Liputan6.com, Jakarta Katarak adalah penyakit degeneratif yang identik terjadi pada orang lanjut usia (lansia). Namun, menurut dokter spesialis mata, Kevin, katarak juga bisa terjadi pada bayi.
“Ya, meskipun kasusnya sangat jarang, tapi katarak masih sangat berpotensi untuk terjadi pada bayi,” kata Kevin mengutip keterangan pers KMN EyeCare, Rabu (25/10/2023).
Baca Juga
Kondisi katarak pada bayi tidak dapat dibiarkan begitu saja. Pasalnya, katarak memiliki dampak pada tumbuh kembang anak. Katarak pada bayi dapat menjadi faktor penyebab disabilitas netra pada 5 hingga 20 persen anak.
Advertisement
Beberapa bayi baru lahir bahkan ada yang langsung divonis terkena penyakit katarak dan membuat masyarakat heran bagaimana ini bisa terjadi.
Kevin menjelaskan, katarak adalah kondisi di mana lensa mata yang seharusnya bening menjadi keruh atau buram.
Lensa mata yang jernih penting untuk fokus cahaya yang masuk ke mata tepat pada retina, sehingga keruhnya lensa mata dapat mengganggu penglihatan. Penyebab kekeruhan pada lensa mata ini umumnya disebabkan protein lensa mata yang mengeras karena seiring berjalannya waktu.
“Tentu saja terdapat perbedaan faktor penyebab mengerasnya protein mata antara katarak yang terjadi pada bayi dan orang tua,” jelas Kevin.
Terjadinya Katarak pada Bayi
Bisa dikatakan bahwa katarak pada bayi termasuk special case atau kasus spesial, lanjut Kevin.
Katarak pada bayi dikenal dengan sebutan katarak kongenital, di mana terdapat beberapa faktor pemicu yang menjadi penyebab katarak pada saat kehamilan.
Faktor keturunan menjadi salah satu penyebab terjadinya katarak pada bayi baru lahir. Pada Ibu hamil yang terkena katarak, protein yang berperan besar untuk pembentukan lensa alami bayi bisa saja terinfeksi dan menyebabkan perubahan DNA sehingga terjadi katarak pada bayi.
Tidak hanya itu, kondisi kesehatan Ibu pada saat hamil juga memiliki pengaruh yang besar terjadinya katarak pada bayi. Penyakit seperti gula darah rendah, kekurangan oksigen dan hipotermia pada Ibu hamil berisiko menyebabkan katarak pada bayi.
Advertisement
Infeksi Virus pada Ibu Picu Katarak Kongenital
Infeksi virus dalam tubuh yang menyerang ibu hamil seperti toksoplasma (TORCH) atau Rubella serta gangguan metabolik juga menjadi penyebab katarak pada bayi.
Infeksi penyakit dan virus ini menyebabkan perkembangan bayi di dalam kandungan menjadi terganggu yang berdampak pada kekeruhan pada lensa matanya.
Pada beberapa kondisi yang tidak umum terjadi pada saat kelahiran, seperti bayi prematur, juga biasanya menyumbang peranan akan terjadinya katarak.
Cedera mata pada bayi, baik saat dalam kandungan maupun setelah lahir, bisa menyebabkan perkembangan katarak.
Dan yang terakhir, ada juga pengaruh jenis obat tertentu yang dikonsumsi selama kehamilan yang memberikan dampak katarak seperti tetrasiklin.
Gejala dan Pengobatan Katarak Kongenital
Gejala mata katarak pada bayi sulit dikenali di masa-masa awal kehidupan, karena bayi belum dapat mengungkapkan ketidaknyamanan atau perubahan dalam penglihatan mereka.
Namun, jika ada kecurigaan katarak, pemeriksaan oleh dokter mata atau ahli katarak diperlukan.
Katarak kongenital yang tidak diberikan pengobatan sangatlah berbahaya karena bisa menyebabkan risiko mata juling dan bisa berdampak pada tumbuh kembang bayi. Mengingat risikonya sangat berbahaya, maka diperlukan pengobatan yang efektif untuk mengatasi katarak pada bayi.
Pengobatan katarak pada bayi biasanya melibatkan pembedahan untuk mengangkat lensa yang keruh dan menggantinya dengan lensa buatan. Proses ini disebut dengan ekstraksi katarak. Pembedahan ini penting untuk memastikan perkembangan penglihatan bayi berjalan sebaik mungkin.
Operasi katarak pada bayi ini harus dilakukan sedini mungkin untuk menjamin penglihatan bayi cukup bisa untuk berkembang dengan baik.
Beberapa ahli berpendapat bahwa waktu untuk melakukan operasi katarak kongenital adalah antara usia 6 minggu sampai 3 bulan.
Advertisement