mira dalam studi kasusnya.
“Saat pengguna bergerak melalui lingkungan mereka, sistem secara audio menyampaikan informasi tentang hambatan umum termasuk rambu, cabang pohon, dan pejalan kaki. Ini juga memperingatkan penyeberangan, trotoar, tangga, dan pintu masuk.”
Ketiga hal di atas hanya beberapa dari kemajuan teknologi menarik yang dibuat untuk tunanetra. Sepertinya kemajuan dalam AR (augmented reality) juga dapat membantu pengguna di bidang ini. Misalnya, pengguna dapat memakai kacamata VR untuk mengidentifikasi orang yang dikenal menggunakan sensor dan memberikan bantuan audio untuk menentukan jarak dan bahkan ekspresi wajah.
"Dampak dari teknologi baru ini baru saja dimulai. Saya senang dengan kemungkinan untuk menghadirkan lebih banyak teknologi, yang didorong oleh pengguna sebenarnya, kepada orang-orang ini. Dengan demikian, teknologi-teknologi ini dapat membantu melayani masyarakat tunanetra dan rabun," ujar Johnson.
Teknologi lain di Belanda
Teknologi buatan peneliti Belanda ini bekerja dengan kamera built-in yang akan menyambungkan gambar secara nirkabel ke otak.
Teknologi ini juga didukung oleh musisi legendaris Amerika Stevie Wonder yang kehilangan penglihatannya saat masih bayi.
Dikutip Dailymail, sejumlah terapi eksperimental dan gadget untuk kebutaan tidak dapat menyembuhkan kebutaan. Namun sejumlah eksperimen sedang diuji coba seperti di AS dan Inggris, dan uji coba menggunakan alat pengeditan gen CRISPR untuk menyembuhkan kebutaan genetik.
Sementara kacamata buatan peneliti Belanda ini mengembangkan neurprosthesis-- perangkat yang mampu menghasilkan gambar visual di otak.
Advertisement
Cara kerja kacamata
Kacamata bekerja dengan mengambil gambar diam menggunakan kamera internal dengan mengklik tombol.
Gambar-gambar tersebut kemudian ditransmisikan secara nirkabel ke sebuah chip kecil yang dipasang pada korteks visual orang buta menggunakan kombinasi gelombang radio yang serupa dengan yang digunakan teknologi Wi-Fi dan Bluetooth.
Prosesnya mirip dengan sinyal alami yang dikirim mata ke bagian otak yang merupakan bagian dari indera penglihatan kita.
Bagian otak ini biasanya menerjemahkan pesan yang diterima oleh mata ke dalam gambar, tetapi para peneliti percaya itu mungkin untuk mereplikasi ini menggunakan elektroda kecil untuk merangsang sel-sel otak.
Para ilmuwan belum menguji implan mereka pada manusia tetapi tes laboratorium dan eksperimen pada monyet telah menjanjikan.