Liputan6.com, Jakarta Sama seperti jam tangan yang melingkari pergelangan tangan anak, Abrace dirancang khusus untuk anak- anak dengan autisme.
Dilansir dari Jerussalem Post, gelang canggih ini dibuat secara otomatis memantau tingkat input sensorik, tanpa membuat anak tidak nyaman atau mengganggu kehidupan mereka sehari-hari.
Baca Juga
Abrace mengumpulkan berbagai data fisik dan secara akurat menentukan keadaan emosional anak, memberikan waktu penting bagi orang tua atau profesional mereka untuk mempersiapkan, atau bahkan mencegah, sensory meltdowns.
Advertisement
Gelang ini cukup dipasang di pergelangan tangan anak, secara otomatis memantau tingkat input sensorik, tanpa membuat anak merasa tidak nyaman atau mengganggu kehidupan sehari-harinya.
Saat gelang mendeteksi bahwa level masukan telah melampaui ambang batas, Abrace mengirimkan pemberitahuan real-time melalui aplikasi smartphone sehingga pengasuh dapat merespons dengan cepat, yang berpotensi mencegah gangguan sensorik sepenuhnya. Analisis suasana hati memiliki akurasi lebih dari 90% hanya setelah sepuluh hari pemakaian.
“Dengan Abrace, kita dapat membuat dampak yang signifikan pada kehidupan anak-anak penyandang autisme dan keluarganya. Ketika seorang dengan autisme mengalami sensory meltdown, mereka mungkin merasa sangat bingung, panik, dan frustrasi," kata peneliti Abrace.
"Kondisi itu memusingkan orang sekitar juga, karena tidak dapat dengan mudah mengomunikasikan perasaan ini kepada orang-orang di sekitar mereka. Abrace mengatasinya, memberikan cara baru bagi pengasuh untuk berkomunikasi dan lebih memahami anak-anak dengan ASD," tambahnya.
Â
Abrace Sudah Menggunakan AI Tercanggih
Abrace memanfaatkan solusi cloud berbasis AI terdepan di industri sehingga data dapat dibagikan dengan dokter, guru, dan profesional lainnya dalam jaringan dukungan anak penyandang autisme.
Data yang dikumpulkan oleh gelang, dalam jangka panjang, dapat membantu spesialis, dokter, dan peneliti di seluruh dunia untuk lebih memahami dan mengobati gangguan spektrum autisme (ASD).
Di Amerika Serikat, ASD mempengaruhi satu dari 44 anak. Sampai saat ini, pengasuh anak-anak dengan ASD terpaksa mengandalkan intuisi dan pengalaman untuk memprediksi perubahan suasana hati dan kesusahan.
Abrace memecahkan tantangan ini, menggabungkan desain ergonomis yang ramah anak dengan teknologi inovatif dan pembelajaran mesin modern untuk menjadi sensor pintar ASD pertama yang disetujui secara klinis di dunia.
Advertisement
Autisme di Indonesia
Di Indonesia tidak ada data yang pasti. Menurut Dokter Rudy, yang merujuk pada Incidence dan Prevalence ASD (Autism Spectrum Disorder), terdapat 2 kasus baru per 1000 penduduk per tahun serta 10 kasus per 1000 penduduk (BMJ, 1997).
Sedangkan penduduk Indonesia yaitu 237,5 juta dengan laju pertumbuhan penduduk 1,14% (BPS, 2010). Maka diperkirakan penyandang ASD di Indonesia yaitu 2,4 juta orang dengan pertambahan penyandang baru 500 orang/tahun.
Setiap tanggal 2 April diperingati sebagai Hari Peduli Autisme Sedunia. Setiap tahun pula, selalu diperingati dengan tema yang berbeda.
Upaya Pemerintah Deteksi Autisme
Kementerian kesehatan terus melakukan berbagai upaya untuk mengendalikan Gangguan Spektrum Autisme adalah diantaranya :
1. Melakukan upaya promotif dan preventif melalui media Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE), sosialisasi, penyuluhan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat agar dapat melakukan deteksi dini Gangguan Spektrum Autisme.
2. Melaksanakan pelatihan keterampilan kecakapan hidup bagi guru dan remaja serta pelatihan pola asuh bagi kader dan orang tua
3. Memberdayakan peran keluarga, guru dan masyarakat untuk mencegah dan mendeteksi dini tanda-tanda Gangguan Spektrum Autisme untuk dapat segera ditindaklanjuti.
Advertisement