Liputan6.com, Jakarta Tim Vaskuler Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (PON) menyampaikan bahwa stroke dapat memicu gangguan pendengaran.
“Gangguan pendengaran memang bisa menjadi salah satu gejala dari stroke, tapi umumnya gejala gangguan pendengaran akibat stroke tidak berdiri sendiri,” kata tim yang diwakili Ketua Indonesian Stroke Society (ISS) dr Adin Nulkhasanah, SpS, MARS, kepada Disabilitas Liputan6.com, Selasa 7 Maret 2023.
“Terdapat gejala penyerta lainnya, contoh seperti vertigo, gangguan keseimbangan, gangguan sensorik (kebas/baal) pada wajah, serta mulut mencong,” tambahnya.
Advertisement
Adin menjelaskan, gangguan pendengaran pada stroke dapat disebabkan oleh kerusakan pada area otak atau saraf yang bertanggung jawab atas pendengaran.
Kondisi ini dapat terjadi ketika pasokan darah ke area tersebut terganggu. Gangguan pasokan darah ini dapat disebabkan adanya sumbatan pembuluh darah atau adanya perdarahan akibat pecah pembuluh darah.
Gangguan pendengaran pada stroke dapat berupa hilangnya kemampuan untuk mendengar. Bisa juga hilangnya kemampuan untuk memahami atau memproses suara dengan baik.
Gejala lain yang dapat terjadi pada gangguan pendengaran yang disebabkan oleh stroke meliputi kesulitan dalam membedakan suara, tinnitus atau bunyi berdengung di telinga, dan kesulitan dalam menentukan datangnya arah suara.
“Penting untuk dicatat bahwa gangguan pendengaran dapat menjadi bagian dari gejala stroke, tetapi tidak semua gangguan pendengaran disebabkan oleh stroke,” ujar Adin.
Stroke Dapat Dicegah
Stroke yang mengganggu berbagai fungsi tubuh termasuk pendengaran dapat dicegah. Setidaknya ada enam cara untuk mencegah timbulnya penyakit tersebut, yakni:
Menjaga tekanan darah agar tidak tinggi
Tekanan darah tinggi merupakan faktor risiko utama stroke. Jadi, penting untuk memantau tekanan darah dan mengambil langkah-langkah untuk menjaga tekanan darah dengan cara mengatur pola makan, membatasi konsumsi garam, olahraga teratur, dan menghindari merokok.
Mengelola kolesterol dengan baik
Kolesterol tinggi dalam darah dapat memicu pembentukan plak/sumbatan pada dinding arteri, yang dapat meningkatkan risiko stroke.
“Oleh karena itu, penting untuk memantau kadar kolesterol dan mengambil langkah-langkah untuk mengelolanya seperti dengan mengatur pola makan sehat dan berolahraga secara teratur,” kata Adin.
Hidup sehat dan aktif
Gaya hidup sehat seperti berolahraga teratur, menghindari merokok, dan membatasi konsumsi alkohol dapat membantu mengurangi risiko stroke.
Advertisement
Selanjutnya
Kiat pencegahan stroke selanjutnya adalah:
Makan makanan sehat
Makan makanan sehat yang kaya serat, buah-buahan, sayuran, dan biji-bijian dapat membantu menjaga kesehatan jantung dan otak.
Mengelola gula darah dengan baik
Diabetes dapat memicu kerusakan pada pembuluh darah dan meningkatkan resiko terjadinya stroke. Oleh karena itu, penting untuk mengontrol gula darah melalui pengaturan pola makan yang baik serta berolahraga teratur.
Menjaga berat badan yang sehat
Berat badan berlebih dan obesitas meningkatkan risiko stroke. Menjaga berat badan yang sehat melalui pola makan sehat dan berolahraga teratur dapat membantu mengurangi resiko stroke.
Bisa Diobati
Jika sudah terjadi stroke, maka pasien tak perlu putus asa karena penyakit ini juga bisa diobati.
“Stroke dapat diobati, terutama jika penanganannya dilakukan secepat mungkin setelah serangan terjadi. Penanganan medis segera sangat penting karena dapat membantu meminimalkan kerusakan otak dan memaksimalkan kemungkinan kesembuhan,” jelas Adin.
Penanganan stroke tergantung pada jenis stroke yang dialami. Pada stroke yang disebabkan oleh sumbatan pembuluh darah, obat-obatan pengencer darah dapat diberikan untuk membantu melarutkan sumbatan dan memulihkan aliran darah ke otak.
Pada stroke yang disebabkan oleh perdarahan di dalam otak, intervensi bedah atau tindakan operasi bisa saja diperlukan untuk menghentikan perdarahan serta untuk mengurangi tekanan di dalam otak.
Rehabilitasi juga dapat membantu memulihkan fungsi atau kemampuan yang hilang atau terganggu akibat stroke. Misal kemampuan berjalan, kemampuan berbicara, atau kemampuan gerakan pada tangan.
“Proses rehabilitasi atau neurorestorasi ini meliputi fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi, serta pendampingan psikologi,” Adin menjelaskan.
“Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala stroke, sebaiknya segera mencari perawatan medis segera agar bisa mendapatkan evaluasi dan penanganan yang tepat,” imbaunya.
Advertisement