Sukses

Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Dukung Rumah Digital Untuk Disabilitas

Penyandang disabilitas memiliki hak untuk mendapat pengetahuan di bidang digital. Untuk itu, Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia menginisiasi Rumah Digital Untuk Disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas memiliki hak untuk mendapat pengetahuan di bidang digital. Untuk itu, Staf Khusus Presiden Angkie Yudistia menginisiasi Rumah Digital Untuk Disabilitas.

Program ini diluncurkan pada Jumat 4 November 2022 dan didukung pula oleh Pj Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono. Menurutnya, mendukung peluncuran program ini termasuk salah satu upaya mendorong Jakarta yang ramah disabilitas.

“Salah satunya mendukung infrastruktur secara teknologi,” ujar Heru dalam acara peluncuran Rumah Digital Untuk Disabilitas di Jakarta Pusat, Jumat (4/11/2022).

Dalam kesempatan yang sama, Angkie mengucapkan terima kasih atas dukungan yang telah diberikan oleh Heru.

“Kami ucapkan terima kasih pada Pj Gubernur DKI Jakarta yang mendukung Jakarta ramah terhadap disabilitas. Bagaimanapun Jakarta menjadi contoh untuk beberapa provinsi di Indonesia tentang bagaimana membentuk lingkungan inklusi yang ramah terhadap disabilitas,” kata Angkie.

Ia menambahkan, sektor-sektor yang berkaitan dengan disabilitas dewasa ini bukan lagi berbasis sumbangan. Namun, bagaimana berbagai sektor termasuk pendidikan, ekonomi, ketenagakerjaan, informasi, komunikasi, dan teknologi terlibat.

“Pak Gubernur sangat mendukung, ini waktunya penyandang disabilitas di Jakarta update skill dan potensi diri dan mengajak seluruh kebijakan agar memberikan akses seluas-luasnya kepada penyandang disabilitas.”

Pasalnya, masih banyak penyandang disabilitas yang tidak mendapatkan akses termasuk pada informasi yang valid.

“Ini adalah momen agar tak ada satupun penyandang disabilitas yang tertinggal.”

2 dari 4 halaman

Pelatihan Vokasi Tidak Seimbang dengan Era Digitalisasi

Angkie tak memungkiri bahwa edukasi dan pelatihan vokasi banyak diberikan di Sekolah Luar Biasa (SLB). Sayangnya, pelatihan vokasi ini tidak seimbang dengan era digitalisasi.

Pelatihan vokasi acap kali tidak dibarengi dengan pengajaran soal penggunaan komputer dan berbagai teknologi lainnya.

“Sehingga membuat penyandang disabilitas ketika lulus dari sekolah itu kesulitan untuk mendapat akses pekerjaan, pelatihan, dan segala macam. Itu adalah momok yang terjadi saat ini sehingga membuat penyandang disabilitas sulit untuk berkembang.”

Selain pengajaran teknologi, di bidang transportasi penyandang disabilitas juga perlu mendapatkan kemudahan dalam mobilisasi.    

“Bagaimana agar penyandang disabilitas ini bisa dengan nyaman pergi ke sekolah, pergi bekerja, sehingga mereka juga dianggap sama rata di lingkungan Jakarta.

3 dari 4 halaman

Momen Bersejarah

Acara tersebut juga dihadiri oleh Wakil Ketua Komisi Nasional Disabilitas (KND) Deka Kurniawan. Menurutnya, ini adalah momen bersejarah bagi Jakarta dan Indonesia.

“Hari ini kita sama-sama mewujudkan apa yang diamanatkan oleh undang-undang untuk melakukan penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak disabilitas. Kurang lebih 23 juta penyandang disabilitas di Indonesia akan bergembira ketika program-program kreatif betul-betul bisa dirasakan manfaatnya,” ujar Deka.

Ia menambahkan, sejauh ini Angkie dan timnya sudah melatih 7.500 penyandang disabilitas dan 700 orang sudah berhasil disalurkan pada dunia kerja.

“Ini adalah bukti konkret, dalam Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 2019 itu tercantum tentang rencana induk penyandang disabilitas. Nomor keempat adalah pemberdayaan dalam pekerjaan, wirausaha, dan inilah yang diterapkan dalam aplikasi Rumah Digital Untuk Penyandang Disabilitas.”

Dilihat dari filosofinya, lanjut Deka, rumah adalah tempat yang nyaman. Maka dari itu, program tersebut diharapkan menjadi rumah yang nyaman bagi para penyandang disabilitas.

4 dari 4 halaman

Rumah Digital Untuk Disabilitas

Sebelumnya, Angkie menjelaskan bahwa Rumah Digital Untuk Disabilitas adalah wadah dan ruang ekspresi untuk berkomunikasi, mengasah, dan meningkatkan kemampuan para penyandang disabilitas di Indonesia.

“Rumah Digital untuk Disabilitas adalah wadah teman-teman disabilitas di seluruh Indonesia untuk berkarya dan mendapatkan akses informasi seperti forum digital, agenda acara, pelatihan kerja dan UMKM, hingga lowongan kerja seputar dunia disabilitas.” ujar Angkie.

Sebagai penyandang Tuli, Angkie menyadari kesulitan para penyandang disabilitas dalam mendapatkan akses informasi dan pola berkomunikasi. Hal itu yang juga dirasakan hampir semua ragam penyandang disabilitas di Indonesia.

“Kemampuan literasi digital penyandang disabilitas sangat minim, salah satunya adalah minimnya komputer di Sekolah Luar Biasa. Sehingga setelah lulus, banyak penyandang disabilitas kesulitan dalam beradaptasi dengan era digitalisasi yang semakin berkembang.”

“Dengan adanya wadah Rumah Digital Untuk Disabilitas, ini menjadi jawaban sehingga penyandang disabilitas memperoleh informasi, pelatihan kerja dan UMKM, serta pendampingan untuk meningkatkan kemampuan literasi digital” jelas Angkie.

Angkie mengatakan kemunculan Rumah Digital Untuk Disabilitas sebagai wadah yang dapat melahirkan talenta digital yang memenuhi kebutuhan pasar kerja nasional secara vokasi.