Liputan6.com, Jakarta - Kebahagiaan terbalut diwajah anak-anak Al-Qudra di Gaza. Salah satunya Anas al-Sharif, bocah penyandang disabilitas berusia 8 tahun tersebut sangat kegirangan melepas suasana musim panas melalui berenang.
Anas lahir dalam keadaan memiliki kelainan bawaan pada tungkai atas dan bawahnya sehingga Anas sulit untuk berenang di air yang dalam. Meski begitu, Anas dan teman-teman seusinya yang memiliki keadaan kaki terampusi tetap menikmati segarnya air kolam renang.
Baca Juga
Dana Bantuan Anak-Anak Palestina (PCRF) sengaja mendirikan kolam renang ini khusus untuk anak-anak penyandang disabilitas agar memenuhi kebutuhannya. Berenang adalah kegiatan yang disarankan oleh dokter dan terapis untuk anak penyandang disabilitas yang kehilangan anggota tubuhnya.
Advertisement
Anak-anak telah diatur jadwal kegiatan fisiknya meski dihadiri 120 anak. Hal ini juga tidak lepas dari banyaknya dukungan dari para medis dan sosial dalam membentuk psikologi yang mereka butuhkan.
"Ini memberi mereka kepercayaan diri dan membangun karakter mereka. Hal ini juga memperkuat hubungan mereka satu sama lain, yang akan membantu mereka dalam menghadapi kesulitan," ujar al-Saqqa koordinator program PCRF.
Kegiatan ini merupakan salah satu upaya agar anak-anak terikat satu sama lain kepada sesamanya. Mereka dibentuk melalui program ini agar menjadi anak yang percaya diri ketika bersosialisasi.
Program ini disambut baik oleh anak-anak, artinya program ini adalah wadah untuk mereka bersenang-senang dan bersosialisasi kepada teman seusinya.
Dukungan PCRF Untuk Anak Disabilitas
Program PCRF ini membuktikan kepada masyarakat bahwa anak-anak yang diamputasi dapat menikmati kegiatan rekreasi ketika diberikan dukungan yang tepat. Contohnya seperti berenang dan perkemahan, selain wadah rekreasi juga menjadi alternatif untuk meningkatkan mental dan fisik anak-anak yang diamputasi.
"Pesan kami adalah bahwa anak-anak dengan anggota tubuh yang diamputasi adalah bagian dari masyarakat Palestina, dan mereka membutuhkan ruang dan aktivitas yang disesuaikan untuk membuat mereka merasa dilibatkan,” kata al-Saqqa.
Adapun program lain yang ditawarkan oleh PCRF ini adalah menawarkan dukungan lain untuk anak-anak yang diamputasi, termasuk terbang ke luar negeri untuk mendapatkan alat prostetik, mengatur operasi yang diperlukan, serta memberikan dukungan sosial dan individu.
Program ini tidak membedakan antara mereka yang kehilangan anggota tubuh akibat perang, cacat lahir, atau kecelakaan. Dalam beberapa tahun terakhir, peningkatan serangan Israel di Jalur Gaza telah mengakibatkan lebih banyak orang yang diamputasi.
Advertisement
Peristiwa Serangan Israel Berdampak Pada Kondisi Anak-Anak
Banyaknya serangan yang dilakukan oleh Israel kepada Palestina, tidak jarang melukai banyak korban penduduk Palestina dari luka-luka fisik, cacat organ tubuh, hingga meregang korban jiwa. Tentu kehidupan seperti itu bukanlah yang diinginkan setiap orang.
Meski tidak ingin berada di situasi tersebut, masyarakat Palestina terpaksa berhadapan dengan kondisi yang ada. Israel tidak memberikan ketenangan pada masyarakat Palestina dalam hal apapun, hingga kegiatan keagamaan pun serangan bisa diluncurkan oleh Israel.
Menurut PCRF, 20 anak diamputasi ketika pasukan Israel menembaki pengunjuk rasa Palestina pada 2019.
“Anak-anak dengan anggota tubuh yang diamputasi adalah sektor kecil yang terabaikan, jadi kami mencoba untuk menjadi inklusif dan menawarkan kegiatan seperti olahraga air, seni, dan kunjungan lapangan ke tempat-tempat seperti situs arkeologi di Jalur Gaza,” kata al-Saqqa.
Tidak banyak yang bisa masyarakat Palestina lakukan, mereka hanya berpegang teguh keyakinan kepada kuasa Allah SWT dalam menghadapi situasi tersebut. Selain itu mereka juga berupaya untuk merekatkan hubungan satu sama lain agar saling tolong menolong.
Tumbuhkan Kepercayaan Diri Anak Teramputasi
Sebagai seorang anak, banyak mimpi dan harapan yang ingin diraih ketika dewasa nanti. Segala sesuatu yang positif menjadi panutan anak untuk meraih mimpinya. Namun, keterbatasan fisik bukanlah hal yang mustahil untuk menggapai cita-citanya.
Seperti PCRF, mereka mendukung anak yang terampuasi untuk melakukan kegiatan diluar batas kegiatan sehari-harinya. Seperti berenang, anak yang teramputasi jarang melakukannya. Namun PCRF menyelenggarakannya agar anak merasakan kebahagiaan berenang seperti orang pada umumnya.
Akibat teramputasinya organ tubuh, bukan berarti mimpi dan kegiatan lainnya akan menjadi terbatas. Seperti yang baru ini diperbincangkan di media sosial, aksi para pemain amputasi Palestina yang berlaga dalam pertandingan final kejuaraan sepak bola amputasi di Palestina Stadium di Gaza City pada 16 Agustus kemarin.
Mereka mampu menggapai cita-citanya dan menyalurkan hobinya dengan orang-orang yang memiliki kesamaan pada amputasi kaki. Mereka percaya diri dengan permainan bolanya, hingga mencapai titik final. Artinya, kepercayaan diri adalah hal yang harus ditumbuhkan kepada anak yang teramputasi agar mereka bisa tampil di publik.
Advertisement