Liputan6.com, Jakarta Hanya karena seseorang menyandang tunanetra bukan berarti mereka melihat segalanya hitam pekat. Peneliti bahkan percaya, penyandang disabilitas netra pun memiliki mimpi.
Ronita Smalley, dari komunitas rehabilitasi di NewView Oklahoma, mengatakan ada dua definisi kebutaan secara hukum di AS.
Baca Juga
"Seseorang disebut tunanetra jika mereka memiliki gangguan penglihatan sama sekali dan memiliki penglihatan tepi kurang dari 20 derajat," katanya, dikutip USA Today. Ini menurut Smalley akan serupa dengan melihat melalui tisu gulung.
Advertisement
Menurut Smalley, banyak dari penyandang tunanetra masih memiliki persepsi cahaya, yang memungkinkan mereka melihat "awan" cahaya dan dapat membantu mereka menyesuaikan diri di ruang yang berbeda, kata Smalley.
Smalley juga menjelaskan bahwa pencahayaan, tingkat kontras, dan lainnya dapat memengaruhi seberapa baik penglihatan bagi tunanetra. Misalnya, apel merah yang diletakkan di atas meja putih yang cukup terang mungkin lebih mudah dilihat daripada apel yang sama di atas meja cokelat di tempat yang remang-remang.
“Biasanya, orang tidak mengalami kebutaan sejak lahir,” katanya, “dan beberapa dari mereka masih memiliki ingatan visual sejak mereka masih bisa melihat.” Ia mengatakan ini memungkinkan orang untuk membentuk gambar lingkungan mereka meskipun kehilangan penglihatan.
Tapi memori visual tidak sempurna tidak selalu akurat, kata Smalley.
Misalnya, seseorang yang memiliki ingatan visual tentang pudel mungkin memetakan atribut pudel ke anjing lain yang tidak terlalu mirip. Namun terlepas dari ketidaksempurnaannya, Smalley mengatakan memori visual dapat membantu untuk orientasi dan navigasi di depan umum dan di rumah.
Apa yang Diimpikan Penyandang Tunanetra?
Smalley mengatakan memori visual inilah yang memainkan peran penting dalam mimpi. Bahkan jika seseorang memiliki kebutaan total, mereka mungkin pernah melihat benda, tempat, dan wajah yang mereka ingat dalam mimpi mereka.
Smiley juga mengatakan mereka yang mengalami kebutaan total masih mengalami fenomena visual dalam mimpinya. “Jika Anda belum benar-benar melihat sesuatu, pikiran Anda hanya membuat gambarannya sendiri,” jelasnya.
Memori visual tidak sempurna, tetapi mereka yang tunanetra masih dapat memiliki pemahaman tata ruang dunia di sekitar mereka, terutama ketika mereka berada di tempat yang akrab seperti rumah atau tempat kerja mereka, sehingga mereka dapat bermimpi tentang tempat-tempat tertentu seperti semua orang. kalau tidak.
Menurut Huffington Post, penyandang tunanetra juga dapat mengalami fenomena sensorik lainnya dalam mimpinya. Beberapa orang yang buta melaporkan mengalami sensasi penciuman dan sentuhan saat tidur.
Tapi tidak semua penyandang tunanetra dan gangguan penglihatan lainnya melaporkan mimpinya. “Saya berbicara dengan banyak orang yang benar-benar kehilangan penglihatan total yang mengatakan bahwa mereka benar-benar tidak memiliki mimpi,” kata Smalley.
Advertisement
2,2 Miliar Orang di Dunia Alami Masalah Penglihatan
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setidaknya ada 2,2 miliar orang di dunia yang memiliki masalah penglihatan jarak dekat atau jauh, dan setidaknya sebanyak 1 miliar (atau hampir setengahnya) gangguan penglihatannya bisa saja dicegah atau disembuhkan.
Sekitar satu miliar orang ini termasuk mereka dengan gangguan penglihatan jarak sedang atau berat atau kebutaan karena kelainan refraksi yang tidak tertangani (88,4 juta), katarak (94 juta), degenerasi makula terkait usia (8 juta), glaukoma (7,7 juta), retinopati diabetik ( 3,9 juta), serta gangguan penglihatan jarak dekat yang disebabkan oleh presbiopia yang tidak teratasi (826 juta).
Karena beragamnya gangguan penglihatan yang ada, sulit untuk menggeneralisasi pengalaman tunanetra dan gangguan penglihatan lainnya.
Katarak Penyebab Kebutaan Tertinggi di Indonesia
Katarak menjadi salah satu penyebab terbanyak kebutaan di Indonesia. Data Kemenkes, terdapat 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, 1,6 juta menderita kebutaan, 6,4 juta menderita gangguan penglihatan sedang dan berat.
Gangguan penglihatan berat, sedang, maupun kebutaan disebabkan sebagian besar oleh katarak sehingga sangat reasonable kalau di Indonesia mengintensifkan operasi katarak untuk menurunkan prevalensi kebutaan dan gangguan penglihatan.
Advertisement