Liputan6.com, Jakarta TikTok merupakan rumah bagi komunitas kreator konten disabilitas. Sejumlah TikTokers dengan disabilitas mengaku bahagia karena akhirnya mendapat atensi masyarakat untuk pertama kalinya melalui TikTok.
TikTokers Tiffany Yu, yang berusia 35 tahun dan telah beradvokasi untuk hak-hak disabilitas selama 14 tahun, merasa bahwa orang tidak memperhatikannya sampai ia mulai muncul di TikTok.
Baca Juga
Yu adalah seorang kreator TikTok yang juga terkenal dan sering membahas tentang kecacatannya. Ketika dia masih berusia 9 tahun, dia mengalami kecelakaan mobil yang sangat tragis dan merenggut nyawa ayahnya.
Advertisement
Kecelakaan itu juga menyebabkan cedera pada saraf plexus brachialis yang membuatnya hanya bisa menggunakan satu tangan. Setelah lebih dari 20 tahun berlalu, akhirnya dia didiagnosis mengalami post-traumatic stress disorder (PTSD).
"Saya telah melakukan pekerjaan ini selama 14 tahun, tapi orang tidak memperhatikan sampai saya mulai muncul di TikTok," tulis Yu melalui e-mail kepada Women Health.
Yu memulai kelompok mahasiswa bernama Diversability saat dia masih kuliah di Universitas Georgetown di Washington, D.C.
“Sebenarnya, saya merasa sangat tidak nyaman dengan tampilan tangan saya sebelum bergabung dengan TikTok," katanya.
Namun, Yu mengaku bahwa membuat video-video di TikTok telah membantunya merubah perasaan tersebut.
Yu bukanlah satu-satunya penyandang disabilitas yang merasakan hal ini. Ada banyak kreator lain yang juga memiliki disabilitas dan mengaku telah menemukan komunitas di TikTok.
TikTok dapat membaca teks dengan suara yang dihasilkan oleh komputer, sehingga orang yang buta atau memiliki masalah penglihatan bisa mendengar dan memahami konten.
Bahas Ableism untuk Lawan Diskriminasi terhadap Penyandang Disabilitas
Bukan hanya Yu, TikTokers Shelby Lynch, seorang wanita 25 tahun yang mengidap atrofi otot tulang belakang tipe 2, sebuah gangguan genetik yang mempengaruhi sel saraf yang mengontrol otot sukarela.
Dia pertama kali memposting videonya di TikTok yang menampilkan foto dan video dengan kekasihnya, serta dirinya sedang bernyanyi.
Lynch memiliki mutasi gen yang membuat sel sarafnya terpengaruh sehingga ia membutuhkan kursi roda listrik dan ventilator. Dia membutuhkan perawatan setiap hari selama dua puluh empat jam.
Pacarnya, yang sudah bersamanya sejak 2020, juga menggunakan kursi roda listrik
Lynch bercerita pengalaman kali pertamanya mendapat reaksi positif dari konten yang ia bagikan di TikTok.
"Ketika saya pulang, pemberitahuan saya berdering setiap detik. Saya mendapatkan ribuan pengikut setiap beberapa detik,” kata Lynch.
Sekarang, Lynch memiliki hampir 442.000 pengikut di TikTok. Dia membuat video tentang kehidupannya, termasuk topik seperti kencan, seks, dan ableism atau diskriminasi terhadap penyandang disabilitas.
Advertisement
TikTok Jadi Wadah Edukasi bagi Orang yang Tak Memiliki Disabilitas
Beberapa pengguna TikTok yang banyak diikuti dan tidak memiliki disabilitas mengaku bahwa mereka telah belajar tentang hidup penyandang disabilitas dari aplikasi tersebut.
Bedanya dengan Instagram, Twitter, dan Facebook, di mana aliran konten tergantung pada akun yang diikuti, di TikTok pengguna mendapatkan aliran video yang tak terbatas berdasarkan rekomendasi kompleks.
Jika Anda menonton, menyukai, atau membagikan video terkait disabilitas, TikTok akan memberikan lebih banyak video semacam itu.
TikToker progresif dengan 1,4 juta pengikut, Alex Pearlman, mengatakan bahwa dia belajar banyak tentang kehidupan penyandang disabilitas karena banyaknya orang yang berbagi pengalaman.
“Algoritma for you page (FYP) TikTok membuat saya menemukan orang-orang yang tidak akan saya temukan di platform lain,” kata Pearlman.
Pearlman mengaku menjadi lebih sadar tentang masalah yang orang dengan penyandang disabilitas hadapi, mulai dari sulitnya mengurus administrasi jaminan sosial hingga skala gaji yang tidak memadai.
Berharap Bisa Ditonton Selain karena Disabilitas
Para TikToker dengan disabilitas mengaku juga ingin menunjukkan kepada penonton mereka bahwa ada banyak hal lain yang bisa dilihat selain disabilitas mereka.
Yu berbicara tentang kehidupan kencannya dan tinggal di San Francisco. Sedangkan, Lynch bermimpi untuk memulai perusahaan fashion sendiri yang dijalankan sepenuhnya oleh orang-orang dengan disabilitas.
Menurut Yu, Platform TikTok dengan fitur visualnya membantu dia untuk menerima dan mencintai tubuhnya.
“Saya sampai pada titik di mana saya pikir, ini adalah satu-satunya tubuh yang saya miliki. Tubuh yang diberikan oleh alam semesta. Tangan saya terlihat berbeda, tapi itu adalah tangan saya,"
Sedangkan Lynch memiliki pengalaman yang berbeda di TikTok. Ia sering mengalami ketidaktoleransian dari orang lain. Meski begitu, platform tersebut juga membuatnya lebih kuat dan tahan banting. Dukungan dari kreator lain juga memberinya semangat.
"Ini tentang kebersamaan. Kita semua menghadapi banyak hal setiap hari," ujar Lynch.
Advertisement