Sukses

Penasihat Internasional Disabilitas AS Sara Minkara Bicara soal Isu Inklusif di Indonesia

Sebelum datang ke Indonesia, Sara Minkara sudah mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki perhatian pada masyarakat penyandang disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta Utusan Khusus Bidang Disabilitas Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat Sara Minkara kembali datang ke Indonesia untuk membicarakan isu disabilitas. Ia datang dalam acara ASEAN High Level Forum (AHLF) on Disability-Inclusive Development and Partnership Beyond 2025 di Makassar, Sulawesi Selatan.

Ini adalah kali kedua perempuan penyandang disabilitas netra ini bertandang ke Tanah Air. Dia pun berkesempatan menyapa sahabat Liputan6.com dalam Liputan6 Update edisi Jumat, 6 Oktober 2023.

“Senang bisa kembali ke Indonesia, ini kali kedua saya datang ke Indonesia untuk membicarakan isu disabilitas,” kata Sara melalui sambungan video secara daring.

Dia pun membagikan pendapatnya soal penanganan isu disabilitas di Indonesia. Menurutnya, sebelum datang ke Indonesia, dirinya sudah mengetahui bahwa Indonesia merupakan negara yang memiliki perhatian pada masyarakat penyandang disabilitas.

“Sebelum datang ke Indonesia saya tahu bahwa Indonesia punya konvensi hak-hak disabilitas, banyak pula organisasi masyarakat disabilitas di Indonesia,” ujar perempuan berdarah Lebanon-Amerika itu.

“Indonesia juga terlibat dalam enabling masterplan bersama negara-negara lain di Asia, di mana negara-negara di Asia mengarusutamakan isu-isu inklusif disabilitas dan hak-hak disabilitas dalam berbagai aspek, sektor, dan pilar dalam sistem dan masyarakat,” tambahnya.

Sara kagum lantaran Indonesia bersama negara-negara Asia lainnya bergotong-royong dalam menjadikan isu disabilitas tidak hanya sebagai isu sosial.

“Isu disabilitas tidak hanya dijadikan isu sosial tapi juga pendidikan, kesehatan, AI (artificial intelligence), transportasi, dan budaya.”

“Jadi sebelum saya datang ke sini saya sudah tahu bahwa Indonesia telah melakukan banyak pekerjaan dan progres dalam membangun inklusif disabilitas,” ucapnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

2 dari 4 halaman

Perjalanan Menuju Inklusi Disabilitas

Seperti negara lainnya, lanjut Sara, memperjuangkan hak disabilitas dan inklusi disabilitas adalah sebuah perjalanan panjang.

“Sama halnya seperti AS, kita melalui 50 tahun dalam perjalanan menuju inklusi disabilitas. Dan sebuah kebahagiaan tersendiri bisa melihat perkembangan inklusi disabilitas di Indonesia serta upaya untuk membawa lebih jauh terkait pengarusutamaan suara-suara disabilitas dalam berbagai sektor.”

Sara menilai, Indonesia benar-benar menganggap serius isu disabilitas, ini terbukti dengan diselenggarakannya acara tingkat internasional AHLF.

“Indonesia benar-benar menganggap isu disabilitas sebagai komitmen yang besar dan seperti negara lain, kita semua sedang berupaya memperjuangkan perjalanan ini menuju inklusif disabilitas,” ujarnya.

3 dari 4 halaman

Belajar Praktik Baik dari Berbagai Negara

Selama menjabat sebagai Special Advisor on International Disability Rights, Sara setidaknya telah mengunjungi 25 negara dan membicarakan soal isu-isu disabilitas.

“Saya pikir dengan berkunjung ke berbagai negara, kita bisa temukan banyak praktik baik yang bisa dipelajari. Kita belajar satu sama lain misalnya terkait program dan kebijakan otoritas yang merekrut pekerja disabilitas. Di berbagai negara banyak praktik-praktik luar biasa seperti ini.”

“Tapi satu hal yang menurut saya perlu banyak diupayakan oleh negara-negara di seluruh dunia adalah narasi dan persepsi soal disabilitas. Masyarakat masih memandang penyandang disabilitas sebagai sasaran sumbangan, kita perlu mengubah narasi itu,” ujar Sara.

4 dari 4 halaman

Pentingnya Mengubah Narasi dan Persepsi Soal Disabilitas

Lebih lanjut, perempuan berhijab ini menyampaikan bahwa berbagai regulasi yang dimiliki sebuah negara tidak akan berdampak banyak jika narasi dan persepsi soal disabilitas tidak diubah.

Selama ini, masyarakat disabilitas dianggap tidak mampu dan perlu dikasihani. Padahal, yang membuat mereka tidak mampu adalah akses yang kurang memadai.

“Saya bukan tidak mampu karena saya disabilitas netra, tapi saya tidak mampu karena sistem yang ada tidak aksesibel dan tidak inklusif,” katanya. 

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.