Liputan6.com, Jakarta Kecintaan remaja down syndrome Nabil Dhiya Ulhaq pada olahraga membawanya pada berbagai ajang pertandingan.
Salah satu yang hendak diikuti adalah Pekan Special Olympic Nasional (Pesonas 2022) tingkat nasional pada 3 sampai 8 Juli mendatang.
Menurut sang ibu, Popi Wargani, guna menyambut ajang tersebut Nabil telah melakukan berbagai persiapan. Salah satu persiapannya adalah latihan yang semakin intensif.
Advertisement
Di sisi lain, asupan makanan pun tetap 4 sehat dan 5 sempurna termasuk konsumsi susu.
Menurut Popi, Nabil sangat antusias dalam melakukan persiapan untuk ajang besar ini.
“Antusias sekali dan rela cape latihan seminggu empat kali dari yang hanya dua kali seminggu,” kata Popi kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks Minggu (3/7/2022).
Di ajang ini, Popi dan Nabil memiliki target medali sehingga bisa berdiri di podium dan menerima penghargaan. Lebih lanjut, jika di ajang ini ia menang, maka remaja usia 19 itu bisa unjuk gigi di ajang internasional yakni Summer Game di Berlin Jerman.
“Ya targetnya adalah medali dan bisa berdiri di podium dan impiannya adalah mengibarkan bendera merah putih di acara Summer Game Berlin Jerman.”
Popi juga berharap agar buah harinya bisa menjadi seorang atlet disabilitas yang bertalenta dan bisa menghidupi dirinya sendiri melalui keahlian berolahraga.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Awal Mula Suka Olahraga
Penyandang down syndrome asal Garut ini aktif di dunia olahraga khususnya cabang atletik.
Menurut Popi, minat sang anak dalam menekuni dunia olahraga berawal ketika mereka jalan-jalan ke lapangan tempat para siswa reguler berlatih olahraga.
“Kita mengetahui bahwa Nabil suka di dunia olahraga saat kami ajak jalan dulu ke lapangan olahraga dan melihat teman-teman kelas reguler melakukan olahraga atletik, nah sejak saat itu Nabil mulai menyukai olahraga,” ujar Popi.
Selain melihat langsung di lapangan, Nabil juga sering menonton video tentang olahraga terutama lari di ponsel pintar. Hal ini turut meningkatkan minatnya untuk masuk ke dunia olahraga, tambah Popi.
Setelah masuk dunia olahraga sejak kelas 6 SD, Nabil menunjukkan berbagai perkembangan salah satunya rasa percaya diri yang meningkat.
“Perkembangannya salah satunya adalah dia jadi percaya diri. Mau menang ataupun kalah dia tetap percaya diri karena itu olahraga kesenangannya,” ujar Ibu berusia 52 itu.
Advertisement
Prestasi Nabil
Selain meningkatkan percaya diri, olahraga juga mengajarkan Nabil agar terlatih mengetahui bahwa pertandingan itu keras. Makanya, ia terus-menerus berlatih.
Popi juga menjabarkan berbagai prestasi yang telah Nabil raih selama menekuni dunia atletik. Prestasi-prestasi tersebut yakni:
-Juara 1 lomba lari jarak pendek pada peringatan Hari Sindroma Down Dunia (HSDD) tingkat Kabupaten Garut.
-Masuk tim Kabupaten Garut cabang olahraga atletik 2018.
-Ikut serta dalam Pertandingan Pekan Paralimpik Daerah (Peparda) tingkat Jawa Barat di Gor Pajajaran Bandung.
-Masuk tim National Paralympic Committee Indonesia (NPCI) cabang olahraga atletik mewakili Kabupaten Garut untuk Peparda tingkat Jawa Barat di Bogor.
Dalam memberi dorongan untuk sang buah hati, Popi selalu mengajaknya melihat contoh orang yang semangat berlatih dan mengatakan bahwa ini akan menjadi semangat juga bagi Nabil. Cara lain dalam menyemangati Nabil adalah dengan selalu mengantarnya setiap ada jadwal latihan.
“Sempat juga (Nabil) bosan, tapi itu wajar karena anak berkebutuhan khusus mood-nya kadang naik kadang turun, tapi itu tidak lama karena cepat dikembalikan lagi oleh kita keluarganya, atau dianya sendiri yang kembali semangat untuk latihan,” kata Popi.
Walau demikian, rasa malas yang menyerang Nabil sangat jarang datang, lanjut Popi. Nabil cenderung lebih banyak semangatnya ketimbang malasnya, tutup Popi.
Atlet Down Syndrome Lainnya
Nabil bukan satu-satunya penyandang down syndrome yang berhasil meraih berbagai prestasi. Salah satu penyandang down syndrome berprestasi lainnya adalah Stephanie Handojo.
Ia adalah atlet renang penyandang down syndrome yang berhasil meraih berbagai penghargaan di bidang renang.
Tak hanya perlombaan dalam negeri, gadis yang akrab disapa Fani ini sempat mendapat medali emas di ajang internasional.
“Di cabang renang, Fani memperoleh satu medali emas di World Summer Game Athena tahun 2011,” ujar Fani dalam webinar Konekin, (24/10/2020).
Pencapaian tersebut tidak didapat dengan mudah. Di balik prestasi itu ada berbagai usaha dan perjuangan yang harus dilalui.
Tak tanggung-tanggung, atlet yang mulai fokus berenang sejak usia 8 ini melakukan latihan renang dengan jarak 2,5 km setiap latihan. Pelatihannya sendiri dilakukan 4 kali seminggu pada Senin, Selasa, Rabu, dan Jumat.
Persiapan ini dilakukan secara terus-menerus selama 3 bulan guna mendapatkan hasil maksimal.
Sebelum mengikuti kejuaraan di Athena, Yunani, Fani sempat juga bertanding di Singapura , Amerika, dan Australia. Namun, pengalaman paling berkesan baginya adalah ketika perlombaan di Athena.
“Yang paling berkesan saat lomba di Special Olympic World Summer Game di Athena pada tahun 2011, karena Fani hampir kalah tetapi tetap semangat dan berjuang untuk menang,” ujarnya.
Advertisement