Liputan6.com, Jakarta - Seorang penyandang disabilitas sekaligus pekerja sosial di Children’s Treatment Network, Amina Aumeer, memberikan tips untuk orang tua dalam mendukung anak menjalankan puasa pada bulan suci Ramadhan.
Sebagai pengguna kursi roda, perempuan yang tinggal di Kanada tersebut mengaku bahwa bulan Ramadhan menjadi sebuah tantangan sendiri baginya
Baca Juga
“Sebagai seorang remaja, orang tua dan nenekku menjelaskan bahwa sholat dapat diselesaikan dengan menggunakan kursi rodaku. Aku dapat beradaptasi untuk melakukan yang terbaik bagiku,” ungkapnya, dikutip Children’s Treatment Network.
Advertisement
Amina mengungkap, ia merasa bersyukur karena orang tuanya berusaha mencari cara agar anaknya dapat beribadah dengan aman dan nyaman.
“Aku juga bersyukur bahwa anggota keluargaku berpikiran terbuka. Aku mendorong semua orang untuk lebih memahami dan menerima kami yang hidup dengan disabilitas, karena hal itu akan membantu kita membangun komunitas yang lebih kuat,” ia menambahkan.
Ibu dari Amina, Zena Aumeer, melanjutkan dengan pentingnya memiliki komunitas dengan penyandang disabilitas lainnya.
“Meskipun Anda ingin memberi mereka (anak penyandang disabilitas) perlakuan yang terbaik, tidak selalu mudah jika tanpa bantuan komunitas di sekitar Anda,” tutur ibu dari tiga anak tersebut.
Menurut Zena, lima rukun Islam sendiri sangat mengayomi penyandang disabilitas.
Dengan begitu, walaupun menjalankan bulan Ramadhan bagi penyandang disabilitas tidak mudah, pasti dilancarkan dengan melakukan beberapa cara.
Apa saja tips cara orang tua mendukung anak penyandang disabilitas pada bulan suci Ramadhan menurut ibu dan anak tersebut?
Diagnosis Tidak Mendefinisikan Anak
Diagnosis disabilitas pada anak tidak mendefinisikan diri mereka. Orang tua dapat mengembangkan kreativitas dan memberikan motivasi pada anak.
Salah satu caranya adalah mengikutsertakan mereka dalam setiap aspek kehidupan, termasuk merayakan Ramadhan.
Jangan Takut Minta Bantuan
Merawat anak dengan disabilitas tentu menjadi tantangan bagi orang tua. Namun, sebenarnya banyak orang di sekitar yang ingin membantu, tapi orang tua kerap tidak tahu cara memintanya.
Orang tua harus bersikap terbuka untuk ketika butuh bantuan, baik dari keluarga, teman, maupun tetangga.
Anak Bisa Melakukan Apapun
Anak penyandang disabilitas juga dapat melakukan hal yang dilakukan anak lain, meskipun mereka melakukannya dengan cara yang berbeda.
Al-Qur'an telah menjelaskan bagaimana seorang penyandang disabilitas dapat melakukan sholat setiap hari.
Orang tua juga dapat bekerja sama dengan imam di masjid untuk mempelajari cara melibatkan anak sebagai anggota aktif masjid dan komunitasnya.
Advertisement
Merayakan Ramadhan dengan Cara Mereka Sendiri
Karena beberapa kondisi, puasa Ramadhan mungkin tidak dapat dilakukan anak.
Namun, bukan berarti bahwa anak-anak penyandang disabilitas merasa terasingkan selama bulan suci Ramadhan.
Orang tua dapat menciptakan lingkungan yang nyaman, juga memotivasi anak-anak untuk merayakan Ramadhan dengan cara mereka sendiri.
Dengarkan Anak, Jangan Takut pada Anak
Banyak orang mungkin merasa tidak nyaman atau takut ketika berinteraksi dengan anak penyandang disabilitas.
Namun, penting untuk mendengarkan dan menghormati mereka. Menurut Zena, sebagai umat Muslim, kita harus belajar untuk tidak menilai orang berdasarkan kondisi atau keterbatasan mereka.
Belajar dari Satu Sama Lain
Setiap anak penyandang disabilitas memiliki tantangannya sendiri dalam menjalankan rukun Islam.
Orang tua pun dapat belajar dari keluarga atau komunitas yang memiliki pengalaman yang sama. Dengan begitu, orang tua dapat merespons kebutuhan anak dengan lebih baik.
Milikilah Peran Positif dalam Komunitas
Sebagai anggota komunitas, orang tua dapat memainkan peran yang positif dalam memfasilitasi anak-anak dengan disabilitas. Misalnya, memastikan bahwa masjid dan fasilitas komunitas mudah diakses oleh semua orang.
Jadilah Teman Terbaik Anak
Orang tua dapat bekerja sama untuk mendukung anak-anak penyandang disabilitas dalam menjalankan rukun Islam.
Hal ini dapat dilakukan dengan menjadi teman untuk anak. Dengan demikian, orang tua dapat menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Dengan demikian, anak dapat merasa diterima selama menjalankan bulan suci Ramadhan, meskipun dengan cara yang berbeda dari anak lainnya.
Advertisement