Liputan6.com, Jakarta - Organisasi disabilitas di Indonesia sudah bermunculan. Salah satunya Pergerakan Disabilitas dan Lanjut Usia (DILANS) Indonesia.
DILANS adalah suatu organisasi perkumpulan berbasis anggota yang dideklarasikan di Bandung, Jawa Barat pada 3 Desember 2021 bertepatan dengan Peringatan Hari Disabilitas Internasional. Organisasi ini dideklarasikan oleh 19 orang dengan latar belakang profesi berbeda dan setengahnya adalah penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia).
Baca Juga
“DILANS-Indonesia diniatkan untuk memperjuangkan kehidupan yang inklusif agar warga DILANS di manapun setara terhadap kehidupan ekonomi, sosial, budaya, dan politik,” kata Ketua DILANS Farhan Hilmi dalam keterangan pers, dikutip Jumat (23/12/2022).
Advertisement
Menurutnya, visi ini dijalankan melalui kolaborasi dan mobilisasi sumber daya aktor negara (pemerintah) dan aktor non-negara (bisnis, perguruan tinggi, organisasi profesi, komunitas, organisasi internasional, dan lain-lain).
DILANS mempunyai kegiatan bulanan "Awareness Tour" yang berkolaborasi dengan komunitas Bandoeng Waktoe Itoe (BWI) serta Dinas Perhubungan Provinsi Jawa Barat dan Kota Bandung.
Kegiatan terbaru dilaksanakan pada Minggu 18 Desember 2022. Kegiatan ini dirancang oleh DILANS-Indonesia dalam rangka memperingati Hari Disabilitas Internasional.
Sebanyak 70 peserta dari komunitas disabilitas (daksa, netra, cerebral palsy, Tuli dan autisme) dan orang lanjut usia mengadakan tur menggunakan Bus Disabilitas milik Pemda Provinsi Jawa Barat. Mereka bersama volunteer BWI mengunjungi tempat-tempat bersejarah di seputaran Bandung raya. Di antaranya : Jalan Asia Afrika, Tugu 0 KM, Hotel Preanger, Savoy Homan, Jalan Braga, Gedung Merdeka, Gedung Indonesia Menggugat, Viaduct, ITB, Gedung Sate dan lainnya.
Melihat Kelayakan Aksesibilitas
Menurut Farhan, Awareness Tour adalah bentuk dari upaya melihat sejauh mana kelayakan aksesibilitas fasilitas publik bagi penyandang disabilitas.
"Program ini rutin diadakan setiap bulan untuk memberikan suatu literasi dan silaturahim.”
“Dengan keterbatasan, penyandang disabilitas tidak sendirian dan masih bisa menikmati kesehariannya untuk menikmati lingkungan sekitarnya. Sekaligus menelusuri jejak sejarah yang mungkin tidak pernah dinikmati seperti museum ataupun berbagai tempat lainnya" jelas Farhan.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa wisata ini tak selalu menggunakan bus tapi bisa juga berjalan kaki jika jaraknya dekat.
Dalam setiap perjalanan, komunitas ini selalu menyertakan juru bahasa isyarat untuk memberikan akses kepada teman Tuli. Para peserta juga diberi buku panduan untuk memudahkan akses selama perjalanan.
Advertisement
Belum Semua Wisata Sejarah Bandung Akses
Menurut Farhan yang juga pengguna kursi roda, selama melakukan perjalanan dari tempat ke tempat. Masih ada beberapa lokasi bersejarah di Bandung yang belum ramah disabilitas.
"Berbagai tempat yang dikunjungi belum sepenuhnya dikatakan sebagai fasilitas publik yang ramah disabilitas dan lansia. Seringkali tempat-tempat ini sulit diakses karena ketiadaan ramp (bidang miring) dan fasilitas lainnya seperti toilet disabilitas, petunjuk, dan penerjemah,” ujarnya.
Farhan pun berharap pemerintah memperbaiki aksesibilitas di berbagai tempat wisata yang belum ramah disabilitas.
“Mudah-mudahan upaya kecil ini dapat mempercepat kehidupan inklusif yang sebenar-benarnya di Kota Bandung,” harap Farhan.
Kata Peserta
Ia pun berterima kasih atas antusiasme dan partisipasi dari berbagai pihak dalam menyukseskan acara ini.
“Saya dan teman-teman dari DILANS-Indonesia mengucapkan banyak terima kasih atas partisipasi pada tur yang terus bertambah dan meluas.”
“Juga dukungan semua pihak khususnya komunitas BWI serta Dinas Perhubungan Jawa Barat dan Kota Bandung yang selama ini selalu mendukung seperti menyediakan peminjaman unit Bus ramah disabilitas.”
Salah satu peserta Awareness Tour Henry Faisal mengaku senang karena dapat mengajak anaknya Fikri Septiandi Faisal (17) jalan-jalan. Fikri menyandang cerebral palsy sehingga cocok ikut serta dalam acara seperti ini.
"Saya dan keluarga sangat menikmati tur ini dan selalu mendampingi anak saya Fikri penyandang Cerebral Palsy. Kali kedua tur ini terasa lain, karena Fikri juga dapat menikmati tur dengan kursi roda elektrik yang diamanahkan oleh DILAN-Indonesia untuk ikut serta dalam advokasi penyandang disabilitas dan lansia,” tutur Henry.
Advertisement