Sukses

PSSI Surabaya Minta Pemkot Penuhi Fasilitas Lapang Sepak Bola Amputasi

Belum lama ini, Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (PERSAS) mengeluhkan sulitnya mencari lapangan sepak bola khusus di Surabaya untuk melakukan latihan.

Liputan6.com, Jakarta Belum lama ini, Perkumpulan Sepak Bola Amputasi Surabaya (PERSAS) mengeluhkan sulitnya mencari lapangan sepak bola khusus di Surabaya untuk melakukan latihan.

Hal ini pun mendapat tanggapan dari Anggota Executive Committee (EXCO) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) Kota Surabaya, Abdullah.

Menurutnya, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya harus segera memenuhi hak bagi para penyandang disabilitas yang tergabung dalam klub sepak bola amputasi tersebut. Khususnya terkait fasilitas lapangan standar untuk menggelar latihan dan pertandingan.

“Saya pikir Pemkot wajib hukumnya segera memenuhi fasilitas tersebut, permintaan mereka juga tidak muluk-muluk untuk ukuran warga kota Surabaya,” kata pria yang karib disapa Bang Dul mengutip keterangan pers yang diterima Disabilitas Liputan6.com, Senin (27/2/2023).

Pria yang juga Ketua Sekolah Sepak Bola MITRA Surabaya itu siap membuka pintu lebar-lebar untuk dapat merangkul para pemain sepak bola amputasi di Kota Surabaya. 

“Sebagai masyarakat sepak bola, monggo jika kawan-kawan pemain sepak bola amputasi apabila ingin menggunakan lapangan SSB Mitra Surabaya untuk melakukan eksibisi,” tambahnya.

Pihak Dul juga mendukung setiap langkah perjuangan para pemain sepak bola amputasi agar dapat terus menorehkan prestasi di tingkat nasional dan internasional.

“Monggo, kami juga siap untuk menggelar pertandingan exhibition sebagai edukasi bagi masyarakat Kota Surabaya terkait sepa kbola amputasi,” tegasnya.

2 dari 4 halaman

Kata Ketum PERSAS

Dalam keterangan yang sama, Ketua Umum PERSAS Endro Suseno mengaku senang terkait dukungan yang terus mengalir bagi klub sepak bola yang ia dirikan sejak satu tahun lalu itu.

Menurut pria asal Gubeng, Surabaya itu, pihaknya mengklaim sudah menjalin komunikasi dengan pemangku kebijakan terkait untuk mengatasi persoalan tersebut. Namun hasilnya masih nihil.

Endro juga mencurahkan perasaan hatinya seputar pengalamannya menemani para pemain PERSAS berlatih di lapangan yang bukan standar sepakbola amputasi.

“Saya merasa miris melihat anak-anak berlatih di lapangan yang tidak memenuhi standar. Apalagi di kala musim penghujan saat ini,” katanya.

“Lapangannya berlumpur, tongkat para pemain juga pasti ambles ke tanah, sangat berbahaya pastinya,” tambahnya.

3 dari 4 halaman

Beda dengan Lapang Sepak Bola Biasa

Pada dasarnya, lapangan untuk sepak bola amputasi berbeda dengan sepak bola biasa.

Standar lapangan sepak bola amputasi adalah berbahan dasar rabat beton berplester dengan rumput sintetis. Luas lapangan yang digunakan adalah 60x40 meter, dengan tinggi gawang maksimal 2,2 meter, lebar maksimal 5 meter. Sedangkan untuk lebar kotak penalti adalah 10x8 meter.

Artinya, lapang sepak bola amputasi lebih kecil dari lapang biasa dan tidak bisa beralaskan tanah.

Selain lapangan untuk berlatih, Endro juga mengungkapkan jika PERSAS sangat membutuhkan sekretariat untuk berkumpul dan menjamu para tamu yang banyak berdatangan dari luar kota.

“Sebenarnya kita sangat butuh sekretariat, nantinya akan kami fungsikan untuk menggelar pertemuan dan khususnya untuk menyimpan alat penunjang latihan,” jelasnya.

4 dari 4 halaman

Sering Tergusur

Sebelumnya, para pemain sepakbola amputasi Surabaya yang tergabung di PERSAS mengeluh kepada Pemerintah Kota Surabaya karena kesulitan mendapatkan tempat latihan.

Berdasarkan data yang berhasil dihimpun, klub sepak bola PERSAS pernah diberikan fasilitas latihan di lapangan taman kota oleh Pemerintah Kota Surabaya. Namun, sering kali harus berpindah-pindah atau tergusur dengan alasan renovasi yang tak ada ujungnya.

Pertama, mereka pernah berlatih di lapangan Taman Apsari depan Grahadi, Surabaya. Kedua di Taman Jangkar Bibis Kelurahan Karah. Dan yang ketiga di Taman Ronggolawe dekat Terminal Joyoboyo.

Namun, ketiga lapangan tersebut sudah di renovasi dan rumputnya bukan sintetis lagi sehingga mereka tidak bisa  berlatih lagi di tempat itu.