Sukses

Cerita Christine Hakim Sewaktu Mendirikan Yayasan Autisme, Berawal dari Film Dokumenter 15 Tahun Silam

Christine Hakim Foundation adalah yayasan yang dibangun untuk mempromosikan pendidikan publik tentang autisme serta mendesak pemerintah menghilangkan kesalahpahaman tentang anak berkebutuhan khusus.

Liputan6.com, Jakarta Aktris senior Christine Hakim memiliki kepedulian besar terhadap anak-anak autisme. Hal ini dibuktikan dengan berdirinya Christine Hakim Foundation.

Ini adalah yayasan yang dibangun untuk mempromosikan pendidikan publik tentang autisme serta mendesak pemerintah menghilangkan kesalahpahaman tentang anak berkebutuhan khusus.

Bagi wanita kelahiran 25 Desember 1956 itu, anak autisme sama seperti anak lainnya yang memiliki kelebihan masing-masing.

“Mereka anak-anak yang luar biasa, kita tahu setiap manusia diberikan kekurangan dan kelebihan. Setiap manusia, begitu juga anak-anak ini. Kelebihan yang mereka punya ini melebihi rata-rata manusia normal,” kata pemeran Tjoet Nja Dhien (1988) itu dalam Bincang Liputan6, ditulis Selasa (8/8/2023).

“Mereka membutuhkan dukungan dari masyarakat luas, keluarganya, saya pikir kita jangan bicara masalah kebaikan sebelum kita bisa memahami mereka dan kita bisa berbagi dengan mereka,” tambahnya.

Awal Mula Tertarik pada Masalah Sosial

Penerima penghargaan "The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Rosette" dari pemerintah Jepang ini pun menceritakan awal mula ketertarikannya pada masalah sosial termasuk disabilitas.

“Ada di dalam satu periode, Ibu tertarik dengan permasalahan-permasalahan sosial. Itu tentu saja terinspirasi dari sutradara-sutradara Indonesia juga yang mengangkat permasalahan sosial itu ke dalam filmnya.”

Beberapa sutradara yang menginspirasi dirinya adalah Teguh Karya, Sjumandjadja, dan Win Umboh.

Inspirasi ini membuatnya memikirkan cara untuk ikut berbagi di bidang sosial. Menurutnya, berbagi itu tidak cukup hanya dengan uang, tapi bagaimana membuat masyarakat ikut peduli terhadap isu sosial termasuk disabilitas.

2 dari 4 halaman

Berawal dari Ajakan Bikin Film Dokumenter

Suatu saat, lanjutnya, dia bertemu dengan seorang sahabat yang merupakan dosen Institut Pertanian Bogor (IPB). Dosen itu membuat program untuk anak-anak autisme.

“Dan juga bertemu dengan dokter spesialis saraf, dokter Andreas Harry dan sahabat Ibu ini Ricky Avenzora, pengajar di IPB. Mereka berdua yang mengajak ibu untuk membuat film dokumenter tentang anak-anak berkebutuhan khusus ini,” jelas bintang film “Pasir Berbisik” itu.

Dalam dokumenter itu, Christine terlibat dari mulai riset hingga syuting sebagai pembawa acaranya. Dari film ini, dia mendapat pengetahuan tambahan soal autisme.

3 dari 4 halaman

Melihat Langsung Kehidupan Anak Autisme

Dalam proses pembuatan film dokumenter ini, pemilik nama lengkap Herlina Christine Natalia Hakim melihat langsung kehidupan anak autisme di tengah masyarakat.

“Pertumbuhan anak-anak autis waktu itu sangat cepat. Waktu itu mencapai enam ribu apa enam juta Ibu lupa ya karena film ini dibuat 15 tahun lalu.”

Tak sedikit pula ia melihat adanya stigma di masyarakat terhadap anak-anak istimewa itu.

“Sebetulnya, ini anak-anak luar biasa, sementara masyarakat ada yang mengklaim bahwa mereka anak gila, mereka anak kutukan, ini yang Ibu tidak setuju.”

4 dari 4 halaman

Anak Autisme di Mata Christine Hakim

Bagi Christine Hakim, anak autisme adalah titipan tuhan yang mengajarkan banyak hal kepada dirinya.

“Yang jelas mereka adalah anak titipan Tuhan yang mengajarkan kita juga melatih kesabaran, keikhlasan, dan kepedulian kita.”

Orangtua atau keluarga yang paham bahwa anak autisme adalah titipan Tuhan akan menganggap mereka sebagai sumber pembelajaran hidup dan berkah untuk keluarga, lanjutnya.

“Jika ditangani, dididik dengan penuh cinta kasih maka anak itu benar-benar akan memberikan kebahagiaan dan berkah tersendiri buat keluarga,” pungkasnya.