Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Persatuan Tunanetra Indonesia (Pertuni) Aria Indrawati menilai bahwa profesi verbatim cocok untuk dilakoni penyandang disabilitas netra.
“Mungkin belum banyak yang mendengar namanya. Verbatim adalah satu profesi yang jasanya sangat diperlukan oleh masyarakat modern, yang makin dinamis ini. Pekerjaan di bidang verbatim adalah mengalihkan dari data yang berupa rekaman suara menjadi teks atau tulisan,” tulis Aria dalam artikel yang diunggah di laman resmi Pertuni, dikutip Sabtu (25/3/2023).
Baca Juga
Menurutnya, banyak pihak yang membutuhkan jasa verbatim. Contohnya, peneliti yang saat menghimpun data banyak mewawancarai responden.
Advertisement
Untuk memanfaatkan data yang diperoleh dari proses wawancara, peneliti biasanya menggunakan jasa verbatim untuk mengalihkan rekaman suara proses wawancara menjadi tulisan atau teks.
Jasa ini juga dibutuhkan oleh perusahaan-perusahaan yang melakukan assessment pada calon partnernya atau HRD yang sedang melakukan perekrutan karyawan baru dan sebagainya.
“Orang yang menjalankan pekerjaan verbatim dapat disebut transcripter,” kata Aria.
Sangat Mungkin Dilakukan oleh Penyandang Disabilitas Netra
Lantas, apakah penyandang disabilitas netra dapat melakukannya?
Menurut Aria, tunanetra sangat mungkin melakukan pekerjaan verbatim. Pekerjaan ini membutuhkan ketelitian dalam mendengar, lalu mengalihkan data berupa rekaman suara yang didengar menjadi tulisan.
Dalam melakukan pekerjaan ini, penyandang disabilitas netra dapat menggunakan komputer bicara, yaitu komputer yang dilengkapi dengan aplikasi pembaca layar.
Contoh Pekerja di Bidang Verbatim
Aria memberi contoh salah satu penyandang low vision atau penglihatan lemah yang menekuni pekerjaan verbatim.
“Norma Amalia, biasa dipanggil Lia adalah contohnya. Perempuan yang mengalami penglihatan lemah ini mulai belajar di Yayasan Mitra Netra pada pertengahan tahun 2015. Saat pertama bergabung di Yayasan Mitra Netra, ia memfokuskan diri untuk belajar menggunakan komputer bicara,” jelas Aria.
Setelah mahir dan berusaha melamar pekerjaan secara formal tapi belum berhasil, akhirnya, atas bantuan dari keluarganya, Lia mulai menjalani profesi di bidang verbatim.
Advertisement
Proses Kerja Verbatim
Dalam melakukan pekerjaannya, seorang transkripter yang bekerja di bidang verbatim cukup kata demi kata dari rekaman suara yang diperolehnya.
Data rekaman suara biasanya dikirimkan via email, lalu dibuka dengan menggunakan program pemutar suara di komputer.
Saat mentranskrip data suara menjadi tulisan, transkripter menggunakan program ms word, berarti transkripter membuka dua jendela saat bekerja. Yakni ms word untuk mengetik teks dan aplikasi pemutar suara untuk mendengarkan hasil rekaman suara yang harus ditranskrip menjadi tulisan.
Transkrip Sesuai Suara
Lebih lanjut, Aria yang juga menyandang disabilitas netra mengatakan, seorang transkripter tidak diperbolehkan melakukan penafsiran atau mengganti kata.
“Seorang transkripter hanya ditugasi mengalihkan data dari rekaman suara menjadi teks atau tulisan dalam ms word.”
Mencermati pekerjaan verbatim ini, sudah barang tentu tunanetra dapat melakukannya, bahkan dengan baik, lanjut Aria.
Pasalnya, tunanetra telah terbiasa dan terlatih mendapatkan informasi dengan mendengar. Saat menggunakan komputer misalnya, tunanetra mendengarkan suara aplikasi pembaca layar yang membacakan apa yang tertulis di layar untuk mereka.
“Saat menggunakan telepon pintar pun demikian, baik yang berbasis IOS atau pun yang berbasis android, mereka menggunakannya dengan bantuan voice over.”
“Jadi, mengapa tidak, tunanetra bekerja di bidang verbatim. Pekerjaan ini bahkan dapat dilakukan secara paruh waktu. Keterampilan tambahan yang perlu dimiliki adalah keterampilan memasarkan diri dengan bantuan media sosial, hal ini tentu bukan hal yang sulit,” pungkasnya.
Advertisement