Liputan6.com, Jakarta Dosen Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) Dr. Priyanto dalam makalahnya berjudul Mengajar Daring yang Aksesibel memaparkan soal pembelajaran bagi mahasiswa disabilitas.
Salah satu yang disampaikan adalah soal pembelajaran sinkronus dan asinkronus. Menurutnya, dalam pembelajaran sinkronus fisik maupun virtual, dosen dan mahasiswa berperan sebagai penyampai utama.
Baca Juga
Sedangkan pada pembelajaran asinkronus, komputer sebagai penyampai utama di mana manajemen kelas menggunakan software Learning Management System (LMS).
Advertisement
Melansir laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), model pembelajaran sinkronus berarti guru dan siswa belajar di waktu yang sama dilakukan secara virtual seperti melalui zoom meeting.
Sedangkan, model pembelajaran asinkronus adalah siswa belajar di waktu yang berbeda dengan gurunya. Misalnya siswa mendapatkan tugas untuk dikerjakan di rumah membuat video untuk mendeskripsikan teks eksplanasi yang telah dibaca kemudian mengirimnya di Whatsapp kelompok belajar.
Unsur komponen pembelajaran asinkronus yaitu konten pembelajaran memenuhi standar Shareable Content Object Reference Model (SCORM) dengan platform LMS dan tools Content Management System (CMS).
Namun, bagi penyandang disabilitas netra dan Tuli, ragam pembelajaran dan media yang digunakan berbeda dengan non disabilitas. Paradigmanya bisa terpusat pada mahasiswa atau dengan domain kognitif, afektif, psikomotor dan gaya belajar visual, auditori, atau kinestetik.
“Bagi penyandang disabilitas tunanetra dan tunarungu ada perbedaan penggunaan multimedia,” kata Priyanto mengutip keterangan pers di laman resmi UNY, Selasa (17/1/2023).
Penyampaian Materi pada Mahasiswa Disabilitas Netra dan Tuli
Priyanto menambahkan, pada mahasiswa disabilitas netra, materi disampaikan melalui verbal yang ditangkap telinga lalu diolah menjadi ilmu dengan bantuan pengetahuan sebelumnya.
Sedangkan pada mahasiswa Tuli, materi yang disampaikan melalui gambar yang ditangkap mata lalu diolah menjadi ilmu dengan bantuan pengetahuan sebelumnya.
Untuk itu, perlu pengembangan perangkat lunak untuk mendukung interaksi antara dosen dan mahasiswa disabilitas. Karakteristik penyandang disabilitas, perilaku, dan kerja sama adalah kunci pengembangan perangkat lunak secara praktis. Sehingga para penyandang disabilitas dapat merasakan kemudahan penggunaan pada software dalam menerima pembelajaran.
Menurut dosen pendidikan khusus UNY, Pujaningsih, Ed.D, ini merupakan program dari Direktorat Belmawa Kemendikbud Ristek tentang inovasi pembelajaran dan teknologi bantu untuk mahasiswa berkebutuhan khusus.
“Program ini dimaksudkan untuk mempercepat upaya peningkatan mutu layanan pendidikan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus/disabilitas di perguruan tinggi serta menggali inovasi para dosen dalam penyelenggaraan pendidikan di perguruan tinggi yang inklusif” katanya.
Advertisement
Desain Pembelajaran Khusus
Pujaningsih juga menyampaikan bahwa dalam mengajarkan materi pada mahasiswa berkebutuhan khusus, dosen dapat menggunakan Universal Design for Learning (UDL). Ini adalah kerangka kerja untuk meningkatkan dan mengoptimalkan pengajaran dan pembelajaran untuk semua orang berdasarkan wawasan ilmiah tentang bagaimana manusia belajar.
Lebih lanjut, perkuliahan yang fleksibel utamanya adalah perubahan mindset dari ‘disabled student’ ke ‘disabled curriculum’. Representasi dengan pemberian informasi yang beragam serta partisipasi dengan pemberian pilihan individu (relevan, bermakna, autonomi).
UDL dapat meningkatkan partisipasi dan kemampuan mahasiswa berkebutuhan khusus. Misalnya pada mahasiswa dengan hambatan fisik, dosen berupaya memberi bimbingan daring yang aksesibel guna mempermudah mahasiswa dengan kursi roda tanpa harus bertemu langsung atau tanpa harus melakukan perkuliahan pengganti. Dosen juga bisa berinisiatif untuk melaksanakan pembelajaran di lantai satu.
UDL Pada Mahasiswa Disabilitas Netra dan Tuli
Pada mahasiswa Tuli, lanjut Pujaningsih, dosen dapat memberikan waktu tambahan bagi mahasiswa berkebutuhan khusus dalam mengerjakan tugas.
Ada juga dosen yang memberikan waktu tambahan untuk mendiskusikan materi sehingga mahasiswa lebih paham. Serta ada dua sampai tiga dosen yang bertugas memastikan pemahaman materi perkuliahan bagi mahasiswa disabilitas dengan bertanya selama perkuliahan.
Pada mahasiswa disabilitas netra, saat kontrak belajar kebanyakan dosen bertanya apa saja yang bisa dibantu untuk mahasiswa disabilitas netra. Dosen bisa memberikan materi via Whatsapp maupun email dan kebanyakan dosen untuk penugasan summary film, dimodifikasi menjadi summary audio novel. Pengumpulan tugas tidak harus ditulis tangan, bisa via email, maupun Whatsapp.
Advertisement