Liputan6.com, Jakarta Penyandang disabilitas sensorik netra memiliki tantangan mendasar dalam mengenali lingkungan.
Tidak berfungsinya kemampuan visual membuat mereka terkendala dalam mengenali objek di sekitar. Akibatnya, mereka bisa saja menabrak berbagai objek yang ada di hadapan mereka. Hal ini tentunya menghambat mobilitas penyandang tunanetra.
Baca Juga
Agar dapat menjalani hari-hari dengan lebih baik dan berpindah dari satu tempat ke tempat lain dengan mandiri, penyandang disabilitas netra perlu mengoptimalkan indera lain.
Advertisement
Ini melatarbelakangi Sentra Terpadu Pangudi Luhur (STPL) Bekasi untuk membantu penyandang disabilitas netra meningkatkan akses terhadap lingkungan sosialnya. Bantuan dilakukan dengan memberikan layanan yang disebut orientasi lingkungan.
“Tujuan orientasi lingkungan ini agar penerima manfaat mampu melakukan aktivitas secara mandiri seperti ke toilet, ke dapur untuk mengambil makanan, dan ke berbagai fasilitas yang ada di STPL tanpa harus tergantung pada orang lain," kata Instruktur Orientasi Lingkungan STPL Ferdo Suhantono mengutip laman resmi Kementerian Sosial Republik Indonesia, Jumat (1/9/2023).
Targetnya, lanjut Ferdo, para penyandang disabilitas netra bisa melakukan perjalanan sendiri sesuai tujuan yang diinginkan.
"Secara praktis orientasi lingkungan ini menggunakan metode lima M, yaitu meraba, mendengar, merasa, mencium dan melihat," ungkap Ferdo.
Pengalaman Orientasi Lingkungan Penyandang Disabilitas Netra
Salah satu penerima layanan orientasi lingkungan adalah Sa'ani. Warga Tambun, Jawa Barat, ini kesulitan mengenali lingkungannya.
Karena belum mengenal teknik mengenali lingkungannya, ia sering menabrak objek sekitar.
"Pertama mau ke rumah teman main, padahal enggak jauh. Jalannya ke mana saya tidak tahu, ya sudah nabrak tembok. Karena masih belum tahu tekniknya," kata Sa’ni.
Perempuan usia 40 ini kemudian mengikuti orientasi lingkungan. Setelah hampir dua minggu mengikuti orientasi, ia merasakan ada kemajuan dalam mengenal lingkungan sekitar dengan bimbingan dari instruktur.
"Setelah belajar, sudah tahu teknik perlindungan tubuh bagian atas dan bagian bawah dengan menggunakan tangan menyilang didepan wajah dan bagian perut," jelasnya.
“Sekarang, saya sudah nggak takut, kalau nabrak jidatnya sudah gak kena tiang karena dilindungi tangan,” tambahnya.
Advertisement
Berjalan Kaki dengan Aman Adalah Hak Setiap Orang
Sebelumnya disampaikan bahwa berjalan kaki dengan aman dan nyaman adalah hak semua orang termasuk penyandang disabilitas.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemangku kepentingan demi memastikan fasilitas umum seperti jalan raya dan trotoar dapat diakses dengan mudah oleh pejalan kaki terutama yang menyandang disabilitas.
Namun, belum semua fasilitas itu benar-benar akses bagi penyandang disabilitas. Misalnya, tombol lampu penyeberangan yang posisinya terlampau tinggi sehingga sulit diakses pengguna kursi roda secara mandiri. Ada pula informasi yang ditulis dengan bahasa rumit dan tidak efektif sehingga sulit dipahami para penyandang disabilitas intelektual.
Selain itu, ada pertaruhan nyawa bagi disabilitas netra ketika trotoar dirampas sebagai lahan parkir atau tempat berjualan.
Hal ini disampaikan oleh Youtuber disabilitas netra yang aktif membahas soal isu disabilitas di Youtube Blindman Jack.
Pertaruhan Nyawa
Bindman Jack memakai istilah pertaruhan nyawa lantaran fasilitas pejalan kaki disabilitas netra di trotoar yakni guiding block acap kali dilewati kendaraan dan digunakan oleh pedagang.
“Tidak ada pilihan lain kecuali menghindar dan keluar dari jalur tersebut, akhirnya menyimpang ke badan jalan sehingga riskan tertabrak kendaraan lain.”
Contoh pertaruhan nyawa lainnya yang dialami Jack dan penyandang disabilitas netra lain di jalan raya adalah ketika hendak menyeberang.
Meski telah menyeberang di jalur penyeberangan dan mengangkat tongkat sebagai penanda agar para pengendara dapat memberi jalan, ternyata para pengendara tersebut tidak peduli.
Advertisement