Liputan6.com, Jakarta Ratu Elizabeth II meninggal dunia di Kastil Balmoral, Skotlandia, pada Kamis (8/9/2022) sore hari, waktu setempat.
Antrean untuk mengiring kepergian sang ratu Inggris terus bertambah. Ribuan orang membanjiri Green Park, menahan diri dari balik palang yang dipasang sepanjang Mall Street untuk setidaknya melihat sekilas prosesi saat peti mati Ratu berjalab dari Istana Buckingham ke Westminster Hall.
Baca Juga
Berbekal kursi, selimut, dan makanan ringan, orang-orang dari seluruh negeri tiba pada dini hari, dengan maksud memberi penghormatan kepada mendiang raja dan anggota keluarga kerajaan.
Advertisement
Sementara itu, para pegiat hak-hak penyandang disabilitas mengaku kecewa atas pengaturan akses untuk pemakaman Ratu di Westminster Hall di London.
Dilansir dari The Guardian, panduan untuk penyandang disabilitas yang ingin menyaksikan pemakaman sang ratu, dianggap tidak sesuai dengan apa yang dipersyaratkan oleh Undang-Undang Kesetaraan (Equality Act).
Dalam panduan tersebut dikatakan bahwa orang-orang dengan kondisi medis yang sudah ada sebelumnya diminta untuk menunggu, karena prosesi acara kemungkinan bisa semalaman. Hal ini kemudian dikritik oleh para pegiat hak-hak penyandang disabilitas.
Pemerintah telah menunjukkan kurangnya kesadaran seputar kebutuhan orang-orang penyandang disabilitas yang ingin menghadiri acara tersebut minggu ini, kata kepala Disability Rights UK, Kamran Mallick.
"Ancaman penyitaan makanan, minuman, dan tempat berteduh portabel seperti payung yang bisa dibuka, melanggar Undang-Undang Kesetaraan. Banyak penyandang disabilitas menggunakannya untuk fungsi ganda seperti tongkat jalan. Penyandang disabilitas sering membutuhkan makanan dan air saat bepergian, atau untuk minum obat," kata Mallick.
"Sungguh ironis bahwa kerajaan kita harus menandatangani Undang-Undang Kesetaraan menjadi undang-undang lebih dari satu dekade yang lalu, dan mengakhiri hidupnya sendiri dengan menjadi penyandang disabilitas, namun tetap saja pemerintah tidak dapat memberlakukan undang-undang seputar kesetaraan aksesibilitas yang ia wujudkan," tambahnya.
Prosesi Pemakaman di Westminster Abbey
Operasi London Bridge, nama kode untuk rencana aksi yang rumit setelah kematian Ratu Elizabeth II telah dijalankan.
Rencana tersebut telah ada sejak 1960-an dan diperbarui setiap tahun, melibatkan cabang-cabang pemerintahan, polisi, Gereja Inggris, bahkan sektor transportasi di Kota London, Inggris.
Sejak Jumat (9/9), Jadwal 10 Hari Rangkaian Prosesi Pemakaman Ratu Elizabeth II dirilis. Melansir The Sun, hari ini rencananya peti mati Yang Mulia akan disemayamkan di Westminster Hall di bawah Operation Marquee.
Selanjutnya, esok (10/9), para kepala negara mulai berdatangan untuk menghadiri pemakaman. Di malam hari digelar pertemuan untuk kepala negara, gubernur jenderal, perdana menteri kerajaan, dan tamu resmi kunjungan lain.
Advertisement
Organisasi Tuli Beri Penghormatan Terakhir
Organisasi Tuli memberikan penghormatan kepada Ratu Elizabeth II yang meninggal di Balmoral di Skotlandia hari ini pada usia 96 tahun.
Menyusul berita tersebut, organisasi yang mewakili komunitas Tuli telah membagikan kenangan mereka tentang mendiang sang ratu Inggris tersebut.
Royal National Institute for Deaf People (RNID), di mana mendiang Duke of Edinburgh adalah pelindung kerajaan, mengatakan bahwa Ratu telah "menjadi sosok yang teguh, bermartabat, dan meyakinkan".
Mark Atkinson, kepala eksekutif badan amal itu, menambahkan, “Yang Mulia tak kenal lelah setiap bekerja di sektor amal selama 70 tahun masa pemerintahannya; perhatiannya menjadi inspirasi bagi jutaan orang di komunitas kita dan lebih luas. Kami turut berduka bersama keluarga Kerajaan."
Kenangan tentang kebaikan sang ratu terus menerus terungkap. Salah satunya dari Deafinitely Theatre yang turut berkabung melalui twitter, menuliskan, “Deafinitely Theater sangat sedih mendengar berita kematian Yang Mulia Ratu.
“Direktur Artistik kami, Paula Garfield, masih ingat bertemu dengan Ratu pada Mei 2011. Kami semua berterima kasih atas kerja keras dan komitmen Ratu yang berkelanjutan dalam mengakui pentingnya teater dan seni dalam budaya kita.”
Pernyataan Duka Komunitas Tuli
NRCPD, regulator sukarela profesional komunikasi Tuli, mengatakan, “Istirahatlah dalam Damai Ratu Elizabeth Kedua. Dukungannya terhadap begitu banyak badan amal selama 70 tahun pemerintahannya telah membuat perbedaan besar bagi kehidupan banyak orang. Hari ini kami turut berbela sungkawa [bersama keluarga Kerajaan].”
Craig Crowley, CEO Action Deafness, mengatakan, “Berita yang sangat menyedihkan. Ia telah memerintah selama 70 tahun."
Di tempat lain, badan amal tunanetra-rungu Sense menyatakan belasungkawa terdalamnya. "Yang Mulia, Ratu, menjaga mahkota dan negara dengan pengabdian tanpa pamrih, mendapatkan kasih sayang dari generasi ke generasi di Inggris, dan di seluruh dunia," kata mereka.
Advertisement