Liputan6.com, Jakarta Dokter spesialis anak Ririe Fachrina Malisie mengatakan bahwa penyandang disabilitas lebih rentan tenggelam ketimbang non difabel.
“Iya (lebih rentan tenggelam), tentu bagaimanapun anak-anak disabilitas itu kan berkebutuhan khusus. Kalau berkebutuhan khusus itu bergantung pada kondisi dasarnya,” kata Ririe dalam temu media bersama Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) di Jakarta Pusat, Selasa 23 Mei 2023.
Baca Juga
Ririe memberi contoh, penyandang down syndrome bisa berenang dengan baik kecuali jika memiliki gangguan motorik. Kondisi lain seperti kelainan jantung juga perlu mendapat pertimbangan. Di sisi lain, olahraga renang adalah olahraga yang baik bagi tubuh.
Advertisement
“Anak-anak sindrom down itu 50 persen punya kelainan jantung dan olahraga renang ini merupakan olahraga yang komplit, bisa melatih motorik, peredaran darah, dan latihan napas.”
“Pada saat kita bolak-balik tarik napas, keluar masuk air itu sangat membantu untuk menguatkan otot-otot pernapasan. Makanya renang jadi pilihan yang baik untuk pasien asma,” jelas Ririe.
Ririe pun menyampaikan data kasus tenggelam dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Menurut data itu, setidaknya 236.000 orang meninggal akibat tenggelam setiap tahunnya.
Di tingkat dunia, Indonesia menduduki peringkat ke-123 dengan kematian akibat tenggelam mencapai 4.518 jiwa. Namun, ini merupakan fenomena gunung es, di mana kejadian sebenarnya di lapangan tentu lebih banyak.
Salah Satu Penyebab Kematian Terbanyak
Jumlah kematian yang banyak akibat tenggelam membuatnya tercatat sebagai satu dari 10 penyebab kematian terbanyak pada kelompok usia satu hingga 24 tahun.
Ririe pun menjelaskan bahwa risiko tenggelam dapat semakin tinggi jika:
- Banjir dan bencana lain seperti hujan ekstrem, badai, dan tsunami.
- Bepergian dengan transportasi laut terutama jika alat transportasinya tidak dalam kondisi prima dan memuat kapasitas berlebih.
- Berusia satu sampai empat tahun, ini adalah usia terbanyak penyumbang kematian akibat tenggelam.
Advertisement
Penyebab Tenggelam
Sedangkan, penyebab seseorang tenggelam bisa bermacam-macam seperti:
- Terganggunya kemampuan fisik akibat pengaruh obat-obatan.
- Ketidakmampuan akibat hipotermia, syok, cedera, atau kelelahan.
- Ketidakmampuan akibat penyakit akut ketika berenang seperti epilepsi yang kambuh.
- Perahu atau kapal yang ditumpangi tenggelam.
- Terperangkap atau terjerat di dalam air.
- Bunuh diri.
Ketika tenggelam, napas akan tertahan dan menyebabkan jalan napas tertutup. Jika sudah tak kuat menahan napas, air dapat masuk ke mulut dan saluran napas, akibatnya timbul batuk dan sesak.
Maka dari itu, tingkat keselamatan orang tenggelam tergantung pada durasi tenggelamnya.
3 Kategori Korban Tenggelam
Durasi dan kondisi korban tenggelam dibagi menjadi tiga yakni kategori A (Awake), kategori B (Blunted), kategori C (Comatase).
- Pada kategori A, korban masih sadar tapi sulit mengatur napas. Namun setelah diberi pertolongan, korban akan dapat kembali bernapas spontan.
- Pada kategori B, kesadaran korban berkurang atau stupor tapi masih dapat merespons terhadap rangsangan.
- Pada kategori C, korban dalam keadaan koma dan pernapasannya bisa berhenti sejenak (apnoe).
Menolong Korban Tenggelam
Untuk menolong korban tenggelam, seseorang perlu memastikan apakah dirinya mampu berenang dan menolong korban. Jika tidak, maka berteriak meminta bantuan sambil berusaha menolong dengan benda yang memungkinkan bisa pula dilakukan.
Pada prinsipnya, menolong orang tenggelam dapat dilakukan dengan:
- Raih korban dengan atau tanpa alat.
- Lempar alat apung seperti ban atau papan yang diikat dengan tali kemudian tarik korban dengan posisi tubuh yang aman.
- Dayung atau gunakan perahu untuk mendekati korban.
- Renang menuju korban dan membawanya ke tepi, ini adalah upaya yang boleh dilakukan oleh orang yang bisa berenang. Tidak disarankan untuk langsung berenang ke arah korban tanpa rencana.
Advertisement