Liputan6.com, Jakarta Pemain klub Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (PERSAS) mengeluhkan sulitnya mendapat tempat latihan. Padahal, mereka adalah tim sepak bola yang acap kali menorehkan prestasi.
Seperti klub sepak bola lainnya, PERSAS juga ingin mendapatkan hak-haknya di bidang olahraga secara proporsional oleh pemerintah Kota Surabaya.
Pasalnya, sejumlah pemain sepak bola amputasi tersebut masih pontang-panting hanya untuk sekadar mencicipi fasilitas lapangan sepak bola berukuran mini yang tidak mereka temukan di kota Surabaya.
Advertisement
Kapten PERSAS Kusnul Yakin merasa prihatin dengan nasib para pemain dan keberlangsungan klub sepak bola yang ia dirikan sejak satu tahun lalu itu.
Sejauh ini, pihaknya mengklaim belum ada pihak manapun dari sektor swasta dan pemerintah yang benar-benar berkomitmen untuk merangkul sekaligus mengakomodasi pemenuhan hak-hak mereka. Khususnya sebagai penyandang disabilitas di bidang olahraga secara proporsional.
Pria yang juga pernah membela tim nasional sepak bola amputasi Indonesia pada piala dunia sepak bola amputasi tahun 2022 di negara Turki itu mengaku kecewa. Pasalnya, fasilitas lapangan sepak bola berukuran mini tidak kunjung dipenuhi oleh pemerintah kota Surabaya.
“Kami masih kebingungan mencari lapangan yang proporsional untuk latihan,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Disabilitas Liputan6.com, Selasa (14/2/2023).
Standar lapangan sepak bola amputasi adalah berbahan dasar rabat beton berplester dengan rumput sintetis. Luas lapangan yang digunakan adalah 60x40 meter, dengan tinggi gawang maksimal 2,2 meter, lebar maksimal 5 meter. Sedangkan untuk lebar kotak penalti adalah 10x8 meter.
Sementara Latihan di UNESA
Sementara ini, PERSAS diakomodasi oleh Universitas Negeri Surabaya (UNESA) untuk menggelar latihan setiap Minggu pagi.
“Tapi ya itu, sebenarnya tidak cukup proper untuk dibuat latihan fisik. Apalagi untuk program latihan teknik atau strategi permainan,” jelas Kusnul.
Pria yang karib disapa Inul itu menambahkan, lapangan tanah liat sebenarnya bukan standar untuk dipakai latihan atau bermain sepak bola amputasi. Karena sangat riskan terhadap potensi cedera dan bisa memperparah kondisi disabilitas fisik bagi para pemain.
“Lapangan tanah liat apalagi di musim hujan sangat berbahaya, alat bantu tongkat kami sering ambles, dan tidak jarang kami cedera karena terjatuh akibat kubangan berlumpur di area lapangan pada musim penghujan,” imbuhnya.
Advertisement
Sempat Berlatih di Taman Kota
Lebih lanjut Inul mengatakan, klubnya pernah diberikan fasilitas latihan di lapangan taman kota oleh pemerintah Kota Surabaya. Namun seringkali harus berpindah-pindah “tergusur” dengan alasan renovasi yang tak ada ujungnya.
“Pertama, kami pernah berlatih di lapangan Taman Apsari, yang kedua di taman Jangkar Bibis kelurahan Karah, dan yang ketiga di taman Ronggolawe dekat terminal Joyoboyo.”
“Namun, ketiga lapangan tersebut sudah di renovasi, dan rumputnya bukan sintetis lagi, sehingga kami tidak bisa berlatih lagi di tempat itu,” kata Inul.
Inul kemudian meminta secara khusus kepada Walikota Surabaya Eri Cahyadi, dan Wakil Walikota Surabaya Armudji agar lebih serius untuk memenuhi hak penyandang disabilitas di kota Surabaya.
“Beri kami fasilitas Latihan yang proper pak, insyaAlloh kami akan terus menorehkan prestasi bagi kota pahlawan di bidang sepak bola amputasi,” katanya.
Selain Fasilitas
Selain fasilitas, Inul juga meminta Walikota Surabaya Eri Cahyadi untuk turut mendorong Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kota Surabaya untuk mempercepat proses pendaftaran PERSAS masuk dalam salah satu cabang olahraga.
“Selain fasilitas, kami mohon agar PERSAS segera terdaftar di Disbudporapar kota Surabaya. Karena jika terdaftar, insyaAlloh dukungan fasilitas dan anggaran relatif ada kepastian,” ujar Inul.
Selain beberapa hal tersebut, Inul juga berharap agar PERSAS mendapatkan fasilitas sekretariat yang representatif di kota Surabaya.
“Sejujurnya, saat ini kami juga sangat mendambakan sekretariat sebagai sarana untuk berkumpul dan menjamu tamu-tamu dari luar daerah yang ingin belajar sepak bola amputasi di kota surabaya,” pungkasnya.
Advertisement