Sukses

Stadion Kanjuruhan Arema Belum Ramah Disabilitas, Kemenpora Lakukan Audit dan Evaluasi

Tragedi Kanjuruhan Arema menjadi penanda bahwa stadion sepak bola di Indonesia belum ramah anak, perempuan, dan disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Tragedi Kanjuruhan Arema menjadi penanda bahwa stadion sepak bola di Indonesia belum ramah anak, perempuan, dan disabilitas.

Hal ini menjadi perhatian berbagai pihak salah satunya Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Menteri PPPA) Bintang Puspayoga.

“Penyelenggara pertandingan harus memiliki panduan atau protokol perlindungan bagi kelompok rentan, khususnya anak-anak termasuk juga perempuan dan penyandang disabilitas,” kata Menteri PPPA, Bintang Puspayoga di Jakarta, melalui keterangan pers.

Melihat kejadian kelam ini, Menteri Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia (Menpora RI) Zainudin Amali pun tidak tinggal diam.

Ia menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) bersama stakeholder olahraga dengan agenda Evaluasi dan Perbaikan Prosedur Pengamanan Penyelenggaraan Sepakbola Indonesia di Auditorium Wisma Kemenpora, Senayan Jakarta Pusat, Kamis sore (6/10).

Dalam rakor tersebut dibahas soal evaluasi dan audit terkait keamanan stadion. Menurutnya, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, akan dilakukan audit secara menyeluruh terhadap stadion-stadion yang digunakan oleh klub-klub baik Liga 1 Liga 2 dan Liga 3.

Namun, dalam waktu dekat ini pihaknya akan prioritaskan stadion-stadion yang sedang eksisting digunakan. Setelah semua selesai, baru pihaknya akan perluas ke stadion lain milik pemerintah daerah.

"Hal-hal yang diutamakan (dalam audit ini) terutama tentang pintu keluar dan masuk stadion, kemudian tempat-tempat lain yang perlu mendapatkan perhatian," kata Zainudin.

2 dari 4 halaman

Mengatur Suporter

Dalam rapat ini juga dibahas terkait dengan suporter. Menurutnya, selama ini keberadaan suporter belum tersentuh secara serius meskipun sudah diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2022 Tentang Keolahragaan.

“Itu sudah ada pasal-pasal yang mengatur itu dan sudah ada hak dan kewajibannya. Tapi mungkin belum tersosialisasi dengan baik kepada suporter, para penonton kita. Maka, itu akan menjadi tugas dari PSSI dan elemen-elemen yang kaitan dengan itu,” katanya.

Di samping itu, dalam rapat ini, para suporter masing-masing menyampaikan komitmen untuk tidak menggunakan istilah-istilah yang dikonotasikan permusuhan. Misalnya antara pendukung tim yang satu dengan tim yang lain. Seperti antara Persija dan Persib, ataupun antara pendukung Persebaya dengan Arema.

“Sore hari ini semua punya tekad bersama untuk memperbaiki ke depannya dan semua merasa bahwa bagian dari sepak bola,” jelasnya.

3 dari 4 halaman

Membahas SOP

Hal lain yang juga dibahas yaitu terkait dengan SOP (Standar Operasional Prosedur) penanganan kesehatan dan juga terkait pengamanan dalam pertandingan. SOP itu nantinya akan disosialisasikan oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI).

“Setiap menyelenggarakan pertandingan harus ada itu (SOP), harus ada persyaratan minimum yang disediakan di setiap tempat. Sehingga begitu ada insiden, penanganannya langsung bisa di tempat dengan apa yang sudah tersedia,” papar Zainudin.

Selanjutnya, disepakati juga bahwa nantinya aturan-aturan baik aturan FIFA maupun PSSI yang terkait dengan pengamanan di stadion akan dijalankan pihak Kepolisian.

“PSSI diminta untuk mensosialisasikan aturan-aturan FIFA dan PSSI itu sendiri kepada Pemda sebagai pemilik stadion atau yang terkait dengan itu. Sehingga semua jadi tahu apa yang boleh, apa yang tidak boleh,” ujarnya.

4 dari 4 halaman

Mempersatukan Suporter

Ketua Divisi Pembinaan Suporter PSSI Budiman Dalimunthe juga hadir dalam Rapat Evaluasi Menyeluruh Penyelenggaraan Kompetisi Sepak Bola Indonesia.

Ia menyampaikan, ke depan dalam waktu dekat, pihaknya akan semakin intens dan semakin banyak melakukan diskusi untuk perkembangan suporter dan sepak bola Indonesia.

"Dalam waktu dekat kita akan bersatu, akan lebih banyak lagi, juga akan lebih intens bersama-sama duduk, berkomunikasi dan berkoordinasi serta berkontribusi untuk kemajuan suporter dan sepak bola Indonesia," ujarnya mewakili komunitas suporter dari Persib Bandung, Persija Jakarta, Persebaya Surabaya dan Arema FC.

Menurutnya, suporter sepakbola merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan dalam sepak bola.

"Suporter adalah stakeholder dari sepak bola. Ke depan dalam bentuk forum, dalam bentuk workshop dan dalam bentuk rembug yang lebih besar lagi dan intens, kami akan berupaya memberikan yang terbaik untuk kemajuan sepakbola Indonesia," pungkasnya.

Sebelumnya, pada 1 Oktober 2022 terjadi kerusuhan suporter di Stadion Kanjuruhan, Malang diduga akibat suporter tak menerima kekalahan. Para suporter Arema masuk ke lapangan dan terjadi tindak kekerasan dengan aparat.

Pihak kepolisian pun menembakkan gas air mata yang membuat situasi semakin ricuh. Suporter yang panik berdesakan menuju pintu keluar dan tak sedikit yang kehabisan napas serta terinjak. Akibatnya, ratusan suporter meninggal dunia dalam peristiwa ini.