Sukses

Astronot dengan Disabilitas Pertama Resmi Mulai Jalani Pelatihan

Astronot dengan disabilitas pertama di dunia, John McFall, telah memulai pelatihan pertamanya di Pusat Astronot Eropa yang berlokasi di Jerman.

Liputan6.com, Jakarta - Astronot dengan disabilitas pertama di dunia telah memulai pelatihan pertamanya di Pusat Astronot Eropa yang berlokasi di Jerman.

John McFall, bergabung dengan kelompok astronot European Space Agency (ESA) pada 2022 setelah melewati proses seleksi. 

McFall kehilangan kaki kanannya dalam kecelakaan motor saat berusia 19 tahun. Meski begitu, ia kemudian berhasil menjadi atlet Paralimpiade dan dokter bedah di National Health Service (NHS).

Selama dua tahun ke depan, McFall akan bekerja bersama para ahli untuk melihat cara membuat fasilitas bagi astronot agar lebih mudah diakses.

Dia akan mengikuti berbagai kegiatan pelatihan astronot sebagai bagian dari penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengukur kemungkinan sebuah proyek berhasil mengirim penyandang disabilitas ke luar angkasa.

Pelatihan yang dilakukan McFall meliputi bertahan di laut dan pengujian di lingkungan dengan tekanan udara rendah.

McFall telah melihat bagaimana kaki palsunya berperan dalam lingkungan tanpa gravitasi saat dia naik pesawat khusus yang mensimulasikan kondisi di luar angkasa.

Pria berusia 42 tahun ini mengaku tertarik pada bidang pengetahuan, khususnya sains. Ia merasa antusias untuk mendapatkan ilmu dari pengetahuan tersebut.

"Saya suka pengetahuan dan saya sangat antusias dengan apa yang akan saya pelajari, sains yang akan dihasilkannya, dan kenyataan bahwa ini adalah langkah pertama dalam perjalanan yang lebih besar,” kata John McFall, seperti melansir BBC.

2 dari 4 halaman

Buat Ruang Angkasa Juga Dapat Diakses bagi Penyandang Disabilitas

McFall mengatakan bahwa ini merupakan langkah awal untuk menemukan cara membawa lebih banyak orang ke luar angkasa.

Hal ini juga membuat ruang angkasa lebih mudah diakses, termasuk bagi penyandang disabilitas.

"Jika kita berpikir 100, 200, 250 tahun ke depan, ketika manusia menjadi spesies yang hidup di berbagai planet dan kita secara rutin pergi ke luar angkasa, tentu saja orang dengan disabilitas fisik juga ingin ikut serta,” tutur McFall.

Berbagai tes yang McFall lakukan akan membantu ESA mengevaluasi pengaruh dari kondisi kehilangan kaki dan penggunaan prostesis terhadap persyaratan hidup dan kerja di luar angkasa. 

3 dari 4 halaman

Perluas Penghargaan terhadap Kemampuan Penyandang Disabilitas

Menurut McFall, hal ini memberikan pesan yang kuat kepada umat manusia, serta mengedukasi dan memperluas penghargaan terhadap kemampuan orang dengan disabilitas fisik.

"Dampaknya sangat besar. Menurut saya ini memberikan pesan yang kuat kepada kita semua dan memberikan pengetahuan serta memperluas pemahaman dan penghargaan kita terhadap kemampuan orang dengan disabilitas fisik,” kata McFall, seperti melansir Independent.

Dengan langkah ini, McFall berharap agar ia dapat membantu orang lain dengan membuat masyarakat menyadari kemampuan orang dengan disabilitas secara lebih luas.

"Selain itu, ini juga akan menginspirasi orang, baik yang memiliki disabilitas maupun tidak, tentang potensi yang mereka miliki.

4 dari 4 halaman

Momen Bersejarah bagi Komunitas Disabilitas dan Sektor Antariksa Global

Belum diketahui apakah McFall akan benar-benar terbang dalam misi luar angkasa. Keputusan tentang hal ini mungkin akan baru ditentukan beberapa tahun setelah studi kelayakan selesai.

Namun, ia telah bergabung dengan 17 rekrutan baru secara keseluruhan, termasuk ahli astronomi asal Inggris Rosemary Coogan, yang dijamin akan pergi ke luar angkasa suatu hari nanti jika berhasil melewati proses pelatihan ESA.

CEO UK Space Agency,  Paul Bate, mengaku senang dan mendukung perjalanan McFall selama pelatihan dan studi kelayakan ini. Bukan hanya bagi komunitas disabilitas, hal ini juga merupakan momen bersejarah bagi sektor antariksa global.

"Pemilihan John sebagai astronot pertama dengan disabilitas fisik adalah momen bersejarah bagi sektor antariksa global. Ini akan membantu kita menemukan cara kerja yang baru dan lebih inklusif, dengan menunjukkan secara langsung bahwa luar angkasa memberikan peluang bagi semua orang,” jelas Bate.