Sukses

Mi Instan Malaysia Diklaim Mengandung Zat Karsinogen Etilen Oksida, Bisa Picu Kanker dan Disabilitas Bawaan

Mi instan asal Malaysia Ah Lai White Curry Noodles tengah diterpa kabar tak sedap terkait klaim adanya kandungan karsinogen atau zat pemicu kanker dan disabilitas bawaan.

Liputan6.com, Jakarta Mi instan asal Malaysia Ah Lai White Curry Noodles tengah diterpa kabar tak sedap terkait klaim adanya kandungan karsinogen atau zat pemicu kanker dan disabilitas bawaan.

Klaim ini dilayangkan oleh Departemen Kesehatan Taipei pada Senin, 24 April 2023. Menurut informasi di situs web Biro Zat Beracun dan Kimia Taiwan di bawah Administrasi Perlindungan Lingkungan Tingkat Kabinet, karsinogen yang ditemukan adalah etilen oksida. Ini merupakan zat beracun yang berbahaya jika dikonsumsi atau dihirup.

Kantor berita pusat Taiwan melaporkan bahwa selain menyebabkan limfoma dan leukemia (kanker sel darah putih), etilen oksida juga dapat menyebabkan iritasi serius pada kulit dan mata orang-orang yang bersentuhan dengan zat tersebut.

“Dan bahkan dapat memicu disabilitas bawaan atau disabilitas pada keturunan,” mengutip CNA, Jumat (28/4/2023).

Terkait etilen oksida, dokter ahli gizi komunitas Tan Shot Yen menjelaskan bahwa zat ini digunakan untuk membunuh bakteri dan jamur pada makanan yang masuk dalam pengolahan industri.

“Yang semestinya sudah tidak boleh digunakan lagi. Sebab etilen oksida hanya boleh buat sterilisasi alat-alat dan bahan-bahan yang tidak dimakan manusia,” ujar Tan kepada Health Liputan6.com melalui pesan teks, Kamis, 27 April 2023.

2 dari 4 halaman

Pengolahan Produk Industri Gunakan Berbagai Senyawa

Lantas, mengapa senyawa berbahaya bisa ada dalam produk makanan seperti mi instan?

Menjawab pertanyaan ini, Tan menjelaskan bahwa mi instan termasuk produk industri, di mana dalam pengolahannya produk ini menyertakan aneka senyawa alias tidak alami.

“Pengolahan industri pasti menggunakan aneka senyawa. Ada yang dibolehkan, ada yang tidak, dan ada yang ‘area abu-abu’,” katanya.

Bahkan, tidak menutup kemungkinan ada produsen nakal atau lalai yang menggunakan senyawa berbahaya. Seperti dalam kasus mi instan Malaysia yang diduga mengandung etilen oksida.

3 dari 4 halaman

Seharusnya Hanya Dikonsumsi Saat Darurat

Terlepas dari klaim ini, konsumsi mi instan di berbagai negara termasuk Indonesia terbilang tinggi. Data Instantnoodles.org pada Mei 2022 menunjukkan bahwa Indonesia menduduki peringkat kedua dari 10 negara dengan konsumsi mi instan terbanyak.

Data tersebut mengungkap, dalam satu tahun, masyarakat Indonesia mengonsumsi 13.270 miliar porsi mi instan.

Cara masak yang praktis dan rasa yang lezat membuat konsumsi mi instan menjadi kebiasaan sehari-hari masyarakat Indonesia. Padahal menurut Tan, makan mi instan seharusnya dilakukan hanya pada saat keadaan darurat.

“Secara pribadi, dari dulu saya sudah mendorong masyarakat kembali ke pangan utuh. Produk industri hanya buat kondisi kepepet seperti bencana alam dan kelangkaan bahan pangan akibat perang,” ujar Tan.

4 dari 4 halaman

Dikaitkan dengan Kematian Dini dan Kepikunan

Konsumsi mi instan di Indonesia tinggi, padahal sejak dulu, mi instan terkenal sebagai makanan yang tidak sehat. Bahkan jauh sebelum adanya isu-isu miring soal kandungan zat berbahaya.

“Tidak ada akademisi dan ilmuwan sejati yang berani bilang mi instan sehat,” ujar Tan.

Mi instan merupakan bagian dari produk ultra proses, lanjutnya. Sudah banyak studi mengangkat isu kematian dini, kepikunan, hingga gangguan gizi pada anak yang sedang tumbuh karena efek kecanduan mi instan yang muncul. Akibatnya, anak-anak tidak mau lagi makan makanan-makanan yang lebih sehat.

Status mi instan sebagai produk ultra proses tidak berubah meski ditambah sayur mayur dan dimasak dengan cara masak yang benar.

“Sayang sayurnya. Mestinya sayur dibikin pecel, urap, atau plecing. Bukan dipadukan mi instan. Nggak ada studi yang membuktikan penambahan satu hingga dua batang sayur membuat orang makan mi instan lebih sehat. Mau dimasak dengan cara apapun, tetap produk ultra proses,” jelas Tan.