Liputan6.com, Jakarta Merokok merupakan faktor risiko utama untuk berbagai kondisi kesehatan yang serius, dan gangguan pendengaran telah ditemukan sebagai penyebab lain dalam beberapa tahun terakhir.
Berbagai penelitian bahkan menunjukkan bahwa perokok lebih mungkin mengalami gangguan pendengaran terkait usia dibandingkan dengan bukan perokok.
Baca Juga
Pada 2018, sebuah penelitian dalam Journal of Association for Research in Otolaryngology (JARO) menemukan bahwa perokok memiliki risiko 1,69 kali lebih tinggi untuk mengalami gangguan pendengaran dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.
Advertisement
Studi tersebut juga mengungkapkan bahwa ada hubungan dosis-respons dalam merokok, yang berarti risiko gangguan pendengaran meningkat dengan jumlah rokok yang dihisap per hari dan jumlah serta frekuensi merokok.
Dilansir dari BBC, studi yang dirilis tahun 2010 di jurnal Tobacco Control bahkan menunjukkan perokok pasif pun bisa mengalami gangguan pendengaran.
Para ahli percaya asap tembakau dapat mengganggu aliran darah di pembuluh kecil telinga. Ini bisa membuat organ oksigen kelaparan dan menyebabkan penumpukan limbah beracun, menyebabkan kerusakan.
Kerugiannya berbeda dengan yang disebabkan oleh paparan kebisingan atau penuaan sederhana.
Dalam studi tersebut, para peneliti dari University of Miami dan Florida International University melihat hasil tes pendengaran dari 3.307 relawan non-perokok - beberapa mantan perokok dan beberapa yang tidak pernah merokok seumur hidup mereka.
Â
Berapa Banyak Paparan Asap Rokok yang Memicu Gangguan Pendengaran?
Dr. David Fabry, yang memimpin penelitian tersebut mengatakan dalam studinya, tim belum mengetahui secara detail mengenai banyaknya paparan asap rokok terhadap gangguan pendengaran. Namun jika dibandingkan mereka yang tidak terpapar asap rokok, risiko gangguan pendengaran lebih rendah.Â
"Kami benar-benar tidak tahu persis berapa banyak asap (rokok) hingga meningkatkan risiko. Tetapi sungguh, yang aman adalah tidak mendapat paparan (asap rokok)," jelasnya.
Dr. Ralph Holme, kepala penelitian biomedis di RNID (Royal National Institute for Deaf People), mengatakan: "Kami sudah mengetahui dari penelitian kami sendiri bahwa merokok aktif secara teratur merupakan faktor risiko signifikan yang menyebabkan gangguan pendengaran dan studi baru ini penting sebagai ini menyoroti peningkatan risiko yang ditimbulkan oleh perokok pasif juga.
"Gangguan pendengaran seringkali bisa sangat membuat frustrasi dan menyebabkan isolasi sosial, jika tidak ditangani dengan cepat. Sebelum Anda menyalakan rokok selanjutnya, pertimbangkan bagaimana hal itu dapat berdampak tidak hanya pada pendengaran jangka panjang Anda sendiri tetapi juga teman dan kerabat Anda," katanya.
Advertisement
Kaitan Antara Merokok dan Gangguan Pendengaran
Dilansir dari News18, baik orang dewasa maupun anak-anak dapat mengalami gangguan pendengaran akibat merokok dan perokok pasif.
Merokok mempengaruhi tenggorokan dan jaringan hidung dan merusak sistem kekebalan tubuh, membuat pasien lebih rentan terhadap penyakit yang mempengaruhi telinga. Namun, karena anatominya, anak-anak lebih dirugikan oleh paparan asap pasif. Infeksi lebih sering terjadi pada orang dewasa dan anak-anak.
Bentuk gangguan pendengaran sensorineural paling banyak terjadi pada perokok (77,5%), diikuti oleh tipe campuran (18,3%), tetapi tipe campuran lebih sering terjadi pada bukan perokok.
Ini adalah fakta diketahui bahwa merokok menyebabkan efek merugikan pada sirkulasi darah. Dengan demikian, faktor utama lain yang berkontribusi terhadap gangguan pendengaran adalah berkurangnya aliran darah ke koklea yang merupakan organ sensorik yang bertanggung jawab untuk pendengaran. Zat beracun dalam rokok, seperti nikotin dan karbon monoksida, selanjutnya dapat merusak sel-sel rambut di telinga bagian dalam yang mengubah getaran sonik dan meneruskan sinyal listrik ke otak.
Semua faktor ini dapat mempercepat proses penuaan alami dari sistem pendengaran dan sebagai akibatnya dapat mempengaruhi perokok dengan gangguan pendengaran pada usia dini.
Â
Dampak Berhenti Merokok
Berhenti merokok adalah saran terbaik yang akan diberikan oleh profesional medis mana pun untuk membantu membalikkan dan memperlambat perkembangan gangguan pendengaran dan efek kesehatan lainnya yang disebabkan oleh kebiasaan merokok.
Berhenti merokok telah terbukti memiliki efek positif pada kesehatan pendengaran. Orang yang berhenti merokok dapat mengurangi risiko gangguan pendengaran hingga 50%. Selain berhenti merokok, seseorang dapat melindungi pendengarannya dengan menghindari paparan suara keras, mengenakan penyumbat telinga atau penutup telinga saat terpapar suara keras, dan melakukan tes pendengaran secara teratur.
Penting untuk berkonsultasi dengan spesialis THT (Telinga, Hidung, dan Tenggorokan) yang akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap telinga dan memberikan pilihan perawatan yang lebih personal untuk gangguan pendengaran serta saran untuk berhenti merokok.
Advertisement