Liputan6.com, Jakarta Kepala Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Cicendo, Kota Bandung, Wawan, M.Pd menceritakan soal praktik baik yang dilakukan guna mempersiapkan siswa disabilitas untuk terjun ke dunia kerja.
Menurutnya, beberapa hal yang telah dilakukan untuk siswa siswi difabel yakni:
Baca Juga
-Mengembangkan mitra vokasi dengan sekolah menengah kejuruan (SMK) untuk melakukan program belajar bersama, praktik kerja lapangan (PKL) bersama dan uji kompetensi bersama
Advertisement
“Ini sebenarnya jawaban dari kondisi keterbatasan atau kekurangan sumber daya manusia guru yang kompeten dan profesional dalam mengajarkan program vokasi kepada anak-anak disabilitas,” ujar Wawan dalam seminar daring Save The Children, Kamis (28/7/2022).
Program vokasi mengajarkan secara konkret dan langsung berkenaan dengan pengembangan soft skill dan hard skill siswa disabilitas.
-Bekerja sama dengan perusahaan-perusahaan
-Melakukan analisis kemampuan peserta didik dengan kompetensi berdasarkan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) tataboga, desain grafis, serta teknologi informasi dan komputer (TIK)
-Menyelaraskan program kemitraan Bursa Kerja Khusus (BKK) pada bidang tataboga, TIK, dan desain grafis
-Membuat jejaring industri dan dunia kerja (IDUKA) sebanyak 13 IDUKA untuk PKL dan 8 IDUKA siap menerima magang atau membuka lowongan kerja sebagai tindak lanjut kepemilikan sertifikat.
Sedangkan, kerangka pengembangan kompetensinya dimulai dengan asesmen untuk mengetahui kebutuhan belajar dan bakat apa yang dimiliki para murid.
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Pengembangan Program Berbasis Peluang
Setelah mengetahui kebutuhan dan hambatan masing-masing siswa melalui asesmen, maka dilanjutkan dengan yang disebut profil kurikulum untuk pengembangan program berbasis peluang. Ini termasuk implementasi program vokasi, uji kompetensi, dan penyaluran melalui BKK.
Persiapan para siswa disabilitas untuk masuk dunia kerja juga didukung dengan diskusi kelompok terumpun dari pihak sekolah.
“Kami melakukan diskusi kelompok terumpun untuk menghasilkan Sertifikasi Kompetensi Khusus Kerja Penyandang Disabilitas (SK3PD) bagaimana desain ini menjadi adaptif dan tentunya bisa disampaikan pada anak-anak kita dan disesuaikan dengan ketersediaan lapangan kerja.”
Guru-guru juga dibekali ilmu untuk pengajaran soft skill kepada para murid. Pembekalan ini merupakan bentuk kerja sama dengan Save The Children dan disebut sebagai program In Service Training bagi tenaga pendidik.
Seacra garis besar, di kelas 10 siswa disabilitas akan diikutsertakan belajar bersama anak-anak regular. Di kelas 11 akan melaksanakan PKL dan di kelas 12 akan ikut uji kompetensi dan setelah itu akan ada penyaluran kerja lewat job fair.
* BACA BERITA TERKINI LAINNYA DI GOOGLE NEWS
Advertisement
Membangun Kerja Sama
Guna melancarkan berbagai program sekolah, SLB Negeri Cicendo juga membangun kerja sama dengan Save The Children.
Guna membekali penyandang disabilitas agar siap masuk dunia kerja, Save The Children melancarkan program Skills to Succeed.
Program ini bertujuan memberikan pelatihan keterampilan kerja, kewirausahaan dan literasi keuangan, bimbingan, konseling kerja, dan layanan hubungan kerja untuk remaja usia 15-24 tahun yang bersekolah dan tidak sekolah.
Program ini juga memberikan pelatihan kepada pemuda putus sekolah yang berisiko mengalami pekerjaan berbahaya dan pemuda penyandang disabilitas.
“Dua tahun belakangan ini, sejak 2020 hingga 2022 ini kami melalui program ini berkonsentrasi untuk disabilitas khususnya yang berada di lingkungan sekolah seperti di Kota Bandung, Kabupaten Bandung, dan Cimahi dengan melibatkan 15 sekolah,” kata Greater Jakarta Field Manager Save the Children Evie Woro Yulianti dalam acara yang sama.
Sekolah yang dimaksud termasuk Sekolah Luar Biasa (SLB) baik tingkat SMP (SMPLB) maupun SMA (SMALB). Bagi siswa SMP pelatihan dilakukan guna mempersiapkan mereka untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi yaitu SMA.
Sedangkan bagi siswa SMA, program ini fokus untuk mempersiapkan mereka masuk dunia kerja melalui Praktik Kerja Lapangan (PKL) dan magang. Ini ditargetkan untuk 300 anak, 150 siswa jenjang SMP dan 150 siswa jenjang SMA.
Fokus pada Soft Skill
Rangkaian pendidikan keterampilan pra dan kesiapan kerja tidak fokus pada hard skill melainkan pada soft skill-nya atau kecakapan untuk melanjutkan kelas yang lebih tinggi atau kesiapan kerja.
“Di sini kita bicara bagaimana mempunyai kemampuan berpikir kritis, bagaimana keterampilan berkomunikasinya, bagaimana menjalin relasi sosialnya. Lalu juga bagaimana anak-anak bisa memiliki konsep diri yang positif serta bisa mengendalikan diri, itu konsep dari soft skill.”
Setelah itu, ada pula bimbingan karier atau bimbingan untuk mencari kerja. Bagaimana anak-anak muda disabilitas bisa mengakses peluang-peluang di mana mereka bisa PKL, magang, bahkan bekerja.
“Kita ajarkan juga bagaimana cara penulisan CV (Curiculum Vitae), cara menghadapi interview, dan bimbingan kewirausahaan.”
“Bimbingan kewirausahaan ini dilakukan karena memang tidak semua penyandang disabilitas itu bisa mengakses atau memiliki passion di bidang kerja formal, bisa juga mereka mempunyai passion di kewirausahaan atau mempunyai usaha sendiri.”
Beberapa strategi pun dirancang untuk menjalankan program ini. Salah satunya yakni memberi layanan efektif bagi remaja dan anak muda dengan disabilitas tertentu dengan melakukan berbagai pelatihan.
Advertisement