Sukses

Umroh Semakin Inklusif, Intip Berbagai Fasilitas Ramah Disabilitas dan Lansia di Tanah Suci

Ibadah Umroh di Tanah Suci Mekah kian inklusif bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia). Hal ini dibuktikan dengan berbagai fasilitas khusus untuk mempermudah mobilitas jemaah, termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.

Liputan6.com, Jakarta Ibadah Umroh di Tanah Suci Mekah kian akses bagi penyandang disabilitas dan lanjut usia (lansia). Hal ini dibuktikan dengan berbagai fasilitas khusus untuk mempermudah mobilitas jemaah termasuk yang memiliki kebutuhan khusus.

Menurut Direktur Pasca Sarjana Universitas YARSI Prof Tjandra Yoga Aditama yang tengah menjalankan rangkaian ibadah Umroh di Tanah Suci, ada beberapa fasilitas yang ramah disabilitas.

“Untuk ibadah Umrah, ada akses kursi roda masuk ke masjid. Untuk naik turun lantai ada lift khusus untuk disabilitas,” kata Tjandra kepada Disabilitas Liputan6.com melalui pesan teks, Selasa (24/1/2023).

Sedangkan untuk tawaf, penyandang disabilitas memiliki dua pilihan yakni menggunakan kursi roda di lantai satu, bukan di pelataran Kabah. Dan dapat pula menggunakan skuter di lantai khusus.

“Untuk Sai maka disabilitas bisa pakai kursi roda, di jalur khusus di tengah-tengah area Sai,” tambah Tjandra.

Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara ini juga membahas soal fasilitas bagi lansia. Salah satunya tentang kursi yang tersedia di dalam masjid untuk memudahkan lansia dalam beribadah.

Di sela waktu Umroh, Tjandra berkunjung ke Kota Taif dan masuk ke Masjid Abdullah bin Abbas (sahabat Nabi Muhammad SAW). Di masjid itulah ia melihat fasilitas tersebut.

“Saya lihat di dalam masjid dibangun kursi-kursi sehingga lansia bisa duduk waktu salat, kalau mereka memerlukannya.”

2 dari 4 halaman

Tak Ditemukan di Indonesia

Fasilitas kursi seperti itu tidak di temukan di Indonesia, di mana para lansia terpaksa membawa kursi lipat ke masjid.

Di Masjid Abdullah bin Abbas para lansia dapat datang dengan tenang dan menggunakan fasilitas yang siap digunakan.

Selain lansia, kursi ini juga dapat digunakan oleh siapa saja yang membutuhkan termasuk penyandang disabilitas.

“Saya kira ini hal amat baik untuk disediakan di masjid-masjid di Tanah Air.”

Hal ini dapat diterapkan di Indonesia sebagai implementasi nyata dari upaya membangun lansia sehat. Dan dapat dilakukan dengan kerja bersama antara Kementerian Kesehatan dan Kementerian Agama, kata Tjandra.

3 dari 4 halaman

Tjandra Sebagai Lansia

Tjandra pun menyempatkan diri untuk berpose di kursi tersebut dan mengatakan bahwa ia tak benar-benar menggunakannya.

“Tentu saja saya hanya berpose, bukan beneran menggunakan.  Alhamdulillah saya sebagai lansia menjelang 68 tahun tidak memerlukan kursi khusus dan dapat salat sebagaimana kaum muda.”

“Memang WHO menyebutkan bahwa kondisi lansia amat bervariasi. Ada yang butuh banyak bantuan tetapi ada juga yang usianya sudah 80 tahun ke atas tetapi memiliki kapasitas fisik dan mental kurang lebih setara dengan yang usianya masih 30an, ini menurut WHO,” ujar Tjandra.

Dalam foto yang dibagikan Tjandra, terlihat pula tempat bersandar. Ini membuat orang dapat lebih nyaman saat duduk sambil mendengar ceramah atau membaca Al Quran di masjid tersebut.

“Kita juga tahu bahwa di Masjidil Haram di Mekah kini tersedia skuter sehingga lansia yang tawaf tujuh kali mengelilingi Kabah dapat alternatif menarik, bukan hanya didorong pakai kursi roda.”

4 dari 4 halaman

Penduduk Lansia

Berbagai fasilitas yang ramah disabilitas dan lansia menjadi penting lantaran jumlah penduduk lansia memang terus meningkat di dunia termasuk di Indonesia.

Pada 2030, 1 dari 6 penduduk dunia akan berumur 60 tahun ke atas. Pada 2050 penduduk dunia di atas 60 tahun akan meningkat dua kali lipat menjadi 2,1 miliar orang.

Lalu, mereka yang berusia 80 tahun ke atas akan meningkat tiga kali lipat antara 2020 - 2050 serta akan mencapai 426 juta orang.

Sidang Umum PBB sudah mendeklarasikan bahwa 2021–2030 adalah "United Nation Decade of Healthy Ageing" atau dekade PBB Lansia Sehat yang implementasinya akan dipimpin WHO.

“Ada banyak kegiatan yang harus dilakukan, baik yang sifatnya kebijakan nasional maupun nyata di lapangan,” pungkas Tjandra.