Sukses

Sering Dijadikan Tempat Mengungsi, Rumah Ibadah Harus Siaga, Tangguh dan Ramah Disabilitas

Rumah ibadah menjadi salah satu tempat yang acap kali digunakan untuk mengungsi jika terjadi bencana.

Liputan6.com, Jakarta Rumah ibadah menjadi salah satu tempat yang acap kali digunakan untuk mengungsi jika terjadi bencana.

Pasalnya, rumah ibadah merupakan fasilitas yang dianggap nyaman dan aman bagi pengungsi termasuk yang menyandang disabilitas.

Hal ini melatarbelakangi Humanitarian Forum Indonesia (HFI) bekerja sama dengan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI) untuk melakukan pelatihan kesiagaan bencana.

Pelatihan dilakukan di Vihara Silaparamita, Jakarta Timur, pada 11 hingga 12 November 2022. Dalam kegiatan ini, vihara tersebut dikondisikan menjadi lokasi pengungsian warga yang terdampak kebakaran.

Sebagai langkah awal, para pelatih membentuk Struktur Tim Siaga Bencana Vihara untuk mengakomodasi warga dan lembaga di sekitar vihara.

Tim ini memiliki tugas menenangkan warga yang mengungsi ke vihara. Mereka juga dilatih untuk berkoordinasi dengan Relawan Tim Reaksi Cepat dari Yayasan Ekosistem Kolong Langit guna memberikan pertolongan warga yang terluka.

Peserta kegiatan pelatihan ini berjumlah 50 orang terdiri dari 28 laki-laki dan 22 perempuan. Sedangkan, simulasi diikuti oleh 111 orang yakni 51 laki-laki dan 50 perempuan yang merupakan gabungan dari pengurus vihara dan warga di sekitar rumah ibadah. Ini termasuk Ketua RW, warga RW 07, Karang Taruna Cipinang, Ibu-Ibu PKK, Tokoh Agama, Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat dan Babinsa Kelurahan Cipinang Besar Selatan dan relawan Yayasan Ekosistem Kolong Langit.

Dalam simulasi, diperagakan pula soal pertolongan pada penyandang disabilitas termasuk pengguna kursi roda. Hal ini bertujuan agar peserta mengetahui akses terbaik untuk mengungsikan penyandang disabilitas ke vihara.

2 dari 4 halaman

Bermanfaat bagi Daerah Rawan Bencana

Pelatihan ini dipandang bermanfaat oleh Ketua WALUBI Jakarta Timur, Heru Prayitno.

“Kegiatan ini sangat bermanfaat untuk pengembangan rumah ibadah dan sumber daya masyarakat. Ada keterkaitan dengan lingkungan yang mulai terstruktur sehingga kegiatan vihara ke depannya bisa melibatkan semua unsur yang ada dan mendukung vihara yang lain untuk mengadopsi kegiatan yang sama,” kata Heru mengutip keterangan pers yang diterima Disabilitas Liputan6.com, Senin (14/22/2022).

Ia juga mengatakan bahwa WALUBI akan terus mendukung ketangguhan rumah ibadah agama lain.

Senada dengan Heru, Ketua RT 10 RW 07, Syarifudin, juga mengatakan bahwa memang daerahnya rawan terhadap bencana banjir dan kebakaran.

“Pelatihan dan simulasi ini menambah wawasan dan pengetahuan. Kita berharap semoga tim bisa berkelanjutan tidak hanya berhenti setelah kegiatan ini,” kata Syarifudin.

3 dari 4 halaman

Kegiatan yang Unik

Dalam keterangan yang sama, Tatang Husaini yang turut dalam pembentukan fasilitator rumah ibadah tangguh bencana menyatakan bahwa kegiatan ini sangat unik.

“Kegiatan ini sangat unik karena mengedepankan peran pentingnya rumah ibadah dan melibatkan semua lembaga agama yang ada di Indonesia.”

Ia menambahkan, rumah ibadah mempunyai peran strategis dalam semua agama, tapi belum ada acara untuk mewujudkannya. Untuk itu, Program SinerGi dibentuk oleh lembaga-lembaga keagamaan untuk menjawab kebutuhan adanya pedoman rumah ibadah.

Mulai dari menyusun buku saku, melatih warga dan warga rumah ibadah berbagai agama dan simulasi kesiapsiagaan. Kemudian pelibatan warga di sekitar rumah ibadah yang bukan umat dari rumah ibadah tersebut.

“Ada kerja sama antar umat beragama dalam aksi kemanusiaan, yaitu dalam memberikan pelayanan tidak melihat agamanya.”

Sementara, Program Officer dari Wahana Visi Indonesia, Nofri Raco, mengharapkan para peserta menyampaikan hasil dari pelatihan dan simulasi ini kepada keluarga, masyarakat, dan RT/RW setempat. Tujuannya, agar semakin banyak orang yang paham ataupun mengetahui bagaimana mempersiapkan diri dalam menghadapi ancaman bencana.

4 dari 4 halaman

Kolaborasi

Kegiatan ini merupakan hasil kolaborasi HFI yang didukung oleh Wahana Visi Indonesia, RedR Indonesia, dengan lembaga- lembaga agama di Indonesia yaitu:

- Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesia (MATAKIN)

- Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia (PGI)

- Majelis Ulama Indonesia (MUI)

- Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI)

- Perwakilan Umat Buddha Indonesia (WALUBI)

- Caritas Indonesia.

Didukung pula oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta serta Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi DKI Jakarta.

Pelatihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana di rumah ibadah Vihara Silaparamita merupakan kegiatan kedua dari 5 kegiatan yang akan dilakukan untuk menguji buku saku kesiapsiagaan bencana berbasis rumah ibadah yang sedang dikembangkan. Kegiatan berikutnya pada November 2022 akan dilakukan di rumah ibadah agama umat Islam, Hindu, dan Kristen Protestan.

Pada akhir simulasi, ada sosialisasi dan praktik pemadaman kebakaran oleh tim Pemadam Kebakaran Sektor 4 Jatinegara, Jakarta Timur, untuk semua peserta. Setelah mendengarkan informasi dari tim Damkar, para peserta kemudian mempraktikkan memadamkan api dengan menggunakan karung basah dan alat pemadam kebakaran ringan (APAR).