Sukses

Jumlah Penyandang Disabilitas yang Bekerja Masih Rendah, Perusahaan Ini Upayakan Program Magang Setara

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pekerja dengan disabilitas di Indonesia hanya 7,04 juta orang atau 5,37 persen dari total penduduk yang bekerja.

Liputan6.com, Jakarta Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan jumlah pekerja dengan disabilitas di Indonesia hanya 7,04 juta orang atau 5,37 persen dari total penduduk yang bekerja.

Dari data tersebut dapat terlihat bahwa kesempatan para penyandang disabilitas terhadap akses pekerjaan masih perlu ditingkatkan. Salah satu upaya pemerintah dalam membuka lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilitas tertera pada Undang-Undang No 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas.

UU ini yang menekankan bahwa peran perusahaan swasta wajib mempekerjakan paling sedikit 1 persen penyandang disabilitas dari jumlah total pegawai atau pekerja. Maka dari itu, dalam mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk membuka lapangan pekerjaan bagi penyandang disabilita, tahun ini Nestlé Indonesia menginisiasi Program Magang SETARA.

Presiden Direktur Nestlé Indonesia Ganesan Ampalavanar menyampaikan bahwa dirinya percaya semua orang, baik disabilitas maupun non-disabilitas perlu mendapat kesempatan yang sama di dunia kerja.

Maka dari itu, Program Magang SETARA diluncurkan untuk memberdayakan pemuda penyandang disabilitas.

“Dengan harapan dapat menginspirasi dalam menciptakan tempat kerja yang inklusif, memastikan setiap orang dapat merasa aman dan menumbuhkan kreativitas, inovasi, dan Kolaborasi,” kata Ganesan mengutip keterangan pers, Kamis (15/12/2022).

Program Magang SETARA dimulai di Pabrik Panjang, Lampung pada awal 2022, kemudian diresmikan dan diikuti oleh kantor pusat, Jakarta pada Agustus lalu.

2 dari 4 halaman

Kesempatan Berkarya dan Berdaya

Dalam bahasa Indonesia, kata ‘SETARA’ bermakna sepadan, sejajar, dan seimbang. Merujuk pada arti harfiahnya, pihak Ganesan menyelenggarakan program magang SETARA sebagai wadah bagi para penyandang disabilitas untuk mendapatkan kesempatan dalam berkarya dan berdaya.

“Respect (penghormatan) merupakan salah satu nilai fundamental yang sangat kami pegang. Respect for Ourselves, Respect for Others, Respect for Diversity, dan Respect the Environment.”

Nilai-nilai ini yang mendukung pihak Ganesan untuk terus berkolaborasi secara efektif dan efisien. Oleh sebab itu, ia yakin bahwa keberagaman merupakan aspek yang harus dan perlu didukung dalam lingkungan kerja.

“Mulai dari keberagaman gender, generasi, hingga komunitas difabel, atau kami disebut sebagai differently abled,” ungkap Sally Zulmadjdi, Direktur Legal Nestlé Indonesia dalam keterangan yang sama.

3 dari 4 halaman

Absennya Lingkungan dan Sosial

Platform wirausaha sosial yang fokus pada pelatihan kesiapan kerja penyandang disabilitas, Kerjabilitas sempat menyampaikan materi soal disabilitas.

Menurut platform tersebut, disabilitas tidak hanya disebabkan karena kurang berfungsinya fisik seseorang, tetapi juga absennya lingkungan dan sosial yang menyediakan akses.

“Kami berharap berbagai upaya yang dilakukan oleh perusahaan, termasuk program magang SETARA, mampu membangun budaya keberagaman dan nilai inklusif di lingkungan kerja serta mendorong kesetaraan antar karyawan,” kata Sally.

Dalam mendukung keberagaman dan inklusi, perusahaan tersebut turut mengikutsertakan teman- teman disabilitas dalam rencana pengembangan fasilitas kantor. Serta standar keselamatan bagi karyawan yang berkebutuhan khusus.

Para penyandang disabilitas dilibatkan untuk menilai seluruh standar keselamatan tersebut dapat mendukung mereka dalam berkreasi, berinovasi, dan berkolaborasi.

4 dari 4 halaman

Peringatan HDI

Selain itu, sebagai bagian dari rangkaian peringatan Hari Disabilitas Internasional, perusahaan ini juga berkolaborasi dengan Yayasan Langit Sapta untuk menggelar kegiatan yang melibatkan para difabel di Dapur Dif­_able, Kota Bandar Lampung pada 12 Desember 2022.

Beragam kegiatan yang diinisiasi terdiri dari mewarnai barang bekas, belajar teknik foto sederhana, belajar membuat konten media sosial, pemahaman mengenai QR Code Indonesian Standard (QRIS) dan akses keuangan. Ada pula kegiatan terapi dan konsultasi psikologi untuk meningkatkan kemampuan fisik dan percaya diri.

Acara ini bertujuan untuk menyoroti kembali komitmen dalam menciptakan lingkungan kerja yang beragam dan inklusif. Di mana seluruh orang dapat diterima dan merasa aman tanpa memandang latar belakang dan kondisi fisik.