Sukses

4 Cara Sampaikan Pemahaman Soal Kondisi Disabilitas Netra pada Anak

Orangtua penyandang disabilitas netra bisa saja memiliki anak yang non disabilitas. Dalam keadaan seperti ini, seiring bertumbuhnya anak, mereka bisa memiliki rasa penasaran terhadap kondisi yang disandang kedua orangtuanya.

Liputan6.com, Jakarta Orangtua penyandang disabilitas netra bisa saja memiliki anak yang non disabilitas. Dalam keadaan seperti ini, seiring bertumbuhnya anak, mereka bisa memiliki rasa penasaran terhadap kondisi yang disandang kedua orangtuanya.

Orangtua memiliki tanggung jawab untuk memberi informasi dan edukasi tentang bebrbagai hal termasuk kondisi disabilitas netra. Tentu diperlukan cara tersendiri untuk menjelaskannya, terlebih kepada anak balita dan usia sekolah yang masih memiliki cara pandang sederhana tentang kehidupan.

Terkait hal ini, Yayasan Mitra Netra merangkum trik menyampaikan kondisi tunanetra kepada anak non tunanetra.

“Dengan cara penyampaian yang tepat, diharapkan anak-anak akan lebih mudah memahami kondisi tunanetra yang dialami ayah atau ibunya,” mengutip tulisan aparatur sipil negara (ASN) tunanetra Rifka Aprilia di laman resmi Yayasan Mitra Netra Rabu (12/4/2023).

Sampaikan dengan Bahasa Sederhana

Hal pertama yang harus diperhatikan orangtua adalah menyampaikan dengan bahasa sederhana dan mudah dimengerti oleh anak.

Mengingat, pola pikir anak akan terus berkembang seiring dengan pertambahan usia. Pada setiap fase perkembangan, anak akan belajar hal baru dan memahami sesuatu dengan cara yang sederhana sesuai usia mereka.

Terlebih, anak merupakan sosok yang memiliki rasa ingin tahu tinggi terhadap hal baru yang dilihat atau dirasakannya. Orangtua sepatutnya menyesuaikan cara penyampaian informasi dengan lebih sederhana demi memuaskan rasa ingin tahu anak yang tinggi.

“Gunakan bahasa yang mudah dipahami dan dekat dengan dunia anak untuk menghindari kebingungan pada diri mereka,” tambah Rifka.

2 dari 4 halaman

Tak Perlu Menguraikan Terlalu Detail

Ketika menyampaikan kondisi tunanetra, lanjut Rifka, ayah dan ibu tak perlu memberikan uraian yang rumit dan kompleks. Seperti halnya diagnosa medis, penyebab tunanetra, dan lain-lain.

Ayah ibu dapat menjelaskan kondisi tunanetra dengan hal sederhana di sekeliling anak. Misalnya, jelaskan kondisi tunanetra dengan analogi peristiwa alam, yaitu pergantian siang dan malam.

“Selain itu, ayah bunda juga dapat menjelaskan makna terang dan gelap dengan membuka dan menutup mata anak.”

 

3 dari 4 halaman

Bangun Pemahaman Anak Melalui Permainan Bersama

Meski telah dijelaskan dengan bahasa sederhana, tak menutup kemungkinan anak masih akan bertanya tentang kondisi tunanetra yang dialami oleh ibu atau ayahnya. Bukan berarti anak belum memahami penjelasan yang sudah diberikan, tapi, kepala anak akan terus diisi oleh pertanyaan baru terkait hal yang menarik perhatiannya.

Jika demikian, ayah dan ibu dapat mengajak anak melakukan permainan sederhana. Bermain di dalam ruang gelap misalnya, bisa dilakukan agar anak lebih memahami kondisi tunanetra ibu dan ayah.

Permainan dapat dilakukan di kamar anak dengan pintu tertutup dan lampu dimatikan. Pastikan ruangan aman dari benda-benda yang dapat membahayakan. Lalu, ayah dan ibu dapat mengajak anak menelusuri ruangan gelap dengan perlahan dan minta anak menebak barang yang disentuhnya.

Sambil bermain, ceritakanlah kondisi penglihatan yang dialami oleh ayah dan ibu. Dengan permainan sederhana ini, anak diharapkan dapat lebih memahami kondisi tunanetra ayah dan ibunya. Permainan ini melibatkan banyak indra pada tubuh anak, sehingga memungkinkan mereka mengeksplorasi informasi dengan lebih mendetail.

 

4 dari 4 halaman

Sampaikan Apa yang Boleh dan Tidak Boleh Anak Lakukan Saat Berinteraksi dengan Ayah Ibu Tunanetra

Setelah anak lebih memahami kondisi tunanetra yang dialami oleh ayah dan ibunya, saatnya melibatkan mereka untuk menjadi anggota keluarga yang bersikap inklusif.  Caranya, beritahukan tentang hal apa saja yang sebaiknya dilakukan dan dihindari saat mereka beraktivitas di sekitar ayah dan ibunya.

Beri tahu anak agar lebih teratur dalam meletakkan barang sesuai tempatnya. Misalnya, melatih anak untuk merapikan mainan setelah digunakan agar tidak terinjak oleh ayah dan ibu.

Selain itu, beri tahu anak agar bermain di area yang aman alih-alih pada tempat yang sering digunakan untuk berlalu lalang oleh anggota keluarga lain. Tujuannya agar ibu dan ayah tidak terantuk oleh anak yang sedang bermain.

Dengan melatih mereka melakukan hal sederhana tersebut, kelak mereka akan menjadi anak yang bisa mendukung dan membantu penyandang disabilitas netra. Baik di lingkungan rumah, maupun di lingkungan masyarakat.