Sukses

Pesona Taman Arkeologi Leang-Leang, Destinasi Wisata Ramah Disabilitas yang Bikin Kagum Delegasi ASEAN

Selain karena keunikannya, objek wisata Taman Arkeologi Leang-Leang dipilih lantaran sebagian besar kawasan sudah dibuat ramah disabilitas.

Liputan6.com, Jakarta - Taman Arkeologi Leang-Leang di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan menjadi destinasi wisata delegasi Forum Tingkat Tinggi ASEAN untuk isu disabilitas (AHLF).

Selain karena keunikannya, objek wisata ini dipilih lantaran sebagian besar kawasan sudah dibuat ramah disabilitas.

Taman Arkeologi Leang-Leang merupakan kawasan arkeologis berupa bebatuan dengan dua goa prasejarah di dalamnya, yaitu Leang Pettae dan Leang Petta Kere.

Terletak sekitar 30 kilometer dari Bandara Sultan Hasanuddin atau 41 kilometer dari Kota Makassar, Leang-leang bisa ditempuh sekitar 1 jam dari Kota Makassar menggunakan jalur tol.

Objek wisata ini menyajikan pemandangan unik dan langka berupa bebatuan prasejarah. Begitu memasuki taman seluas 4,6 hektar ini, pengunjung akan langsung melihat batu-batu hitam berukuran tak biasa yang terhampar tak beraturan.

Masing-masing batu memiliki bentuk dan tekstur yang berbeda sehingga terlihat menarik. Ada yang menjulang setinggi tiga meter, ada pula yang hanya setinggi satu meter dengan lubang di tengahnya.

Bebatuan purba hitam ini begitu kontras dengan hamparan rumput hijau serta pepohonan rindang di sekitarnya.

Masih di areal yang sama, terdapat dua goa yang terletak di ketinggian sekitar 20 meter. Untuk menuju goa berdiameter sekitar 3 meter dan kedalaman 10 meter tersebut, terdapat tangga besi yang aman digunakan pengunjung.

Goa lainnya lebih terbuka dengan luas sekitar empat meter. Goa ini diperkirakan dihuni manusia purba sekitar tahun 8.000-3.000 SM.

2 dari 4 halaman

Dibuat Ramah Disabilitas

Jejak peninggalan manusia purba antara lain terlihat dari beragam gambar yang terdapat di dinding goa. Terdapat gambar dua ekor babi dengan taring dan tanduk di bagian kepalanya. Terdapat pula 28 gambar telapak tangan.

“Semua gambar tersebut dibuat menggunakan bahan tanah merah dicampur berbagai ramuan pepohonan, sehingga kuat bertahan selama ribuan tahun,” kata pemandu di dalam goa mengutip keterangan Kemensos, Jumat (20/10/2023).

Selain goa dengan medan yang berat, semua akses dan fasilitas di Leang-Leang diciptakan ramah bagi penyandang disabilitas.

Misalnya bagi penyandang disabilitas daksa, terdapat jalur khusus untuk kursi roda. Sedangkan, bagi penyandang disabilitas netra, terdapat rekaman suara yang diperdengarkan melalui pengeras suara tentang keunikan Taman Arkeologi Leang-leang.

3 dari 4 halaman

Testimoni Ketua Forum Disabilitas ASEAN

Ketua Forum Disabilitas ASEAN Lim Puay Tiak yang turut mengunjungi objek wisata tersebut mengatakan bahwa dirinya sangat terkesan dengan objek wisata tersebut.

“Ini sangat mudah diakses, saya sangat terkesan. Menurut saya, fasilitas-fasilitas ini memungkinkan pengguna (disabilitas) untuk datang,” kata Lim Puay Tiak, saat mengunjungi Taman Arkeologi Leang-Leang bersama delegasi negara ASEAN lainnya pada Kamis 12 Oktober 2023.

Hal senada diungkap Pendiri Lembaga Advokasi Inklusi Disabilitas (AUDISI) Yustisia Arief. Penyandang disabilitas daksa akibat polio itu mengatakan bahwa destinasi wisata Leang-Leang ramah dan nyaman bagi penyandang disabilitas.

“Jadi, kami sebagai penyandang disabilitas bisa mendapatkan hak kami untuk berwisata dan menikmati pemandangan di sini sebagaimana pengunjung lainnya. Ini menyenangkan sekali,” tuturnya.

4 dari 4 halaman

Taman Arkeologi Leang-Leang Jadi Salah Satu Alasan Mensos Pilih Makassar Jadi Tuan Rumah AHLF

Tempat wisata ini dipilih langsung oleh Menteri Sosial Tri Rismaharini. Dia sengaja memilih Makassar sebagai tuan rumah Forum Tingkat Tinggi ASEAN tentang Pembangunan Inklusif Disabilitas dan Kemitraan Pasca Tahun 2025 (AHLF) lantaran di sekitar Makassar, terdapat destinasi wisata yang unik.

Berbeda dengan daerah lainnya, Makassar memiliki destinasi peradaban yakni Taman Arkeologi Leang-Leang di Kabupaten Maros yang dulunya dihuni manusia purba. Serta Benteng Fort Rotterdam berumur sekitar 500 tahun peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo.

“Tantangan kita bersama, setiap destinasi wisata ramah bagi penyandang disabilitas. Kedua destinasi wisata tersebut, telah dibangun dan dilengkapi fasilitasnya menjelang kedatangan delegasi ASEAN sehingga ramah bagi penyandang disabilitas,” kata Risma di sela-sela penyelenggaraan AHLF yang berlangsung 10-12 Oktober 2023.

AHLF merupakan Forum Tingkat Tinggi ASEAN terdiri dari para menteri dan pejabat senior ASEAN yang bertanggung jawab atas kesejahteraan sosial. Hadir pula, pimpinan badan sektoral terkait kesejahteraan sosial, entitas terafiliasi ASEAN, serta para akademisi.

AHLF 2023 merupakan salah satu rangkaian KTT ASEAN di bawah keketuaan Indonesia. Selain dihadiri negara-negara anggota ASEAN, hadir pula delegasi dari Amerika Serikat, Inggris dan Australia.