Liputan6.com, Jakarta Ada sekitar 800.000 penyandang disleksia di Korea Selatan. Meski kadang anak-anak ini dikenal lambat belajar karena kemampuan membaca dan memahami teks berbeda, namun tak sedikit dari mereka berprestasi.
Sayangnya, hanya sedikit buku dan bahan bacaan lain untuk anak disleksia. Sehingga mereka lebih cenderung mengasingkan diri.
Baca Juga
"Penyandang disleksia cenderung tertinggal di sekolah dan gagal terlibat dalam percakapan yang luas. Ini tidak hanya menambah beban bagi orang tua dan guru, tetapi juga menciptakan kesalahpahaman dan menghalangi mereka dalam menjalani kehidupan yang normal atau kehidupan remaja yang bahagia," kata CEO Peach Market Ham Eui-young, dikutip The Korea Times, Sabtu (18/2/2023).
Advertisement
Padahal, menurut Eui-young, setiap detik begitu berharga dan sejumlah besar informasi baru diproduksi setiap hari.
"Hal ini membuat mereka menjadi lambat, terisolasi serta kurang mendapat informasi dibandingkan yang lain," katanya.
Yang dibutuhkan siswa, kata dia, adalah sumber informasi dan alat pendidikan yang disesuaikan dengan tingkat kemampuan membaca mereka. Dia percaya, dengan pendidikan yang disesuaikan dapat mengubah hidup mereka.
Peach Market sendiri hingga kini telah mengeluarkan 745 publikasi edukasi untuk anak penyandang disleksia yang direproduksi dalam bentuk single, bulanan, dan e-book pada tahun 2022.
Peach Seoga, basis data digital untuk konten perusahaan yang diperbarui setiap bulan, telah mengedarkan lebih dari 60.000 publikasi. Lebih dari 1.300 institusi dan organisasi di negara tersebut telah berlangganan database tersebut. Lebih dari 90 persen pelanggan telah mempertahankan keanggotaan mereka.
Popularitas Terus Meningkat
Platform online tersebut mungkin berskala kecil, tetapi popularitasnya pasti meningkat. Jumlah pelanggan tahunan Peach Seoga tumbuh 20 persen antara tahun 2020 dan 2022.
Antara perusahaan dan penyandang disleksia, ada guru, sukarelawan, dan kelompok pendukung siswa, yang disebut perusahaan sebagai "elemen inti".
Mereka berada di lebih dari 1.500 ruang kelas di 32 sekolah untuk penyandang disabilitas di Seoul dan di lebih dari 150 sekolah di tempat lain di negara ini. Instruktur juga merupakan bagian dari komunitas yang erat di mana mereka berbagi keterampilan dan materi pengajaran.
Song Mi-kyung dari Jeju Girls' Commercial High School bergabung dalam konferensi guru yang menggunakan konten mengajar siswa dengan ketidakmampuan belajar, termasuk panduan untuk siswa disleksia.
"Apa yang saya lakukan adalah menemukan cara untuk menghubungkan konten bersama dengan buku dari Peach Seoga. Ini akan membantu guru lain terhubung dengan siswa menggunakan materi khusus."
Advertisement
Ribuan Guru Bergabung
Lebih dari 1.200 guru sejauh ini telah bergabung dengan program online dan offline perusahaan untuk mempelajari cara memanfaatkan Peach Seoga untuk pelajaran masa depan bagi siswa disleksia.
Program pendidikan lain yang berasal dari Peach Market telah menarik lebih dari 31.000 penyandang disleksia dan 1.520 orang yang tertarik menjadi mentor.
"Semakin banyak orang yang tertarik dengan metode pendidikan bagi siswa yang lambat belajar," kata Ham.
Kantor Pendidikan Seoul pada 8 Februari merilis "Five-Year Plan for Education for Students with Disabilities (Rencana Pendidikan Lima Tahun untuk Siswa Penyandang Disabilitas)" keenam mulai tahun ini.
Disebutkan bahwa minat publik terhadap pendidikan bagi kelompok rentan telah meningkat.
Kelompok siswa terbesar, 13.366 jumlahnya pada tahun 2022, adalah penyandang disabilitas intelektual dan perkembangan yang mencapai 42 persen. Mereka dengan autisme mengikuti dengan 23 persen. Begitu juga dengan penyandang disabilitas fisik (12 persen) dan masalah perkembangan (11 persen).
"Saya berharap ada platform yang didedikasikan untuk siswa dan pasien disleksia, yang dapat mereka akses dengan mudah dan berkembang di kumpulan database yang kaya," kata Song. "Saya berharap dapat tercipta lingkungan di mana anak lamban belajar dapat menemukan informasi sendiri tanpa bantuan orang tua atau guru mereka."