Liputan6.com, Jakarta Seorang remaja menjadi perbincangan netizen karena sholat menggunakan bahasa isyarat. Video itu diunggah oleh akun TikTok kajian sunnah ilmiah.Â
Salah seorang netizen misalnya, Lina Yusiani heran karena terlalu banyak gerakan pun dianggap bisa membatalkan sholat.
Baca Juga
"Bukannya salah satu pembatal solat itu terlalu banyak gerakan di luar gerakan solat ?," katanya.
Advertisement
"itu pake bahasa isyarat karna maaf mungikin ada keterbatasan....," ujar netizen lain, Firman.
Untuk mengikuti salat berjamaah, atau sholat sendiri, Anda harus bisa mendengar apa yang diucapkan dan melafalkan surah dan doa. Bagaimana dengan seseorang yang tidak dapat mendengar atau berbicara? Apakah mereka perlu berdoa?
Dilansir dari laman Youtube Faith IQ, Syekh Omar Suleiman menjawab "Ya, mereka tetap diwajibkan untuk sholat."
Mereka mungkin perlu belajar bagaimana sholat secara mandiri, dan jika mereka mengikuti sholat berjamaah, ada hal yang perlu disesuaikan. Misalnya, mereka dapat menggunakan penglihatannya untuk mengikuti gerakan-gerakan shalat berjamaah.
Itu bahkan juga bisa diterapkan ketika sujud. Penyandang tunarungu-wicara dapat merasakan gerakan orang yang ada di sebelahnya ketika sujud atau meminta bantuan kenalan untuk mengisyaratkan kapan harus bangkit dari posisi sujud.
Imam Omar Suleiman adalah Presiden Yaqeen Institute for Islamic Research dan profesor Studi Islam di Southern Methodist University. Dia juga cendekiawan di Valley Ranch Islamic Center dan Co-Chair of Faith Forward Dallas di Thanks-Giving Square, sebuah aliansi multi-agama untuk perdamaian dan keadilan.
Â
Anak Tuli dan Tunawicara Dianggap Mampu Memenuhi Kewajiban Sholat
Mengutip Fatwa yang dikeluarkan oleh mendiang cendekiawan Muslim, Sheikh ibn Baz RDA, mantan Mufti Arab Saudi:
"Anak yang Tuli dan bisu, ketika mencapai usia pubertas, dianggap bertanggung jawab dan diharapkan untuk memenuhi kewajiban sholat, dll." Mereka dapat diajari apa yang perlu diketahui melalui tulisan atau tanda-tanda termasuk bahasa isyarat.
Shabir Ally, seorang pengkhotbah dan apologis Islam Kanada, menjelaskan tentang muslim Tuli yang tidak dapat berbicara atau lebih suka menggunakan bahasa isyarat dalam beribadah.
"Jika seseorang tidak dapat berbicara, maka yang kita lakukan dalam doa secara umum, terutama ketika berdoa sendirian, adalah kita tidak mengeluarkan suara. Kita hanya menggerakkan bibir."
Ada beberapa sholat yang melafalkan dengan lantang, tetapi di mazhab Hanafi, ketika sholat sendirian—bahkan sholat yang nyaring—sholat tetap sah dengan hanya menggerakkan bibir saja," ujarnya.
Â
Advertisement
Allah SWT Maha Mengetahui
Sementara mengisyaratkan segala sesuatu yang kita ucapkan dalam doa bisa menjadi beban yang terlalu berat, Shabir menegaskan bahwa Tuhan selalu mengetahui pikiran kita. Lain halnya ketika kita berkomunikasi dengan orang lain yang harus memberi isyarat karena mereka tidak mengetahui pikiran kita.
"Jadi, saya merekomendasikan membuat satu isyarat dalam doa, isyarat yang menunjukkan bahwa hanya ada Satu Tuhan, dan itu bisa dengan bahasa isyarat kita sendiri, tidak harus ASL (Bahasa Isyarat Amerika). akan merekomendasikan bagi orang-orang yang tidak dapat menyuarakan bacaan dalam doa untuk mengingat hal-hal itu saja. Dan tentu saja, Allah SWT paling tahu apa yang ada dalam pikiran kita."
Jadi, ini kembali lagi ke ide dalam agama dimana tidak ada paksaan dan itu dimaksudkan untuk menjadi mudah.