Liputan6.com, Jakarta Anak dengan disabilitas netra perlu mendapat pelatihan keterampilan dasar dalam melakukan kegiatan atau aktivitas sehari-hari sejak usia dini. Hal ini penting untuk membangun kemandiriannya seiring beranjak dewasa.
Keterampilan dalam melakukan aktivitas harian ini termasuk kegiatan saat baru bangun tidur hingga kembali menjelang tidur di malam hari.
Baca Juga
Contoh aktivitas yang bisa diajarkan sejak dini yakni:
Advertisement
- Membereskan tempat tidur dan melipat selimut
- Mandi
- Membereskan bekas peralatan makan
- Mencuci
- Menata barang-barang pribadi yang berantakan
- Bersih-bersih rumah.
Dalam mengajarkan satu kegiatan, orangtua dapat memberi contoh terlebih dahulu. Kemudian berikan kesempatan pada anak tunanetra untuk mengetahuinya dengan cara meraba bagaimana orangtua melakukan kegiatan tersebut.
“Alternatif lain adalah orangtua langsung melakukannya bersama-sama anak tunanetra. Yang perlu diingat, selalu berikan kesempatan pada anak tunanetra untuk melakukan orientasi terlebih dulu tentang hal-hal yang sedang diajarkan untuk dilakukan,” kata penulis tunanetra, Juwita Maulida mengutip laman Yayasan Mitra Netra, Senin (1/5/2023).
Contoh, ketika orangtua hendak mengajarkan anak membereskan tempat tidur dan melipat selimut di pagi hari, maka orangtua perlu melakukannya terlebih dahulu sambil menjelaskan pada anak bagaimana caranya.
Kemudian, berikan kesempatan pada anak tunanetra untuk melakukan orientasi pada apa yang sedang diajarkan. Selanjutnya, si kecil belajar melakukannya secara bertahap hingga dapat membereskan tempat tidurnya sendiri.
Beri Arahan Konkret dan Penjelasan Deskriptif
Dalam setiap pembelajaran, anak tunanetra membutuhkan arahan konkret dan penjelasan deskriptif atau penggambaran secara rinci.
“Yang harus selalu diingat, berikan arahan yang konkret dan penjelasan yang deskriptif, sehingga juga dapat melatih kemampuan kognitifnya dalam memahami sesuatu, serta kemampuannya melakukan orientasi.”
Banyak alasan mengapa keterampilan melakukan aktivitas sehari-hari wajib diajarkan pada anak tunanetra. Alasan pertama tentu saja melatih kemandiriannya.
Sisi kemandirian ini tidak hanya membantu anak tunanetra untuk merawat diri sendiri ketika dewasa kelak. Tapi juga berguna saat mereka harus tinggal sendiri atau bahkan untuk membantu orang lain.
Advertisement
Tak Harus Selalu Bergantung pada Orang Lain
Pelatihan keterampilan kegiatan sehari-hari juga sekaligus mengedukasi anak bahwa menjadi seorang tunanetra tidak harus selalu bergantung pada orang lain.
Dengan pelatihan ini, orangtua dapat mengenalkan konsep tanggung jawab pada anak. Tak jarang, orangtua atau anggota keluarga yang lain selalu berusaha membantu anak tunanetra melakukan hal-hal yang sebetulnya mampu dilakukannya secara mandiri.
Meski bertujuan membantu, kebiasaan seperti ini justru akan membuat anak tunanetra menjadi tidak atau kurang berdaya dan kurang mandiri.
“Jadi, tak perlu khawatir untuk melatih keterampilan beraktivitas sehari-hari kepada anak tunanetra ya, ayah bunda! Cukup pastikan kegiatan atau tugas yang diberikan sesuai dengan usia dan kemampuan anak tunanetra,” kata Juwita.
Bangun Memori dan Stimulasi Anak Tunanetra
Pengajaran untuk melakukan aktivitas harian merupakan bagian dari usaha membangun memori dan stimulasi anak tunanetra.
Anak dengan disabilitas netra membutuhkan stimulasi atau rangsangan dengan cara yang berbeda dari orang yang melihat.
Jika orang pada umumnya mengenali suatu benda dengan melihat, maka tunanetra dapat mengakses ingatan soal suatu benda dengan menggunakan empat indera lainnya selain indera penglihatan. Yakni indera perabaan, pendengaran, penciuman, dan pengecapan.
Keempat indera ini berfungsi untuk membangun memori dan stimulasi bagi anak yang terlahir tunanetra atau menjadi tunanetra di usia balita.
Pembangunan memori dan stimulasi ini memerlukan peran orangtua di rumah dan guru-guru di sekolah. Tujuannya, agar anak tunanetra memiliki keanekaragaman lewat empat indera selain indera penglihatan.
Advertisement