Sukses

18 Tahun Gabung UMKM, Penyandang Tuli di Jakbar Buktikan Difabel Mampu Berkarya

Penyandang disabilitas memiliki potensi dalam diri masing-masing dan mampu melakukan pekerjaan produktif serta mandiri secara finansial jika diberi kesempatan yang tepat.

Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas memiliki potensi dalam diri masing-masing dan mampu melakukan pekerjaan produktif serta mandiri secara finansial jika diberi kesempatan yang tepat.

Hal ini dibuktikan oleh penyandang Tuli, Evi, yang kini bekerja di Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Precious One.

Seperti penyandang Tuli lainnya, ia sempat mengalami sulitnya mencari kerja. Jika pun bekerja, pekerjaannya tidak dirasa cocok bagi dirinya.

Sebelum bergabung dengan Precious One, Evi sempat bekerja sebagai pembuat gula merah. Namun, pekerjaan ini tak bertahan lama, menjadi seorang pengaduk gula merah hingga mencetaknya bukanlah perkara mudah. Setiap hari, ia berhadapan dengan hawa panas dari wajan pembuatan gula.

“Enggak kuat panas banget dan kerjanya berdiri terus,” kata Evi menjawab pertanyaan Disabilitas Liputan6.com ketika ditemui di Jakarta Barat, Jumat (11/11/2022).

Usai lepas dari pekerjaan itu, ia pun hanya bisa diam di rumah selama beberapa bulan. Hingga akhirnya, ia bertemu dengan Founder Precious One Ratnawati Sutedjo.

Wanita yang karib disapa Ratna pun mengajak Evi untuk berusaha bersama dengan membuat barang-barang yang memiliki nilai jual.

Awalnya, mereka membuat amplop, kartu, dan jepit rambut dalam jumlah dan modal yang kecil.

Merasa usahanya takkan berkembang jika hanya produksi barang-barang tersebut saja, Ratna pun mulai memikirkan untuk membuat beragam barang lainnya. Lama-kelamaan, barang-barang yang mereka buat pun menarik beberapa peminat.

Pekerja Precious One pun bertambah seiring bertambah pula ragam produk yang diproduksi. Kini UMKM tersebut memproduksi boneka kertas, tas, jaket lukis, bantal, dan yang terbaru adalah kursi kayu kecil yang dilukis secara manual.

2 dari 4 halaman

Berawal dari Nazar

Keterlibatan Evi dalam usaha ini sudah berlangsung 18 tahun, terhitung sejak UMKM ini pertama kali didirikan pada 2004.

Saat bercerita, Evi tak bisa menyembunyikan ekspresi wajahnya yang terlihat bahagia dan bersyukur karena dapat bekerja di bidang yang ia sukai.

Setelah bekerja, ia bisa memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Tak jarang uang hasil jerih payahnya dimanfaatkan untuk jalan-jalan, membahagiakan keluarga, dan menabung.

Dalam kesempatan itu, Ratna juga berkisah soal ide awal pendirian Precious One. Menurutnya, ide ini muncul ketika ia jatuh sakit dan tak bisa melakukan kegiatan apapun.

Tak berdaya secara fisik membuatnya berpikir tentang sulitnya para penyandang disabilitas dalam mendapat penghasilan.

Ratna pun bernazar, jika suatu saat ia sembuh, maka ia ingin melakukan sesuatu untuk membantu para penyandang disabilitas. Dua bulan berlalu, ia pun sembuh dan benar-benar melakukan apa yang dinazarkan.

3 dari 4 halaman

Dimulai Tanpa Konsep

Tak tanggung-tanggung, Ratna belajar bahasa isyarat agar bisa melakukan pendekatan pada teman Tuli. Ia pun bertemu dengan Evi dan berkomunikasi satu sama lain hingga membangun usaha bersama.

“Ini adalah hal yang saya mulai tanpa konsep apapun. Mungkin kalau anak muda sekarang bikin usaha udah direncanakan hingga survei pasar, kalau dulu saya enggak ada yang gitu-gitu,” kata Ratna.

Namun, dengan usaha dan ketekunan usaha ini pun berhasil berjalan hingga kini. Bahkan, pihaknya kini bisa memberdayakan puluhan penyandang disabilitas dari berbagai ragam.

Untuk mempererat kekeluargaan, mereka pun rutin jalan-jalan bersama ke berbagai tempat yang belum pernah dikunjungi.

Tak sebatas produksi produk, UMKM ini pun mengembangkan program mereka dengan melakukan kegiatan lain yang masih berkaitan dengan disabilitas. Salah satunya Special Day for Special Children.

Dalam program ini, mereka mengajak anak-anak penyandang disabilitas untuk bermain secara gratis di wahana permainan.

“Karena semua anak berhak bahagia,” ujar Ratna.

4 dari 4 halaman

Jalin Kolaborasi

Perkembangan UMKM yang digarap Ratna tak lepas dari berbagai kolaborasi yang dijalin. Salah satu kerja sama yang dibangun adalah dengan perusahaan yang bergerak di bidang logistik, Paxel.

Head of Brand Communication Paxel Muhammad Rahadi Prasetya mengatakan, kolaborasi ini memberi pelajaran baru bagi dirinya dan perusahaan yang ia wakili. Pelajaran yang ia maksud adalah soal penyandang disabilitas dan karya-karyanya.

“Kalau kita enggak datang ke sini, kita enggak tahu cara kita bersikap kepada teman-teman disabilitas,” kata pria yang akrab disapa Adi dalam acara yang sama.

Adi berharap, Kolaborasi ini bisa menjadi langkah untuk mengembangkan semua pihak yang terlibat.

“Semoga bisa jadi pengembangan buat diri sendiri, buat Paxel, dan Precious One, semoga bisa berkolaborasi lagi, karena kita enggak akan berhenti di sini.”

Pada dasarnya, pihak Adi memiliki tujuan membantu UMKM di Indonesia untuk berkembang dengan menawarkan pengantaran barang dari luar kota secara cepat.

“Dan Precious One ini kebetulan UMKM yang memberdayakan disabilitas. Kalau soal dibantu, ini ibaratnya yang paling perlu dibantu karena enggak mudah loh cari marketnya.”

Tak lupa, ia juga memuji karya-karya penyandang disabilitas yang tak kalah dari hasil tangan non disabilitas.